Feels | 9

35 8 2
                                    

"HAH!"

"Apaansih? Bau, tau."

Flash yang sedang fokus bermain PS kini menjadi kelabakan karena Felish tiba-tiba datang dari samping sambil menyemprotkan nafasnya, membuat Flash gagal mengalahkan musuhnya di level terakhir.

Perempuan itu mengambil tempat disamping Flash sambil bersila. Tangannya yang sedang tak memegang apa-apa malah memainkan kabel stick PS yang digunakan Flash, membuat laki-laki itu sedikit terganggu.

"Jangan gratak." Ujar laki-laki itu, tatapannya masih terfokus ke layar tv didepan.

Felish tak begitu perduli, ia malah menjadi dan makin membelit-belitkan kabel tersebut. Flash mulai risih dan mencegah tangan Felish untuk melakukan hal itu.

"Stop that." Peringat Flash.

Sepertinya Felish tak mengindahkan kalimat Flash. Tangannya masih asik mengganggu kabel stick itu. Flash berusaha menjangkau tangan Felish, tetapi gagal karena ia menaruh perhatian penuh kepada layar yang menyala didepannya.

Hingga akhirnya Flash frustasi sendiri, ia menggaruk kepalanya kasar. "Gara-gara lo, nih. Kalah kan gue jadinya." Ia meletakkan stick itu dilantai. Matanya menatap Felish dengan sorot tajam, lalu beralih kepada kedua tangan Felish yang memegang kabel stick.

Melihat itu, Felish ikut menoleh arah pandang Flash yang menuju kedua tangannya. Merasa di pelototi sedemikian rupa, perempuan itu nyengir dan melepaskan tangannya dari kabel. Tak lupa mengucapkan "sori." Tanpa rasa bersalah.

"Nyebelin tau gak?" Gerutu Flash sambil meraih kedua tangan Felish lalu ia kepitkan di ketiaknya. Kemudian, laki-laki itu melanjutkan permainan di PS.

Mungkin Flash akan tenang beberapa saat karena kedua tangan Felish sudah aman. Menyadari kedua tangannya didalam ketiak Flash, perempuan itu meronta minta dilepaskan. Tak kalah, Flash makin kuat menjepit tangan perempuan itu.

"Lepasin gueee... itu ketek lo bau banget..." rengek Felish.

Emang bener. Buktinya aja kaos Flash basah dibagian ketiak.

"Lo jorok banget sumpah. Gak pake deodorant apa?" Kesal Felish setelah tangannya berhasil keluar dari jepitan ketiak laknat-nya Flash. Perempuan itu mencium tangannya yang ternyata bau keringat laki-laki. "Bau banget ini." Ucap Felish. Berlagak pura-pura muntah.

Flash menghentikan permainannya, ia menyimpan stick PS-nya didalam laci.

"Mana? Wangi gini." Balas Flash sambil mencium ketiaknya yang basah.

"Dasar jorok."

"Biarin jorok yang penting gak suka ganggu."

"Nyebelin." Dengus Felish.

"Lo lebih."

"Gue gak nyebelin, ya. Tapi ngangenin!" Felish sewot.

"Ngangenin dari hongkong!" Balas Flash tak kalah sewot.

Dan jadilah mereka adu bacot yang sama sekali tidak bermakna. Yang satu ngajak perang, yang satu tidak mau mengalah. Gitu aja sampe Flash sadar bahwa Felish itu suka sama Flash.

"Tau! Sebel gue sama lo." Felish membalikkan badan dan melipatkan tangan di depan dada. Bersikap layaknya orang yang lagi ngambek.

"Sayangnya gue gak mau bujuk." Balas Flash sambil terkekeh.

Dasar cowok gak peka. Gerutu Felish pelan.

"Dih? Siapa juga yang mau dibujuk sama lo? Nenek-nenek yang lagi ngambek juga gak sudi kali lo yang bujuk." Ejek Felish sambil menoleh ke arah Flash, lalu membuang muka kembali.

Felish's FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang