Bab 20

1.1K 87 5
                                    

SARAH menghempaskan tubuhnya begitu saja di atas ranjang kasurnya. Otak wanita itu tidak bisa mencapai titik temu mengenai masalah beberapa jam yang lalu. Apa yanh dikatakan Clara benar-benar mengejutkan. Bahkan, dia tak dapat menyangka bahwa ini semua nyata.

Dia memejamkan matanya sedalam mungkin, berusaha untuk berkonsentrasi. Meski pendingin ruangan telah menyala, namun keringat terus saja membasahi keningnya.

"Tidak mungkin," gumamnya pelan.

Sedetik kemudian, Sarah berdiri tegak. Dia berjalan ke suatu ruangan yang berada di sudut paling belakang rumah. Ruangan yang dapat dimasuki lewat pintu berwarna hitam itu selalu terkunci, kecuali jika Sarah sedang ingin memulai permainan. Ya, permainan seperti biasa, berburu mangsa.

Suara pintu tua yang terbuka memekakkan telinga. Debu begitu banyak di dalam sana. Tidak ada celah untuk udara ataupun cahaya sedikit pun. Ruangan berwarna putih kusam ini hanya diterangi oleh lampu redup yang menggantung begitu saja di langit-langit.

Sarah membuka lemari kayi besar yang berada persis di di depan dinding. Di dalamnya terdapat banyak senjata tajam, mulai dari pisau hingga kapak yang tergeletak dan tertumpuk secara rapi.

Senyuman itu lagi-lagi mengembang. Terdapat seribu kepuasan yang tersimpan di balik kedua sudut bibir yang terangkat ke atas tersebut.

Sarah semakin tidak sabar untuk bermain-main dengan Clara. Dia tertawa sekencang mungkin, tidak peduli dengan lolongan anjing di luar sana. Tawanya bersatu dengan gelapnya gulita malam.

Kematian telah menanti Clara.

"Apa maksudmu? " Sarah menaikkan kedua alisnya, tanda bahwa ia sangat bingung sekarang.

"Kau tidak mengerti? Betapa bodohnya dirimu, dokter Sarah." Tetapi Clara tetap saja memasang wajah menyebalkan.

Sarah maju satu langkah mendekati Clara. Dia melempar tatapan dingin pada wanita di hadapannya. "Jangan bermain-main denganku, dokter Clara. Aku membenci hal yang berbelit-belit." 

Clara justru bertepuk tangan, seolah-olah dia memang ingin mempermainkan Sarah dan membuat sisi lain dalam diri Sarah bangkit.

"Aku akan memberitahumu, asal kau menenangkan dirimu terlebih dahulu."

Sarah menarik napas sedalam mungkin, lalu mengembuskannya perlahan. "Ada apa?" tanyanya dengan lebih tenang.

Clara menunjukkan senyuman miring yang tampak amat jelek. Sarah membencinya, dia membenci senyuman itu juga membenci Clara.

"Aku adalah orang yang membuat keluargamu hancur. Aku yang membuat orangtuamu bercerai. Dan aku adalah orang yang telah menghabisi ibumu. Oh bukan hanya aku, tetapi juga ayahmu."

Sarah terdiam. Otaknya masih mencerna kata-kata yang dikeluarkan Clara. Menghabisi ibunya? Apa maksudnya? Lidah Sarah terasa kelu, meski seribu pertanyaan sudah siap ia keluarkan.

"Aku dan Janson telah membunuh Kate." Satu kalimat dari bibir Clara mampu membuat Sarah hampir saja terjatuh ke tanah.

Sarah sedikit terhuyung ke belakang, tapi untungnya ia mamlu menahan tubuhnya agar tidak jatuh. Mata Sarah melebar kala telinganya menangkap kata-kata Clara.

"Kau membunuhnya? Kau membunuh Kate? Kau menghabisi nyawa ibuku?" Mata Sarah memerah.

"Bukankah aku adalah orang yang baik? Mengaku pada anak korbanku sendiri. Sangat unik. Setidaknya sekarang kau tahu dengan apa yang terjadi. Janson tidak pernah ke London. Kate tak pernah ke California. Kami semua masih berada di sini, satu kota denganmu."

Dark Side GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang