Beberapa anggota kepolisian sedang memeriksa kasus pembunuhan di gudang kecil dekat hutan. Salah satu dari polisi itu mengacak-acak rambutnya.
"Tidak ada informasi yang kami dapat di sini, sir." Seseorang berdiri di hadapan laki-laki itu.
"Kasus pembunuhan Sam Zegers belum selesai dan sekarang kita harus menyelidiki kasus Jessie Stein, entah siapa pembunuh hebat itu," kata polisi tersebut.
"Ya, tidak ada petunjuk apapun," jawab rekannya.
"Tolong kau periksa tempat pembunuhan Sam Zegers kembali, bisa saja kita mendapat petunjuk yang berhubungan dengan kasus ini." Polisi itu terlihat serius.
"Baik, sir," kata rekannya itu lalu memberitahu beberapa polisi lain untuk pergi ke tempat Sam Zegers terbunuh.
"William." Seseorang menyebut nama polisi tadi.
"Tuan Daniel? Kenapa kau ada di sini?" William tersenyum kepada pria cukup tua yang kini berada di hadapannya.
Daniel Stein adalah mantan kepala kepolisian di kantor polisi tempat William bekerja, dan kemarin anak perempuannya yang bernama Jessie Stein terbunuh secara sadis.
"Apa kau telah menemukan petunjuk tentang pembunuhan yang terjadi pada Jessie?" Daniel terlihat sedih.
William hanya menggeleng pelan, ia tahu betul bagaimana perasaan Daniel saat ini.
"Oh tuhan, kenapa Jessie harus tewas secara mengenaskan." Sudut mata pria tua itu sudah mulai basah.
"Apa kau tahu, Wil? Jessie adalah gadis yang baik, memang dia sering bicara sembarangan tapi percayalah, ia anak yang ramah," kata Daniel sedih.
"Aku mohon bersabarlah, tuan Daniel." William menepuk pundak Daniel.
"Ia tak pantas mendapat ini semua, yang harus terbunuh adalah perempuan gila itu." Daniel terlihat sangat marah.
"Aku akan berusaha untuk mencari pembunuh itu, sir." William berusaha meyakinkan Daniel.
"Pembunuh itu harus dilenyapkan," kata Daniel, geram.
Ponsel William berbunyi, ia segera meninggalkan Daniel yang sedang menangis.
"Apa ada informasi, Neil?" William langsung bertanya pada rekan kerjanya yang kini berada di sekitar rumah Jessie.
"Iya, Wil. Tetangga korban mendengar suara wanita yang menyuruh Jessie untuk meminum obat pada tengah malam dan Jessie menyebutnya dokter." Neil menjelaskan informasi yang ia dapat.
"Lanjutkan, Neil." William sangat penasaran.
"Dan di dapur rumah korban terdapat satu bungkus obat pil. Aku tahu bahwa pil itu dapat membuat seseorang pingsan," lanjut Neil.
"Pelaku adalah dokter dan korban adalah pasiennya. Aku yakin pelaku sengaja memberi obat itu pada korban." William mulai tersenyum kecil.
"Aku akan datang kesana." Ia memutuskan panggilan itu.
---
Sierra melamun di kelasnya, ia terus memikirkan cara untuk mengetahui siapa pembunuh misterius itu. Ia sempat berencana untuk meretas komputer kepolisian agar mendapat informasi, tapi ia sadar bahwa itu adalah tindak kriminal.
"Ini hanya rasa penasaranmu saja, jangan terlalu serius." Sierra bicara sendiri dan langsung mengusap wajahnya.
"Morning, Sierra. Untuk apa kau menyuruhku datang pagi-pagi sekali ke sekolah?" Sean yang baru datang langsung duduk di hadapan Sierra.
"Aku sangat penasaran," jawab Sierra dengan suara yang terdengar malas.
"Seorang Sierra Shannon memang selalu penasaran, bukan? Sekarang, apa yang membuatmu penasaran?" Sean tersenyum tipis.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Side Girl
Mystery / Thriller[17+] Ketika kamu menjadi sesuatu yang kamu benci.