6.

3.2K 152 1
                                    

Bara's Pov.

"Assalamualaikum.."

"Kak Bara!"

Dengan refleks aku menutup kedua mataku ketika mendengar teriakan sapaan dari gadis di sebrang sana. Kenapa dimana-mana dia selalu berteriak?

"Biasakan jawab salam."

Gadis itu terkikik kecil, "Maaf, Walaikumsalam Kak Bara."

Aku berdecak. Kebiasaan gadis ini memang selalu begitu dan aku benar-benar sudah bosan memberitahukannya.

"Kak Bara lagi apa?"

"Lagi duduk."

"Wah.. kita samaan kak, aku juga lagi duduk loh." katanya antusias. Aku hanya diam, benar-benar malas menjawab kata-katanya yang sama sekali tidak penting itu.

"Kak Bara tadi selesei ngaji jam berapa?"

"Setengah 10."

"Oh gitu... Udah makan belum kak?"

"Belum." jawabku singkat.

"Kok belum sih? Nanti sakit tau kak, kalo sakit kan aku nggak bisa ketemu kakak. Makanan disana nggak enak ya kak? Aku bawain makanan ya. Kakak mau--"

"Lovana!" potongku kesal. "Nggak usah ngoceh terus bisa nggak sih?"

"Aku kan--"

"Udah ya gue mau tidur."

Klik

Dan sambungan telfon pun kumatikan secara sepihak.

Febri, teman satu kamarku sekaligus sahabatku selain Davian datang menghampiri kasurku. Aku menoleh dan memasang wajah pusing sekaligus pasrah.

"Lovana lagi?"

"Iya. Gue capek, nggak ngerti harus ngegimanain anak itu." kataku pelan.

Febri menepuk pundakku. "Ya udah. Liatin aja sampe kapan bertahannya. Bentar lagi juga nggak gituin lo kok."

Aku mengangguk pelan. Berharap bahwa kata-kata Febri itu benar adanya. Aku sendiri benar-benar sudah lelah di buntuti selama istirahat dan pulang sekolah oleh gadis yang ku anggap psikopat itu.

Lovana, gadis kelas satu IPA itu membuat hidupku jumpalikan tak jelas. Dan itu semua hanya gara-gara sifatnya dan rasa sukanya padaku.

Bagaimana bisa seorang perempuan menyatakan cinta pada laki-laki secara langsung?! Aku tak mengerti tentang pemikiran seorang gadis yang umurnya berbeda dua tahun denganku itu. Kenapa rasanya ia tak malu? Huh dia memang terlihat tidak punya malu.

Aku tidak mengenalnya dekat. Pertemuan pertama kami di salah satu tempat makan saji satu bulan yang lalu, dan itu secara tidak sengaja. Aku sedang bersama Davian dan ia sedang bersama teman-temannya. Ketika kami sudah mendapat pesanan kami dan baru memakannya lebih dari lima menit, gadis itu tiba-tiba saja datang hanya mengucapkan Hey dan kemudian berceloteh tentang keluhannya di ekstrakuliker musik.

Davian memang satu ekstrakulikuler dengan gadis itu, dan ia penanggung jawabnya. Jadi awalnya aku tak masalah ketika gadis itu berceloteh dengan wajah kesal. Tapi setelah lima menit berlalu juga, gadis itu masih saja berceloteh dan jelas menganggu waktu makanku. Dan tak lama kemudian, aku tersedak.

Aku tersedak semuanya, mungkin kualat karena mengomeli gadis itu di dalam hati. Dan aku....

Sudahlah aku malu membahas itu.

Dan setelah kejadian aneh itu berlangsung aku menjadi sering melihat sosok gadis itu. Dan anehnya kalau diperhatikan, ia selalu menunduk dan gugup ketika melihatku. Bukan kegeeran, tapi itu semua sangat-sangat terlihat jelas.

[1] Fortune CookiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang