SENJA semakin menua. Pancaran cahaya jingga mampu menyilaukan segala pasang mata yang menatapnya. Tetapi di balik hamparan jingga itu, langit seolah menyimpan sedikit kegelapan. Seperti sebuah lukisan misterius ciptaan seniman ternama. Indah, elegan, namun penuh teka-teki.
Beberapa pihak kepolisian mendatangi gudang tak terpakai di pinggir kota, lokasi tempat penyekapan Clara Bailey. Bangunan tua yang kusam dan rapuh tersebut tampak begitu mengerikan. Letaknya yang dekat dengan hutan membuat gudang menjadi gelap karena cahaya terhalang oleh pohon-pohon besar di dekatnya.
Anjing kepolisian sudah mulai berjalan mengelilingi gudang
dengan indera penciumannya yang kuat. Beberapa polisi juga mengedarkan pandangan seraya mencari barang bukti yang mungkin bisa memberi petunjuk. Karena mereka sangat yakin, bahwa pelaku penculikan ini adalah orang yang sama dengan pelaku pada kasus-kasus pembunuhan sebelumnya, si wanita berjubah hitam.Tatapan dari mata coklat madu milik William menajam, bagai ujung sebuah pisau, mampu membuat siapa saja terdiam di tempat kala melakukan kontak mata dengannya. Suara sepatu milik polisi muda tersebut menggema di dalam gudang tua.
Langkahnya terhenti, kemudian dia mengamati segalanya secara rinci. Hanya ada kumpulan debu, kotoran hewan liar, lumut hijau yang menempel di dinding kotor, dan sarang laba-laba di langit-langit ruangan. Tidak ada yang mencurigakan, semuanya tampak wajar untuk sebuah gudang tua. Ya, tampak wajar sampai anjing kepolisian menggonggong kencang, menandakan bahwa ada sesuatu yang tak wajar.
William langsung saja berlari cepat ke arah anjing besar berbulu coklat itu. "Hey, hey! Ada apa?"
Anjing itu terus saja menggonggong dan berlari ke sebuah tempat di dalam gudang. William dan beberapa rekannya mengikuti langkah anjing kepolisian.
Anjing tersebut berhenti dan mulai menggonggong lebih keras lagi. Lantas, salah satu dari polisi itu berjalan. Dia memakai sarung tangan plastik sebelum membungkuk untuk mengambil sebuah barang yang dimaksud oleh anjing kepolisian.
"Apa yang kau temukan, Neil?" tanya polisi lainnya dengan nada tak sabar.
"Kalung. Aku menemukan sebuah kalung!" seru Neil.
Segera, William menghampiri Neil dan merebut kalung yang sudah terbungkus plastik tadi dari tangannya. Ia menatap kalung tersebut.
"Kalung dengan inisial 'S', tampak sedikit tua. Aku yakin bahwa ini milik si pembunuh," kata William.
Salah seorang polisi mendekat, dia berdeham lalu berkata, "bukankah ini adalah petunjuk? Jawaban dari teka-teki ini sudah semakin dekat."
William mengangguk dan menjawab, "seorang wanita, dokter, dan berinisial S. Tapi kita tak boleh cepat mengambil keputusan. Kita harus tetap berhati-hati. Aku akan menyelidiki kalung ini."
Neil menghela napas, "pembunuh sia*an itu harus benar-benar dilenyapkan. Aku sudah tidak sabar untuk menangkapnya."
"Ya, aku juga tidak akan pernah memaafkannya. Dia adalah seorang pendosa. Aku harus menghabisinya," balas polisi lainnya.
William terdiam sembari terus menatap kalung itu. Entah kenapa pikirannya tertuju pada seorang perempuan, yaitu Sarah. Dan entah mengapa juga, dia merasa khawatir.
---
Sarah menatap dirinya di depan cermin. Dia merasa ada salah satu yang terasa janggal pada dirinya. Tetapi ia tidak tahu, apa sesuatu yang janggal tersebut. Keadaan seperti ini yang Sarah benci. Oh, mungkin Sarah membenci segala hal di dunia, kecuali dirinya.
"Apa yang kurang sekarang? Ah, kenapa perasaan ini tidak menghilang saja?!" katanya kesal pada cermin di hadapannya.
"Sudahlah, tidak penting juga. Mungkin yang bermasalah itu cerminnya." Dia lalu keluar dari kamar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Side Girl
Mystery / Thriller[17+] Ketika kamu menjadi sesuatu yang kamu benci.