SIERRA menggigit bibir bawahnya karena resah. Dia menatap serius kedua bola mata di depannya. Pertanyaan dari Sean mampu membuat dirinya diam seribu bahasa. Lidahnya kelu, tubuhnya tegang, dan Sierra merasa hampir menangis.
"Apa kau seorang pembunuh?" Hanya empat kata, namun mampu membuat Sierra tak bersuara.
"A--apa? Apa yang kau bicarakan, Sean?" jawab Sierra dengan gugup.
"Bianca yang mengatakannya padaku. Dia bilang kalau kau adalah pembunuh," lanjut Sean.
"Tidak mungkin! Aku tidak pernah membunuh," Sierra berkata lantang, "aku bukan pembunuh!"
Sean terkekeh pelan. Dan itu membuat Sierra semakin kebingungan. Setelah tawanya reda, Sean kembali bersuara. "Ya, kau bukan pembunuh. Aku tidak bisa membayangkan jika kau membunuh dengan wajah lucumu itu. Sangat aneh."
Sierra akhirnya bisa bernapas lega. Dia mengembuskan napas kemudian tersenyum tipis. "Iya, kau benar. Aku tidak mungkin membunuh.
Seseorang berlari heboh ke arah mereka. Siapa kalau bukan Britney? Dia selalu begini bila mempunyai berita baru. Dan Sierra yakin, kini topiknya adalah kematian Bianca yang mengenaskan. Jadi, Sierra harus kembali berpura-pura menjadi teman baik.
"Apa kau melihat saluran berita tadi pagi?!" Britney memulai dengan mata melebar.
"Tidak, ada apa?"
"Bianca dan keluarganya terbunuh!" balas Britney dengan suara yang diseram-seramkan.
"Bianca? Siswi baru dari California itu?" Dengan satu alis yang terangkat ke atas, Sean bertanya.
Sierra menyeringai tipis, tapi tidak ada yang menyadarinya. Sedetik kemudian, ia memasang wajah sedih. "Aku turut berdukacita. Padahal, Bianca baru saja bersekolah bersamaku, tapi ... dia sudah tewas."
"Dia baik dan cantik, sayang sekali jika harus tewas seperti itu. Seharusnya, yang tewas adalah si pembunuh sialan itu!" Bagus, kemarin Sean dan sekarang Britney yang menginginkan kematian Sierra.
"Aku sangat membenci pembunuh itu!" Tepat setelah Sean selesai mengatakan kalimat tadi, jantung Sierra bagai tertusuk belati hingga menembus ke bagian yang paling dalam. Sakit.
"Aku juga membenci si pembunuh. Aku ... aku membencinya." Lucu ketika Sierra berkata bahwa ia membenci dirinya sendiri.
"Bagaimana bila aku menjadi korban selanjutnya? Mengerikan!" Britney menutup bagian bawah wajah dengan kedua telapak tangannya.
Sierra bangkit dari tempat duduknya. Dia tersenyum sinis pada sahabatnya sendiri, yaitu Britney. "Pembunuh itu tak akan membunuhmu bila kau tidak melakukan hal buruk apapun. Jadi, perhatikanlah setiap gerak bibir dan tubuhmu." Lalu ia berlalu pergi ke luar kelas.
"Apa yang terjadi dengannya?"
"Mungkin dia sedih atas kematian Bianca."
Setelah menjawab pertanyaan Britney, Sean berlari mengejar sahabat perempuan yang ia sayangi itu. Dia mengejar orang yang disukainya. Dan dia mengejar orang yang kelak akan ia benci di kemudian hari.
Sean membenci si pembunuh. Berarti Sean membenci Sierra.
"Kenapa kau tahu bahwa pembunuh itu tidak membunuh sembarang orang?" Sean bertanya seolah ada Sierra di hadapannya.
"Aku percaya padamu, Sierra. Aku percaya."
Namun Sean tidak tahu, suatu hari, ia akan kehilangan kepercayaan pada Sierra.
---
SIERRA langsung berjalan menuju suatu tempat seusai pulang sekolah. Dia kini menunggu kedatangan Angela Thompson di taman kota sembari duduk bersandar pada sebuah bangku kayu di bawah pohon besar dan rindang. Suasana sekitar memang teduh, tapi tidak dengan hati juga pikiran Sierra.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Side Girl
Mystery / Thriller[17+] Ketika kamu menjadi sesuatu yang kamu benci.