Bab 16

1.3K 89 13
                                    

RASANYA sakit sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

RASANYA sakit sekali. Seakan-akan lenganku mati rasa. Untung Sarah langsung sigap  mengobati luka ini. Aku lega karena dia berkata bahwa peluru itu tidak masuk terlalu dalam ke dalam dagingku, sehingga luka ini tidak terlalu parah. Sekarang, lengan kanan bagian atasku dibalut perban.

"Shit! Dasar polisi bodoh! Berani sekali dia menembakan peluru padaku. Untung sekarang dia sudah mati!" Aku terus saja mengeluarkan kata-kata mutiara yang biasa aku gunakan saat sedang kesal.

"Berisik sekali!" Sarah memasukkan alat-alat yang baru ia gunakan untuk mengobatiku ke dalam sebuah kotak obat.

"Kau tidak pernah merasakannya! Huh, kakak yang jahat!" Aku mendengus kesal.

Sarah bangkit dari duduknya dan beranjak menuju pintu keluar. Di ambang pintu, dia berhenti dan menatapku tajam. Wajahnya begitu dingin.

"Diam atau aku akan menembakmu sekarang juga?"

Tatapan mematikan itu diberikannya kepadaku. Seketika aku langsung diam membuka. Sarah sangat cocok menjadi pembunuh. Sekarang aku berpikir, bagaimana jika ia menjadi raksasa pemakan orang di film Attack On Titan? Mungkin terlihat lucu juga menggemaskan.

"Aku meminjam pistolmu untuk beberapa hari. Oh, jika ada orang yang bertanya tentang perban di tanganmu, jawab saja kalau kau terjatuh," katanya.

"Ya, aku akan bilang bahwa aku jatuh dari gedung lantai 8."

"Aku akan benar-benar membuatmu jatuh dari gedung lantai 8," Sarah menutup pintu rumahku seraya berkata, "see you!"

Setelah mendengar suara mobil berjalan menjauh. Aku mengambil sebuah permen karet dengan tangan kiri. Aku mengunyahnya dengan begitu semangat. Oh, aku sangat merindukanmu, permen karet!

Aku melirik layar ponselku yang menyala di atas meja. Ada 2 pesan tertulis dan 2 pesan suara dari Sean. Kuambil ponselku dan membuka pesannya.

Sean: Malam, Sierra!

Sean: Tidak menjawab pesanku?

Aku mengusap wajah. Sean, orang yang telah aku bohongi. Dia sangat membenciku. Dia ingin membunuhku. Dia pasti akan marah sekali bila mengetahui yang sebenarnya. Aku bersiap untuk mendengar pesan suaranya.

"Apa kau sudah tertidur? Huh, padahal aku sudah menunggu balasan dari pesanku. Hei, apa kau menyukai ice cream yang saat itu kita makan? Mau untuk mencobanya lagi?"

Aku kemudian membuka pesan suara Sean yang selanjutnya.

"Ada masalah? Kenapa belum membalas? Mungkin kau sudah lelah. Jika kau membuka pesan ini, pasti itu sudah pagi. So, good morning! Aku harap kau segera membalas pesanku."

Aku makin membisu. Kedua bibir ini mengatup rapat, seolah ada lem perekat di antaranya. Memori-memori dengan Sean memutar dalam otakku bagai sebuah film. Sungguh manis, tapi kini tragis. Hah, kenapa aku menjadi melankolis seperti ini? Menyebalkan!

Dark Side GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang