Chapter 7 - What Are You Doing To Me? (2)

163K 6.4K 64
                                    

Chapter Seven – What Are You Doing To Me? (2)

Aku berdiri didepan cermin kamarku dengan gugup. Aku menggunakan terusan berwarna biru muda dengan model tanpa lengan dan turtle neck milik H&M. Ini salah satu terusan kesukaanku yang terakhir kali kugunakan dua tahun yang lalu. Wow, aku baru sadar selama ini kehidupanku sangat sedarhana… dan jauh dari kata manja, tentu saja. Aku tersenyum tipis pada diriku namun pandanganku terasa kosong.

“Sepertinya bosmu sudah datang! Aku melihat laki-laki berjas hitam dengan tubuh indah dan rambut coklat keluar dari mobil Ford warna abu-abu!” teriak Lily dari luar kamarku dengan terburu-buru.

Aku memutar mata kesal, lalu mengambil tas pestaku yang sewarna dengan bajuku dan keluar dari kamar. “Thanks for the recap, Lily,” godaku. “Aku pergi dulu, jangan tunggu aku!” teriakku sambil pergi meninggalkan kamarku.

Aku melihat Ben berdiri didepan mobilnya menungguku. Dia tampak tampan, seperti kata Lily tadi, dengan kemeja berwarna biru muda, ditutupi oleh jas hitam dan celana kain hitam. Aku melihatnya mengamatiku beberapa detik, dan itu membuat pipiku memerah dalam sekejap.

“Apakah aku terlihat salah?” tanyaku berusaha terdengar senormal mungkin, memecahkan keheningan.

You looked amazing,” jawabnya dengan suara seraknya itu, membuat jantungku berdetak lebih cepat daripada sebelumnya. “Masuk?” tanyanya sambil membukakan pintu mobilnya untukku.

Aku tersenyum tipis padanya, entah apa yang harus kukatakan dan duduk dibangku depan. Aku melihat Savy menggunakan terusan berwarna coklat muda dengan renda dan pita, membuatnya terlihat imut. Ben masuk kedalam mobil dan menyalakan mesin mobilnya. Kita bertiga berada ditengah-tengah kota Manhattan pada malam hari ditemani oleh hujan rintik-rintik. Aku bisa mendengar suara Savy yang berbicara dibelakang sendirian. Sesekali, aku melirik pada Ben yang sedang fokus pada jalanan kota yang macet.

Naughty eyes! Aku memukul pelan mataku sendiri agar tidak mencuri kesempatan untuk melihat Benjamin Parker lagi. Ingat, Georgia Sanders. Kau sudah punya pacar! Aku mendengus kesal, dan akhirnya memilih untuk melihat jalanan diluar melalui kaca disampingku.

Mobil Ben berhenti didepan restaurant Italia yang pasti dikhususkan untuk orang-orang kaya. Seorang pelayan membukakan pintu untukku dan aku keluar dari mobil. Ben menyerahkan kunci mobilnya pada seorang petugas, dan aku mengambil Savy dari kursi tengah dan menggendongnya.

“Ayo masuk,” katanya mengajakku, berjalan disampingku memasuki restaurant ini. “Atas nama Benjamin Parker,” kata Ben pada petugas resepsionis. Senyuman wanita yang berada dikursi resepsionis langsung mengembang. Dia langsung berdiri dari tempatnya, dan memperlihatkan rok pendeknya di tengah-tengah bulan Oktober yang dingin seperti ini. Duh. Aku memutar mata kesal sambil mengikuti Ben yang sedang berbicara dengan si resepsionis yang tampak menggodanya.

“Ini ruangan kalian.” Aku melihat si resepsionis berdiri didepan pintu oak dengan tulisan VIP. Dia tersenyum lebar pada Ben, lalu tidak mengacuhkanku dan Savy, meninggalkan kami bertiga.

“Dasar,” gerutuku pelan mengerling pada si resepsionis yang sudah menghilang dari hadapan kami bertiga. Lalu seorang pelayan yang lain datang, membukakan pintu untuk kami bertiga. Setidaknya dia lebih sopan dan memberi senyuman padaku, tidak hanya pada Ben. Aku terkesima melihat ruangan VIP ini. Ruangannya memiliki dinding berwarna putih marmer indah, dan sebuah piano diujung ruangan. Hanya ada satu meja untuk empat orang ditutupi oleh kain satin yang indah. Dams you, Benjamin Parker. Buat apa kau memilih ruangan semacam ini segala?

“Aku lebih senang dengan ruangan VIP karena aku tidak terlalu suka ditengah-tengah keramaian,” katanya memberitahuku. “Silahkan duduk.” Dia menarik kursi untukku, aku tersenyum tipis padanya dan duduk. Savy yang duduk dipangkuanku bertepuk tangan senang melihat kelakuan Ben, alhasil pipiku langsung memerah karena malu.

Single Daddy's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang