Chapter 1 - Benjamin Parker, Secret Agent and Single Daddy

280K 8.6K 139
                                    

Chapter One – Benjamin Parker, Secret Agent and Single Daddy

BENJAMIN PARKER’s POV

Semua orang yang tidak mengetahuiku pasti berkata betapa beruntungnya aku. Aku tinggal di penthouse mewah ditengah-tengah kota Manhattan, memiliki seorang anak perempuan lucu yang berumur 2 tahun, dan menjadi dosen Sastra Inggris di New York University. Fuck that.

Aku sering berpikir betapa bodohnya mereka. Mana mungkin gaji seorang dosen bisa membeli penthouse semewah ini ditengah-tengah kota Manhattan? Agar aku bisa membiayai kehidupan anakku satu-satunya, Savannah Parker, dan kebutuhanku terus terpenuhi, aku harus melakukan kerja sambilan yang lain.

Well, sebenarnya menjadi dosen adalah pekerjaan sambilanku, atau bisa kubilang pekerjaan samaranku. Handphone-ku berdering disaat yang tepat setelah aku menaruh tas kerjaku yang penuh dengan lembar ujian yang dikerjakan para muridku tadi. Aku melihat caller id-nya, Connor Grayson. Perfect timing, Connor, desahku kesal.

“Ben, Sir Collins dua puluh menit lagi keluar dari kediamannya. Segera datang. Kemana saja kau?” tanyanya kesal.

“Aku baru pulang kerja, Connor. Berapa kali kukatakan kalau aku ini bekerja?” jawabku, tidak kalah kesalnya. “Aku sampai sepuluh menit lagi.” Aku menutup handphone-ku. Ya, aku seorang secret agent. Sebelum aku bekerja menjadi dosen, pekerjaanku lebih berbahaya dan membutuhkan kemampuan fisik lebih, namun setelah tiga tahun bermain dengan nyawa, aku pensiun dari tugasku itu dan memilih berkeja pada divisi keamanan yang lebih santai dan less-dangerous.

Aku mengunci pintu penthouse-ku. Damn… Savy harus menginap dirumah Mrs. Madison lagi. Bukannya aku tidak senang anakku itu menginap dirumah tetanggaku yang tinggal di lantai lima, yang memang seorang Day-Care Lady, tapi aku butuh waktu lebih dengan anakku. Hampir setiap hari aku bertemu dengannya sepulang kerja, jam 8 malam, dan sebelum kerja, jam 7 pagi, itu saja kalau aku tidak punya pekerjaan. I do need a time off from all this madness.

Aku menekan angka lima pada tombol lift. Sesampainya didepan pintu nomer 505, aku menekan bel pada pintu itu. Beberapa saat kemudian, seorang wanita berumur 60 tahunan membuka pintu dengan rambut yang sudah seluruhnya memutih. Dia tampak natural, dan senyuman mengembang pada wajahnya.

“Savy sudah tertidur, tunggu disini sebentar.”

“Mrs. Madison.” Dia berhenti berjalan dan menatapku. “Bisakah Savy menginap disini hari ini?” tanyaku, menggigit bibirku. “Aku ada pekerjaan diluar malam ini.”

Dia tersenyum tipis padaku. “Savy akan aman disini. Tenang saja Mr. Parker.”

Aku tersenyum lega padanya. “Terima kasih, Mrs. Madison. Besok pagi saya akan mengambil Savy. Terima kasih atas kerjasamanya. Kalau begitu, saya pergi dahulu.” Aku tersenyum sekali lagi kepadanya dan segera pergi dari sana.

Pekerjaan menantimu, Ben. Aku menggerutu pelan dan segera keluar dari apartment sebelum Connor menelponku lagi.[]

Hari Minggu! Aku berdiri dari tempat tidurku dengan kesusahan. Seluruh tubuhku masih kesakitan karena aku baru pulang jam 3 pagi kemarin. Kenapa Sir Collins itu suka menyiksa orang? Lagian dia sudah tua, sudah seharusnya dia beristirahat dirumahnya, bukan berjudi di casino.

Aku melihat jam dinding yang berada tepat diatas TV plasma berwarna putih didepanku. Jam 8 pagi. Aku meregangkan tubuhku sebelum turun dari tempat tidurku. Yang benar saja deh, umurku masih 24 tahun, kenapa tubuhku sudah terasa seperti kakek berumur 50 tahun? Aku menggeram pelan. Ini akibat dari mengajar dan hanya mengikuti para pemerintah negara. Terlalu santai.

Single Daddy's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang