SUARA keributan dari arah balkon membuat pemilik balkon kamar mengumpat kesal dan terpaksa bangun dari tidur indahnya.
Cowok itu menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya, menendang apa saja yang dilewatinya. Lalu mengintip sedikit gorden balkon, membuka pintu kaca dan langsung berlari mencari arah keributan, cowok itu menoleh kanan-kiri.
"Felish?" Suara Flash tercekat ketika melihat Felish tersungkur di lantai balkon.
Felish sibuk berdiri dan mendongak saat tau Flash sudah keluar. Cewek itu meringis saat kakinya sedikit terluka.
"Lo ngapain sih?" Flash membungkukkan tubuhnya, bermaksud menggendong Felish.
Felish dengan senang hati mengalungkan tangannya di leher cowok itu. Wangi. Itulah yang Felish rasakan sekarang.
"Lo ganggu gue tidur," Flash menguap dan menjatuhkan Felish di tempat tidurnya. Cewek itu hanya nyengir.
"Gue gak bisa tidur masa."
"Lah, hubungannya sama gue apa?" Jujur, mata Flash udah gak tahan lagi sekarang.
"Nyanyiin gue dong Flash..." rengek Felish.
Flash kaget dan sontak berdiri. "LO GAK LIAT MATA GUE?!"
"Idih, sans kali."
"Ehm, serah lu dah. Gua mau tidur." Dan, dalam hitungan detik Flash sudah tak bernyawa sekarang.
"Gila. Masa iye gue tidur disini?" Felish bergidik.
Dingin.
Mata cewek itu menoleh kearah pintu balkon yang terbuka. Terpaan angin malam yang dingin membuat Felish bergidik ngeri.
'CTAK!'
Felish kelabakan, tiba-tiba saja lampu mati. Dengan sigap, Felish langsung lompat ke tempat tidur Flash.
Gelap.
"Flash..." lirih Felish.
"Flash... takut..." lagi.
"Anjing." Umpat Flash terbangun.
Cowok itu berbalik, menatap Felish yang tak keliatan karena lampu mati.
"Felish?"
Sebuah tangan tiba-tiba menyentuh pipi Flash.
"Buset. Ni tangan siapa? Dingin banget." Flash memegang tangan yang menempel di pipinya.
"Lo hantu?" Kini Flash terduduk. Matanya menyipit. Mencoba melihat apa yang ada didepannya walaupun gak nampak.
"Astaga Flash! Ini gue." Felish akhirnya bersuara.
"Ya Allah. Lo ngapain tidur disini? Ntar apa dibilang nyokap gue?!" Pekik Flash.
"Gue... takut..." lirih Felish.
"Lampunya kok mati?"
"Mati lampu, Flash." Jawabnya. "Flash, gue ngantuk." Felish menguap.
"Tidur lah."
"Yakali tidur disini."
"Yaudah gue anterin." Flash meraba nakas, mencari ponsel. Setelah dapat Flash langsung menghidupkan torch light lewat ponselnya.
Flash berdiri begitu pun Felish.
Felish jalannya lambat banget kayak keong. Flash jadi kesel sendiri.
"Jalan tuh yang bener kek." Kesal Flash.
"Gue ngantuk, Flash." Felish berbicara pelan, seperti berbisik.
Idih? Dia pikir gue enggak? Pikir Flash.
Sesampai di balkon, Felish memanjat pagar pembatas. Dan langsung masuk kedalam kamarnya. Felish jalannya loyo banget kaya abis mabuk. Sampe lupa nutup pintu balkon.
Flash yang melihat itu langsung lompat ke balkon kamar Felish dan menutup pintu balkon. Dari balik gorden kamar Felish yang tipis, Flash melihat Felish yang tertidur. Akh, imut.
Flash tersenyum tipis, "Lo lucu, kaya Annabelle." Flash terkekeh lalu beranjak pergi menuju kamarnya.
***
"Flash nebeng dooong..." pinta Felish kepada Flash. Cowok itu sedang memanaskan mesin motornya.
Felish melihat arlojinya. Jam 07.05. 10 menit lagi bel sekolah berbunyi.
"Idih, sepeda lo mana?" Kini Flash menatap cewek berponi samping itu.
"Bannya kempes."
Flash mengernyit bingung, masa sih?
"Oh."
Felish membulatkan matanya. Masa Flash gak peka sih?! Au ah, Felish bete sama Flash.
"Ish." Felish merengut.
"Lo kan kalo dibonceng rewel." Kata Flash sambil menaiki motor putihnya.
"Sekali doang, ya ya ya." Felish meminta, manja sekali.
"Hm."
"Asik. Gue naik ye." Felish mulai naik keatas motor cowok itu.
See? Flash suka cara Felish meminta.
***
Cewek itu berjalan santai menelusuri koridor sembari memegang kedua tali tasnya. Sesekali cewek itu tersenyum saat teman-temannya menyapa. Merasa ada yang menepuk bahunya, Cewek itu menoleh dan mendapati Raga.
"Morning, Felish."
Felish tersenyum tipis, tak begitu nyaman dengan kehadiran Raga. Felish makin mempercepat langkah kakinya.
"Oi, buru-buru amat." Raga menarik tangan Felish.
"Gue mau ke kelas nih, belom ngerjain PR." Ujar Felish. Bener kok, dia memang belum ngerjain PR.
Raga sempat tak percaya, lalu kembali tersenyum. "Nanti malem, lo ada acara gak?"
Felish berfikir sejenak. Biasanya kalo malam-malam Felish lompat ke balkon kamar Flash, minta dinyanyiin atau mengganggu Flash yang lagi serius main PS. itu merupakan kebahagiaan kecil bagi Felish. Tiap malam Felish selalu melakukannya, sampe-sampe Flash mengunci dan menyokong pintu kamarnya sama lemari.
Tapi, apa mungkin kegiatan malamnya itu ia lewatkan semalam saja? Gak mau. Flash imut, apalagi kalo marah. Flash kalo marah pasti ujung-ujungnya ketawa. Lucu deh.
"Enggak bisa Ga, gue gak dibolehin nyokap pergi malem-malem." Ujar Felish sesemelas mungkin.
Raga tersenyum kecut. "Gapapa deh, lain kali gue aja yang main kerumah lo."
Felish melongo. "Eum... gue balik ke kelas deh, bye!" Tanpa anggukan dari Raga, Felish dengan cepat berjalan kekelasnya.
Ogah banget lama-lama bareng sama Raga.
***
karena w baek, w apdet lah sekalian part 1. Seneng gak lau smwah? jgn lupw v+c nyo (':
Minggu,
1 Jan 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Felish's Feel
Teen FictionSatu hal yang Felish tahu tentang persahabatan yang terjalin antara lawan jenis; kebersamaan. Dan ada satu hal yang akan timbul dari kebersamaan yaitu; rasa. ©2017