SEBELUM pergi menerkam mangsa, Sierra mencari tahu lokasi tempat tinggal Bianca di komputernya. Aku tidak terlalu mengerti karena aku bukan hacker. Ya, aku tak terlalu peduli tentang itu. Aku melirik jam dinding, sudah hampir tengah malam.
"Apa aku harus menunggu lebih lama lagi? Kapan kau akan menyelesaikan tugasmu itu?" tanyaku seraya menatap tajam Sierra.
"Bisakah kau menutup mulutmu dengan rapat? Ocehanmu membuat telingaku hampir pecah!" Dia mendecak kesal.
"Baiklah!"
Aku keluar dari kamar Sierra dan mulai menyusuri setiap bagian dari rumah ini. Tempat di mana kami semua tinggal dulu. Aku, Sierra, Mom, dan Dad menetap di sini pada saat itu. Kami masih bisa tersenyum bahagia, sampai masalah yang tidak aku mengerti datang merobohkan kehidupan kami. Duri-duri tajam menancap dan merobek berbagai kebahagian, hingga hanya kehancuran yang tersisa.
Aku menghela napas. Tak ada yang berubah dari rumah ini, kecuali kenangannya. Memang keadaannya masih terlihat sama, tetapi tidak dengan suasananya. Mataku terasa perih, tapi segera kutepis rasa sedih itu. Aku harus sadar bahwa semuanya tak lagi sama. Sesuatu yang hancur sangat sulit untuk diperbaiki hingga utuh kembali. Sangat sulit, bahkan hampit tidak bisa.
Tampak banyak foto Dad dan Sierra terpajang di sepanjang dinding. Tidak ada foto diriku dan Mom. Sepertinya, Dad melupakan masa lalu begitu cepat. Aku berjalan mendekati dalah satu foto, memperhatikannya dengan begitu rinci. Mereka berdua terlihat sangat bahagia. Aku merasa sedikit ... iri pada adikku sendiri. Hanya sedikit.
"Sarah?" Telapak tangan seseorang menyentuh bahuku.
Aku menoleh ke samping dan mendapati Sierra dengan raut wajah bingung. Aku pun menjawab, "ya?"
"Ada apa? Kau memiliki masalah?"
"Tidak apa-apa. Aku tidak apa-apa." Aku menggeleng perlahan dan menunjukkan senyum tipis agar Sierra tidak curiga pada kepedihanku. "Tidak ada masalah."
Sierra mengangguk pelan seolah ia paham dengan keadaan. Untunglah, dia percaya pada senyuman palsu penuh kebohonganku.
"Sudah selesai?" Aku berbalik badan dan berjalan menuju ruang tamu dan segera duduk di atas sofa.
Sierra mengikuti langkahku. Dia duduk di sofa sampingku. "Ya, aku sudah mendapat alamat rumah Bianca."
"Kalau begitu, ayo," aku berdiri dan mengeluarkan kunci mobil dari dalam saku celana jeans-ku. "Kita akan bermain dengan Bianca."
---
KAMI bersembunyi di balik pohon yang berdiri tegap di halaman besar rumah Bianca. Lampu ruang keluarga masih menyala, menampakkan sepasang suami istri yang tengah menonton acara televisi. Padahal, ini sudah sangat larut malam.
"Sepertinya itu Mom dan Dad Bianca. Kita harus melakukan apa?" Sierra menatapku dengan pandangan penasaran.
"Tidak ada cara lain." Aku menggigit bibir bawahku perlahan lalu mengembuskan napas. "Jika kita ingin masuk ke dalam rumah dan menggapai Bianca, maka kita harus membunuh anggota keluarganya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Side Girl
Gizem / Gerilim[17+] Ketika kamu menjadi sesuatu yang kamu benci.