Bab 7 - Baik

47 12 1
                                    

FELISH bengong.

Seharusnya pada jam sembilan tadi Felish sudah tidur. Malam sudah sangat larut dan besok sekolah. Tapi kantuk yang biasanya cepat datang kini entah kenapa tak menyerang. Kini ia lagi kepikiran sama seseorang.

Siapa lagi kalau bukan Dhea, sahabat yang kini sudah berubah notabennya menjadi mantan sahabat. Persahabatan yang sudah dibangun selama tiga tahun lebih mendadak runtuh hanya karena masalah sepele.

Ia masih kepikiran soal percakapan Dhea dan temannya di perpus tadi. Ia menemukan fakta baru bahwa Flash menyukai Dhea dan Dhea pun sama. Ternyata, Flash pernah nembak Dhea dan ditolak. Yang lebih mengejutkannya lagi, itu ada sangkut pautnya dengan Felish! Alasan Dhea buat nolak Flash sangat tidak masuk akal, katanya, takut hubungannya di-PHO-in sama Felish karena Felish dan Flash sudah sangat dekat.

Ingin saja Felish teriak di depan muka Dhea; Hey, Dheandra! Lo gak punya hak buat nuduh gue begitu. Iya, gue tau setiap orang bebas berpendapat. Bitch please, tapi jangan buat pendapat lo itu bisa bikin nama seseorang itu jelek! Asal lo tau, boro-boro gue mau nge-PHO-in hubungan kalian berdua, gue punya rasa sama Flash aja kaga! Lah? Ini segala nuduh gue. Mana bawa-bawa fisik, lagi. Hey, Dheandra! Mau Flash nembak lo, kek. Mau kalian jadian, kek. Mau lo nolak Flash pake alasan gak masuk logika, kek. TERSERAH!!! Bodo Amat! Gue gak perduli! But please, jangan sangkut pautin gue didalam hubungan lo sama Flash. Gue gak tau apa apa. Oh iya, satu lagi, gue mau makasiiih banget ke lo. Karena udah hadir nemenin hidup gue selama tiga tahun yang lalu sebagai penghianat yang menyamar sebagai sahabat. Terima kasih banyak.

Kepala Felish sudah pusing dipenuhi oleh banyak kata-kata yang ia ingin lontarkan sekarang juga. Masalahnya sekarang, ia ingin marah kepada siapa? Ingin sedih sama siapa? Apakah masih ada orang didunia ini yang bisa diajak susah senang bersama? Bukan datang disaat lagi senang doang? Ada? Kalau kalian menemukannya, Felish ingin meminjam orang itu sebentar.

Ia tak habis pikir, kenapa Dhea sejahat itu? Atau cuma Felish yang berlebihan seakan-akan Dhea lah penjahatnya yang telah membuat tokoh Felish yang sedang bermain peran di atas bumi ini menderita?

Ia menyandarkan bahunya ke sandaran kursi yang sudah empat jam ini ia duduki. Getaran ponsel yang berada diatas novel membuat pandangan perempuan itu teralih padanya. Awalnya Felish kira itu notif dari seseorang, ternyata itu peringaran bahwa baterainya lemah dan kurang dari lima detik, ponsel itu akan kehabisan daya baterai.

Felish tak perduli. Ia meletakkan kembali ponsel itu ketempat semula. Mungkin, rasa kantuk telah menyerbunya. Felish segera menuju ketempat tidur.

***

"Pagi ini gue sarapan ditempat lo, ya." Baru saja sepotong roti masuk kedalam mulut Felish, Flash tiba-tiba datang di dinding pembatas dapur.

Flash berjalan kearah Felish dan sudah duduk manis dihadapan perempuan itu. "Kenapa?" Dahi Felish mengernyit lalu memasukkan potongan roti tadi kemulutnya.

"*Bonyok gue, mereka liburan, tai banget. Pas pagi-pagi gue liat ada surat ditempel dikulkas, katanya, 'Flash sayang, Mama sama Papa mau liburan dulu, ya. Kamu dirumah aja, jangan kemana-mana' gitu coba. Mana gak ditinggali makanan, lagi." Flash berucap meniru ucapan mamanya. (*Bonyok: bokap-nyokap)

Felish terkekeh kecil. Memandang wajah kesal Flash yang lucu. Sudah dari dulu, Felish suka jika Flash kesal. Wajahnya merah dan lucu sekali.

"Yaudah lo sarapan dirumah gue. Kata lo, dirumah lo tadi gak ada makanan kan?" Felish berdiri dari kursi, ia sudah menghabiskan sarapannya. Baru dua langkah Felish mau beranjak dari dapur, Flash memanggilnya.

"Iya?" Sahut Felish.

"Nanti lo berangkat sekolahnya bareng gue."

***

Di perjalanan menuju sekolah, Felish banyak tertawa karena Flash membuat lawakan super receh. Percakapan mereka baru terhenti saat sudah tiba di parkiran sekolah. Felish turun dari motor Flash dan menyerahkan helm yang tadi dipakainya ke sang pemilik. Ia merapikan poni yang kena kemata. Felish tersenyum manis kearah punggung Flash.

"Lo nanti pulangnya naik apa?" Tanya Flash sembari merapikan rambutnya dispion motor yang terlihat acak-acakan karena tak memakai helm, helmnya ia berikan kepada Felish.

"Ngh, naik angkot lah." Jawab Felish. "Kenapa emang?"

"Gak usah." Flash berbalik badan menatap Felish yang dipunggunginya. "Pulangnya bareng gue." Kata Flash dan berlalu pergi. "Dah."

Felish mematung. Dan entah kenapa ia tak yakin kalau kedua orang tua Flash tak benar-benar liburan.

Merasa ada yang menepuk bahunya, Felish baru sadar bahwa ia masih berada diparkiran. "Masuk kali, bentar lagi bel. Malah bengong." Itu Raga.

Felish tak perlu heran kenapa Raga ada diparkiran. Jelas, Raga itu ngaret dan dia pasti baru sampai di sekolah.

"Masuk yuk. Mau bareng?" Tawar Raga.

Felish mendelik. "Enggak dih."

"Yaudah. Gue duluan. Lo jangan lama-lama berdiri diparkiran sendiri. Lo tau kan, parkiran sekolah kita angker? Awas aja lo diculik sama kuntilanak." Kata Raga sok horor. Laki-laki itu berjalan meninggalkan Felish yang seketika menjadi merinding.

Sebenarnya parkiran gak angker sama sekali. Tapi Felish paling anti jika ditakut-takuti dan itu membuatnya ngeri. Felish menoleh ke kanan dan kiri. Tak ada siswa maupun siswi diparkiran.

Dengan cepat ia menyusul Raga didepan. "Eh tunggu, gue ikut!!!"

***

Sepulang sekolah, Felish menunggu di halte depan sekolah karena katanya hari ini Flash akan ngajak pulang bareng. Sepuluh menit sudah berlalu sejak bel pulang telah dibunyikan.

Tiba-tiba sebuah motor besar berhenti tepat didepan Felish dan itu Flash.

"Eh Fel, sori."

Otomatis Felish menoleh, ia melihat wajah panik Flash. "Lo nunggu lama, ya?" Tanya Flash.

"Enggak kok." Jawab Felish.

"Yaudah naik." Kata Flash. Segera perempuan itu naik ke atas motor dan berpegangan pada bahu Flash.

"Kita mau kemana?" Tanya Flash.

"Ya pulang lah."

"Enggak mampir makan dulu?"

"Dimana?"

"Mau gak?"

Felish nyengir. "Ya mau lah."

"Yaudah."

"Makannya dimana?" Tanya Flash saat motor sudah melaju.

"Terserah lo lah. Kan lo yang ngajak."

"Hm."

"Dimana emang?"

"Terserah gue lah. Kan gue yang ngajak."

"Ih." Felish kesal dan memukul helm yang dipakai Flash.

"Ya Allah, sakit Fel." Ringis Flash pelan.

"Bodo."

***

Aha aha...

Kok gue ngerasa Flash jadi baik ya sama Felish. Apa cuma gue doang? Atau karena ada sesuatu Flash jadi berubah gitu ke Felish??? Yeui, part selanjutnya, full scene of Flash-Felish. *ops

Vote komennya dong biar aku semangat lanjutinnya....

Minggu
9 Juli 2017

Felish's FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang