Chapter 14 - Lake House (2)

124K 6.4K 180
                                    

Chapter ini gue dedikasiin ke qwertymela buat komennya yang mengena dihati gue (ceilehh). Enjoy this chapter ya guyss!! Lagu disamping adalah lagu inspirasinya *_* silahkan didengar sambil membaca.

Chapter Fourteen – Lake House (2)

Aku merasa kedinginan ketika membuka mataku, seakan-akan sesuatu hilang dariku. Aku mengerjap beberapa kali, merasakan sinar matahari menghalangi mataku untuk melihat. Aku mengerang, berusaha untuk duduk. Tubuhku terasa lebih baik sekarang. Aku bisa merasakannya.

Senyuman mengembang dibibirku ketika aku mengingat kejadian kemarin malam. Apa itu mimpi? Tidak. Itu kenyataan. Pikiranku terus mengulang kata-kata terakhir Ben padaku, dan aku akan mengingatnya selalu. Dia tidak pernah berhenti mempedulikanku.

“Hei, kau sudah bangun?” Aku mendengar suara Ben dibelakangku.

Aku menoleh menatapnya, sebuah nampan berisi makanan berada ditangannya. Dia tersenyum padaku, dan aku membalas senyumannya. Dia berjalan menuju arahku, dan memperlihatkan satu piring berisi scramble egg dan dua gelas susu. Aku tersenyum tipis melihat sarapan pagi itu.

For the past sake?” tanyaku padanya, sambil mengangkat alisku.

“Kau masih mengingatnya?” tanyanya sambil tersenyum bahagia.

“Tentu saja aku masih mengingatnya. Itu kali pertama kau memasakkanku sarapan, Ben!” jawabku, mengambil piring berisi scramble egg itu. “Tapi kenapa hanya satu?” tanyaku bingung.

“Agar kita bisa makan bersama,” jawabnya sambil mengedipkan mata. “Berikan piringnya padaku,” katanya sambil merebut piring yang tadi berada ditanganku. “Kau sakit, jadi duduk diam ditempatmu dan aku yang akan menyuapimu.” Dia tersenyum lebar.

“Aku sudah baik-baik saja, Ben. Aku bisa makan sendiri,” kataku, menarik piring dari tangannya.

No. Stop being stubborn, Georgie.” Dia menatapku marah. “Duduk diam, dan biarkan aku menyuapimu. Disuapi oleh seorang Benjamin Parker adalah keinginan semua wanita dunia. Bagaimana bisa kau menolaknya?” tanyanya, diikuti oleh tawa pelan.

Stop with that cockiness,” dengusku kesal. “Sayangnya aku pengecualian dari semua wanita didunia, Benjamin Parker.”

Nah, I know about that.” Dia tersenyum tipis, lalu memotong scramble egg dan memasukannya pada mulutku. “Bagaimana rasanya? Enak kan?”

Nope. Standard,” jawabku pelan, tapi mengunyah scramble egg itu secepat mungkin. For Pete’s sake, this scramble egg is the best scramble egg in the world. I swear. Apalagi kalau Benjamin Parker yang menyuapiku. Aku membuka mulutku, memberinya isyarat untuk memberiku makan lagi.

Not that fast, young lady,” katanya, lalu tertawa pelan.

“Aku lapar dan aku sedang sakit. Cepat beri aku makan!” jawabku, sambil mencubit lengannya pelan.

Stop being abusive, Georgie!” Dia menggelitik perutku, membuatku menghindarinya. “Nah, Setiap kali kau melakukan tindakan kekerasan, aku akan menggelitikmu. Got it?

Nope!” jawabku cuek, lalu membuka mulutku lagi. Ben menyuapiku sekali lagi. “Ngomong-ngomong, dimana yang lain?” tanyaku kemudian, sambil mengedarkan pandanganku kerumah Ben yang sepi.

“Mereka pergi berbelanja di mall terdekat,” jawab Ben. “Apa kau tidak tahu sekarang sudah jam 12 siang?” tanyanya, sambil menunjuk jam dinding yang berada diatas TV plasma dihdapanku.

Single Daddy's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang