Hari ini, hari yang sangat dinantikan oleh Irene. Ya, hari ini ia dan juga Mino akan pergi ke London!
Irene terbangun tepat pada pukul 4 pagi. Irene langsung membangunkan badannya. Mengusap kedua matanya. Irene menatap ke arah Mino yang terlihat sangat tertidur lelap.
Irene berjalan menuju lantai dasar, ia menyiapkan segala perlengkapan untuk berangkat ke London. Tidak lupa, Irene juga membawa obat-obatan dan juga cemilan saat diperjalan nanti.
"Huh, aku rasa semua sudah siap. Ah iya!aku harus membangunkan Mino," ucap Irene.
Irene berlari ke kamar untuk membangunkan suaminya. Dengan lembut, Irene mengusap pipi Mino.
"Mino~ireona" bisik Irene mencoba membangunkan suaminya itu. Mino pun mulai memberikan respon dengan memanyunkan bibirnya.
Irene tersenyum gemas,
"bangunlah, kita harus bersiap-siap,"
Mino membuka kedua matanya, menyadari bahwa hari ini ia dan Irene akan pergi ke London. Mino pun langsung sergap terbangun dari tidurnya.
"Aigoo, aku merasa badanku sakit" lirih Mino.
Terlihat wajah Irene yang khawatir. Ia merasa bahwa Mino kelelahan akan pekerjaannya selama ini. Ditambah lagi, Mino kurang tidur.
"Aku rasa kita tidak usah pergi, aku khawatir padamu" ucap Irene seraya memegang kedua pipi Mino dengan lembut. Mino terkejut dengan perlakuan Irene. Membuat jantung Mino berdegub kencang.
Irene menatap dalam kedua mata Mino, entah perasaan apa ini. Yang jelas, Irene merasa bahwa Mino sangatlah penting bagi hidupnya. Irene merasa bahwa ia mulai jatuh cinta dengan Mino.
"Irene-ah, ada apa denganmu?" Tanya Mino yang mulai gugup dengan tatapan Irene.
"Saranhaeyo, Mino-ah" ucap Irene tiba-tiba. Mino membulatkan matanya terkejut.
"Mwoya, kau mabuk ya?"
"Ani!aku benar-benar menyukaimu Mino-ah. Ini memang gila, tapi yang kurasakan sekarang seperti itu,"
Mino tidak menjawab pertanyaan Irene. Mino malah langsung mengecup bibir Irene yang mungil. Irene membalas ciuman itu.
Beberapa saat setelah itu, terlihat Irene yang tersipu malu. Mino tertawa kecil.
- - -
Mino terlihat sudah siap, begitu juga dengan Irene.
"Irene-ah, cepatlah turun!" Teriak Mino dari lantai dasar. Irene pun langsung bergegas menuruni anak tangga satu persatu.
Mereka pun berangkat ke bandara. Diperjalanan, terlihat Irene yang terus menatap ke arah jendela. Masih dengan perasaan malu karena hal tadi.
Mino menatap ke arah Irene, tersenyum lebar melihat istrinya itu.
"Kenapa kau berdiam diri, eoh?" Tanya Mino mencoba mencairkan suasana yang canggung. Irene mempalingkan wajahnya ke arah Mino secara perlahan.
Menutup kedua matanya dengan tangannya,
"Ani, aku sedari tadi berbicara. Apakah kau tidak mendengarnya?" Balas Irene.
"Ya, ada apa dengan mata kau?apakah sakit" goda Mino.
"Aish, arasseo. Aku hanya malu saja, jangan mencoba untuk menertawakan ku eoh," ucap Irene.
Mereka pun tiba dibandara, dengan wajah yang ceria Irene langsung menggandeng tangan Mino.
"Ey, ada apa denganmu hari ini. Setelah menyatakan cinta dan sekarang kau menggandeng tanganku" oceh Mino.
"Yasudah, kalau tidak mau,"
Irene pun berjalan duluan meninggalkan Mino dibelakangnya. Dengan wajah yang cemberut, membuat Mino merasa gemas kepada Irene.
Mino mengejar Irene yang sudah berjalan jauh didepannya, tidak lupa untuk membawa barang-barangnya.
Mino meraih tangan Irene dari belakang, membuat Irene terkejut."Mwoya, kau bilang tidak ingin bergandengan denganku," ketus Irene kesal. Mino terkekeh kecil.
"Aigoo, berhentilah memasang wajah seperti itu, aku hanya bercanda" balas Mino.
***
Menunggu. Itulah yang dilakukan Irene dan juga Mino sekarang. Ya, sudah menjadi hal yang wajar saat berada di Bandara. Apalagi, karena keterlambatan pesawat yang tiba, dan juga karena pending.
Terlihat Irene yang sudah bosan karena menunggu dipesawat hampir setengah jam lamanya. Petugas Bandara mengatakan pesawat tujuan London mengalami keterlambatan karena cuaca yang tidak mendukung disana.
"Irene-ah, gwenchana?" Tanya Mino.
"Aigoo, aku lapar,"
Mino tertawa kecil, kelakuan Irene seperti hal nya dengan anak yang berusia lima tahun. Mino pun melepaskan tas ransel yang ia kenakan, lalu mengambil sesuatu dari dalam tas itu.
Mino mengeluarkan dua kotak Bento yang ia beli saat di Supermarket Bandara. Mino pun menyodorkan sekotak Bento kepada Irene. Bisa kalian bayangkan, bagaimana reaksi Irene saat melihat makanan ada dihadapannya.
"Uwah, kau memang suami idaman. Gomawo" ucap Irene yang langsung melahap Bento itu. Namun Mino tidak memakan Bento yang ia beli itu, ia malah memandangi Irene yang sedang makan. Betapa lahapnya Irene makan, sampai-sampai nasipun tidak ia sadari berada di sekitar mulutnya.
"Irene-ah, kemarilah" Mino mendekatkan jaraknya kepada Irene. Lalu menyingkirkan nasi yang berada disekitar mulut Irene dengan tangannya. Irene terpatung.
"Kau ini, pelan-pelanlah saat makan" ucap Mino yang masih membersihkan nasi disekitar mulut Irene.
Saat membersihkan nasi, tepat mengenai bibir Irene. Mino terpatung. Mino mengelus pelan bibir Irene dengan jempol tangannya, Irene tidak bisa berkutik apapun. Sekarang yang ia rasakan hanyalah, detak jantungnya yang semakin kencang.
TBC~
Jangan lupa vote and comment^^