VOTE SEBELUM COMMENT SEMUANYA! MAAF KALO BANYAK TYPO HEHEHE.
DAN MAAF JUGA KARENA BARU UPDATE, AKU GA ADA IDE HUHU.
HAPPY READING!
**
"Lo mau ngelabrak dia?" teriak Cecil, sama sekali tidak tertahankan.
Aku langsung berdiri, menutup mulut gadis yang menjadi sahabatku sudah sejak lama, "Iya, tapi nggak seberisik itu!"
"Nggak ada cara lain apa?" tanya Belle.
"Nggak. Dia cari masalah sama Bara, berarti cari masalah sama gue juga," jawabku, "Eh, tapi orangnya aja gue nggak tahu,"
"Namanya Rangga, kelas dua belas ips 2." jawab Belle.
"Kok Lo tahu?"
"Kebetulan aja satu kontak di bbm, eh dia juga pernah ikutan Astronomi."
Aku mengangguk-anggukan kepala. Masih bingung juga apakah aku benar-benar akan melabrak laki-laki yang melabrak Bara kemarin-kemarin, atau melupakan kejadian itu. Tapi, tetap saja aku merasa tak enak dengan Bara.
Aku masuk sudah di hari ke empat, setelah skors tiga hari ke belakang. Semuanya kembali berjalan seperti biasa walau selama empat hari ini juga aku dapat tatapan tak suka dari beberapa senior. Hm, Perduli apa?
Hubunganku dengan Bara berjalan biasa saja. Kadang, aku masih menungguinya ekstrakulikuler atau dia yang menemaniku. Tak terasa, dua hari lagi bahkan kami sudah tidak ada hubungan apa-apa.
Dan itu membuatku galau setengah mati setiap detiknya.
Ini semua yang akan menentukan apakah aku bisa berpacaran dengan Bara nanti setelah ujian atau malah setelah liburan atau malah.... tidak sama sekali. Meski aku sering bertanya pada Davian apakah hubungan ini akan berlanjut, Davian selalu geleng-geleng kepala dan mengatakan ia tidak tahu.
Aku kan jadi makin galau.
"Orangnya ganteng nggak?" tanyaku tanpa sadar.
"Hah? Siapa?"
"Rangga lah, emangnya siapa lagi?"
"Ganteng sih," kata Belle, ada jeda sedikit, "Tapi kan udah punya anjingnya,"
Dan kami bertiga tertawa sebelum bel masuk berbunyi, mengerti maksud Belle.
***
Ku ketukkan sebelah kakiku, menunggu seseorang keluar. Aku sudah menunggu dari lima belas menit dan kelas ini belum saja keluar. Aku mati kebosanan.
Pintu kelas terbuka, membuatku menoleh. Aku mendapati guru yang baru saja mengajar di kelas ini. Aku tersenyum dan kemudian menyalami tangannya sebelum membiarkan guru itu pergi.
Selang beberapa detik, para laki-laki lah yang di dominasi keluar pertama dengan kisruh. Aku sedikit mundur karena takut tersenggol oleh badan mereka.
Lah? Yang mana orangnya sih?
Seseorang tersenyum kepadaku, laki-laki yang pernah merasa kuberi harapan palsu, padahal aku tidak memberikan itu sama sekali.
"Loh Lova? Ada apa kesini?"
"Aku nyari yang namanya Rangga kak, di kelas ini ada yang namanya Rangga nggak?"
Lorez terdiam sebentar, kemudian mengangguk, "Tunggu disini sebentar ya,"
Aku mengangguk saja dan dia masuk ke kelasnya kembali.
Dari kelas dua belas atas sini, aku bisa melihat lapangan basket dan kolam renang sekolah. Kemudian Mesjid sekolah yang paling besar di antara fasilitas lainnya. Yang lainnya tertutup oleh beberapa atas kelas dan pohon-pohon besar.

KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Fortune Cookies
Roman d'amourIni cerita Lovana tentang usahanya meleburkan hati laki-laki dingin, Laki-laki yang sifatnya berbanding jauh dengannya..