Maaf ya kalau banyak typo atau apa. Ini aku nulis di hp soalnya hehe.
Happy reading!
*******
Lovana's Lov.
Kadang, aku menyesal masuk jurusan IPA, tapi aku juga tidak yakin betah masuk jurusan IPS. Aku pelupa, tidak cepat hafal, malas menghapal ini itu, malas juga membahas masalalu dan IPS itu terlalu banyak hafalan serta kata-kata.
Tapi IPA juga sama menyeramkannya, aku harus belajar tentang-tentang makhluk hidup, menghitung ini itu, bahkan menghafal unsur-unsur Kimia juga.
Dan semua pelajaran pokok di IPA adalah pelajaran yang tidak kusukai sama sekali. Matematika, Fisika, Biologi, Kimia. Dan waktu belajarnya benar-benar bisa membuatmu mabuk. Dalam enam hari, aku belajar tujuh jam matematika yang dibagi dua waktu. Fisika, Biologi, Kimia masing-masing tiga jam.
Aku bisa mati muda.
Seperti halnya sekarang, aku sedang belajar matematika dan belajar matematika untuk hari ini adalah empat jam. Kalian bisa tahu kan betapa membosankan,ngantuk dan kesalnya aku sekarang? Mataku saja sudah tidak bisa diajak kompromi, sedaritadi aku hanya bergambar-gambar tak jelas di belakang bukuku dan melamun.
Aku benar-benar merutuki orang yang telah menciptakan matematika di dunia ini. Ok kalau tambah, kali, kurang dan bagi aku bisa tapi dengan rumus-rumus yang banyak dan membuat kepalamu akan pecah? Apalagi di tambah dengan huruf a sampai z. Its not good.
Aku mengambil ponselku, lumayan, mood-ku sedikit membaik ketika melihat wallpaper ponselku ini. Ada dua foto disana, foto pertama diatas adalah fotoku bersama keenam sahabatku ketika kami berlibur ke Bali ketika selesei Ujian Nasional. Dan foto kedua dibawah adalah fotoku dengan Bara yang secara diam-diam ku ambil, Bara sedang makan disampingku dan aku sedang bergaya sambil mengangkat tangan bergaya peace.
Kami terlihat cocok sekali disini.
Memikirkan Bara membuat aku menjadi senyum-senyum sendiri. Ya meski tingkahnya masih dingin dan berbicara seadanya tapi aku senang, setidaknya aku bisa dekat dengan Bara. Apalagi orang-orang banyak yang menyangka aku dan Bara jadian. Amin! Betapa senangnya aku.
Tapi sekarang aku mulai bingung sendiri. Aku sudah super super perhatian pada Bara, aku juga mulai rajin sholat sekarang dan baju-bajuku yang terkesan tidak sopan sudah jarang kupakai. Tapi kenapa dia tidak luluh juga? Kenapa rasanya semakin susah mendekati Bara?
Aku tahu apa yang ia rasakan ketika aku berada di dekatnya. Dia seakan menolak, menembok dirinya sendiri agar aku tak bisa masuk terlalu dalam. Kadang, aku berfikir bahwa ya, aku harus move on, seperti apa yang dikatakan hampir seluruh teman kelasku. Tapi kenapa rasanya susah sekali? Mereka bilang bahwa aku bisa dapat yang lebih dari Bara. Aku memang bisa, tapi hatiku seakan tidak mau.
Selama seminggu lebih perjuanganku, Bara tidak banyak protes. Tapi aku tahu di dalam hati ia jengkel sekali, terlihat juga dari wajahnya yang pusing menghadapiku. Keren sekali, dia menutupi semuanya. Paling Bara hanya akan menghela nafas dan berbicara dengan nada tidak terlalu tinggi kalau kesal jika di ganggu olehku.
Dia pacar idaman sekali; sabar dengan sifatku haha.
Bel pulang akhirnya berbunyi juga. Aku yang memang dari sepuluh menit yang lalu sudah membereskan barang-barangku ke dalam tas dan sebagiannya ku simpan dalam kolong bangku, langsung berjalan keluar kelas. Benar-benar merasa kepanasan dengan pelajaran matematika tadi.
Berlari kecil aku menuju kelas Bara dibawah. Hari ini aku akan memberikan sekotak coklat dari Hongkong, oleh-oleh Mamih yang kemarin baru saja pulang darisana. Sebenarnya tidak hanya untuk Bara, aku juga membawakannya untuk Davian.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Fortune Cookies
RomanceIni cerita Lovana tentang usahanya meleburkan hati laki-laki dingin, Laki-laki yang sifatnya berbanding jauh dengannya..