HI! JANGAN LUPA VOTE DULU SEBELUM BACA.
BTW, MAKASIH YAA YG UDAH MAU VOTE DAN BACA FORTUNE COOKIES:3
HAPPY READING ! x
***
Bara melirikku, Davian melirikku, semua orang disini melirikku kecuali Sydney yang seakan cuek-cuek saja setelah masuk tanpa mengucapkan salam dan membuat kami semua kaget. Sekarang, laki-laki itu malah memandang sekitar ruangan dengan pandangan wajah yang tentu saja seakan melecehkan.
Dan aku hanga bisa diam juga. Bara tidak bertanya apa-apa, wajahnya pun datar. Berbeda dengan Davian yang terus memperhatikanku dengan tatapan meminta penjelasan.
Aku tak memikirkan apa yang harus aku jelaskan pada semua orang disini kalau-kalau Sydney tiba-tiba masuk. Alasan tak ada dan laki-laki gila itu sudah masuk.
"Ayok pulang. Jenguknya udah kan?"
Aku mengangguk kaku dan kemudian Sydney sudah menarik tanganku yang masih duduk di sisi ranjang Bara.
"Kak Bara aku pulang dulu ya. Semoga cepet sembuh." kataku pelan. Bara mengangguk saja, kemudian ia mengubah posisinya kembali bertiduran. Tak ada ucapan terimakasih atau kata-kata pengantar lainnya.
"Lo baik-baik aja kan?" tanya Sydney yang di jawab anggukan olehku.
Sekarang, aku sedang di dalam perjalanan pulang bersama Sydney tentu saja. Tadi aku merasa nyaman di mobil mahal ini dan tak ingin keluar, sekarang aku malah ingin cepat-cepat sampai.
Dan sedari tadi aku hanya diam saja, setiap pertanyaan Sydney hanya aku balas dengan anggukan atau gelengan saja. Pertama, aku kesal padanya. Kedua, aku tak tahu apa yang akan terjadi antara aku dan Bara setelah kejadian Sydney yang tiba-tiba masuk ke kamar Bara dan menarikku pulang --Bara kan tidak bertanya apa-apa, membuatku tahu bahwa ia tak merasa penasaran atau cemburu--, dan ketiga, aku merasa Bara memang tak memiliki rasa apapun padaku, padahal kedekatan kami sudah hampir dua bulan.
Miris kan?
Maka dari itu aku hanya diam, intropeksi diri ditemani lagu One Direction yang berjudul More Than This yang terputar di audio mobil Sydney. Sekarang aku makin kesal, kenapa malah lagu sedih itu yang terputar, kenapa lagu galau dari One Direction itu yang menemani malam sedihku sekarang.
I'm broken.
Do you hear me?
I'm blinded.
Cause you are everything I see.
Yah yah yah. Lirik lagu paling ngenes yang pernah ku dengar, tapi sukses membuatku ingin meneriaki kata-kata itu tepat di wajah Bara.
"Lo suka One Direction nggak?"
Aku mengangguk lagi menjawab pertanyaan Sydney. Aku memang suka bahkan mengidolakan kelima laki-laki yang tampannya berlebihan itu. Selain suara mereka bagus, gaya mereka juga keren-keren, apalagi Niall Horan. Laki-laki itu sudah tampan, baby face pula.
"Gue nonton konser mereka bulan lalu." kata Sydney lagi.
Aku langsung menoleh padanya, "Serius lo?!"
"Ya. Di USA."
"Lah lo nggak sekolah?"
Dia menggeleng, kemudian tersenyum geli, "gue udah lulus tahun lalu Lova."
Aku makin melongo dan malu sekaligus. Aku tidak sopan padanya dan seenaknya saja, padahal setidaknya aku memanggilnya kakak atau mas atau abang. Tapi abang seperti tukang baso saja, eh tapi kan itu panggilan untuk yang lebih tua.

KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Fortune Cookies
RomantizmIni cerita Lovana tentang usahanya meleburkan hati laki-laki dingin, Laki-laki yang sifatnya berbanding jauh dengannya..