Chapter 3

3 1 0
                                    

Tok, tok, tokk…

“permisi” jerit gue

Pintu pun terbuka

“eh, Theo.. silakan masuk, nak” sapa ibu Kanza

Gue dipersilakan duduk diruang tamu yang dipenuhi dengan lukisan antik. Keluarga Kanza adalah pecinta lukisan, kebanyakan lukisan tsb adalah lukisan Jepang

“ada apa Theo datang kesini?” tanya ibu Kanza sembari duduk di sofa

“tujuan Theo kesini itu cuman mau bertanya tentang Kanza, Theo merasa Kanza akhir’ ini kok berubah ya? Theo telpon gak pernah diangkat, terus hari ini dia seperti tidak mengenal siapa’. Apa tante tau apa penyebab?” jelas gue panjang lebar

“hmmm…. Sebenarnya sebulan lalu Kanza mengalami kecelakaan, kepalanya terbentur dengan dinding kolam saat dia mau lompat indah. Syukurlah tante tepat waktu membawanya ke rumah sakit, kata dokter dia akan meninggal jika kami telat membawanya. Alasan dia gak mengingatnya karna Kanza menderita amnesia akibat dari benturan keras dikepalanya” jawab tante dengan raut muka sedih

Gue hanya bisa melongo tak jelas setelah mendengar penjelasan tante, gue gak bisa berkata dan menyangka bahwa selama ini Kanza amnesia akibat kecelakaan

“apa amnesia Kanza gak bisa disembuhkan?” tanya gue setelah melongo lama

“kata dokter, itu semua akan sulit tapi perlahan ingatannya bisa kembali” jelas tante

Disaat itu, pintu rumah terbuka dan Kanza melangkah masuk

“halo ma, Kanza dah pulang” sambil mencium pipi mama

“loh.. kamu bukannya Theo yang duduk di samping gue?” tanya Kanza sambil menunjuk gue

Kanza's POV

Gue heran dengan suasana ini, kok Theo bisa tau rumah gue ya? Setau gue gak ada seorang pun yang tau alamat rumah gue kecuali orang itu adalah orang yang sangat dekat dengan gue

“ada apa ini, ma?” tanya gue sambil melihat mama

“sayang, apa kamu gak ingat siapa yang ada didepanmu ini?” tanya mama sambil menunjuk Theo

Gue melihat Theo, emang gue merasa gue sudah mengenal Theo jauh sebelumnya dan gue merasa gue dan Theo sudah seperti seorang saudara

“Kanza gak ingat, ma” jawab gue dengan raut menerawang

“Kanza hanya tau kalo Theo adalah teman sekelas Kanza” jawab gue lagi

“gpp kok, tante, lagian Theo tau kok keadaan Kanza sekarang bagaimana. Maaf ya Kanza sudah merepotkanmu, kalo gitu Theo pamit dulu ya” jawab Theo dengan raut muka yang merah berjalan ke arah pintu masuk

Apa Theo nangis? Mengapa dia menangis?

“gue akan mengantar loe kedepan” jawab gue sambil menyusul Theo

“hey.. hey..” jerit gue

“hey.. Theo. Loe kenapa?” sambil meraih lengan Theo

“gpp kok Kanza. Gue gak memaksa loe untuk ingat sama gue, lagian gue ngerti keadaan loe” jawab Theo yang sudah terisak
“sorry ya Theo kalo gue gak bisa ingat loe, boleh aku minta id line loe?” tanya gue dengan merasa bersalah

“theolis14” jawab Theo yang sudah gak menangis lagi

“kalau emang kita dulu saling kenal dan dekat, izinkan aku untuk memulai semuanya dari awal, oke?” jawab gue dengan raut muka memohon

“baiklah kalo itu yang loe mau, kalo gitu gue pamit pulang dulu” jawab Theo dengan seuntas senyuman diwajahnya

“baiklah, hati – hati di jalan” lambai gue ke arah Theo

Theo’s POV

Gue sampe dirumah dengan wajah lesu dan mata bengkak, sepanjang perjalanan gue nangis terus karna Kanza tidak ingat sama gue.

“gue pulang” sahut gue saat melewati ruang tamu

Tapi tidak ada jawaban, gue langsung pergi ke kamar dan mengunci diri gue didalam. Semua yang gue butuhkan sekarang adalah sendirian, gue pun mandi dan akhirnya gue memutuskan untuk tidak makan malam dan pergi tidur.

9.30 P.M
Ting tong…

Gue yang sudah bangun dari 10 menit lalu, mendengar ponsel gue berdering tanda ada pesan masuk. Gue meraih ponsel gue dan ternyata gue dapat pesan dari Kanza

‘halo Theo.. dah tidur?’

‘halo Kanza.. belum, kamu?’

‘hehehe.. gue dah mau, eh besok ada waktu luang gak? Gue mw nunjukin something’

‘ada, mw nunjukin apa?’

‘bsk kamu psti tw, bsk di taman jam 11 oke?’

‘oke’

‘baiklah, gue tidur dulu. Goodnite’

‘goodnite too’

Setelah gue membalas pesan terakhirnya, gue memutuskan untuk menulis diary yang gue simpan dengan penuh rahasia. Ini sudah menjadi kebiasaan gue saat gue sendirian, semua yang ada dalam pikiran gue, gue tuangkan ke dalam diary kesayangan gue ini. Dengan begitu gue bisa merasa agak lega karna gue merasa gue sudah melepaskan sebagian beban gue. setelah gue menyelesaikan diary gue, gue beranjak untuk menyimpannya dan kembali tidur

vote and comment?
-chelle

InfinityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang