[20] Sekolah ajaib

1K 91 3
                                    

-Author's Pov

Pagi ini masih seperti biasanya, ini Senin. Jelas rata - rata pelajar akan sedikit enggan untuk pergi ke sekolah, bayangkan saja apa yang akan terjadi pada senin pagi.

Berdiri di tengah lapang, menghadap tiang bendera. Ah, itu penerapan bela negara. Dan paling di hindari, apalagi kalau bukan upacara.

Tapi tidak bagi Rian, pagi ini ia tampak sangat bersemangat. Bahkan selalu bersemangat. Mungkin alasannya hanya satu, karena ia menyukai gadis dirijen dari kelas fisika II. Sejak menyukai gadis itu lah ia mulai menyukai upacara.

"Gue duluan yah," ucap teman sekelas nya yang tak lain bernama Carlos.

"Sip bro!"

Dengan cepat Rian menaruh tas nya dan segera meninggalkan kelas, berjalan di koridor menuju lapangan pelaksanaan upacara.

Upacara berlalu, sekitar 45 menit mereka berdiri di bawah langit pagi yang sedikit memancar.

Para siswa pun berhamburan menuju kelasnya masing - masing. Tapi saat Rian hendak pergi ke kelasnya, panggilan seseorang membuatnya mengurungkan niatnya itu.

"Rian!" Panggil seorang gadis cantik memakai baju putih khas untuk anak yang menjadi petugas upacara.

Rian menengok ke belakang, dan ia melongo. Seketika pula Rian merasakan atmosfer di sekitar berubah.

"Adel? Ada apa?"

Ya. Dia adalah Adel, lebih lengkapnya lagi adalah Adellia Mentari. Dia adalah anak dari kelas fisika II yang saat upacara tadi menjadi dirijen. Itu berarti? Ya, orang yang di sukai Rian.

"Lo liat Dewa gak?" Seketika pula hatinya mencelos ketika mendengar pertanyaan dari Adel.

"E--enggak, gue kan biasa baris di depan. Gak tau deh, gak liat ke belakang soalnya." Jelas Rian dengan senyuman yang di buat - buat. Adel mengangguk paham.

"Yaudah deh, thanks yah." Setelah mengucapkan itu, Adel langsung berlalu dari hadapan Rian.

Dan kalian mau tau bagaimana keadaan hati Rian saat ini? Hancur. Bagaikan pecahan kaca yang tak bisa kembali ke bentuk semula.

****

Berbeda dengan Rian, justru saat ini Marlo sedang berhadapan dengan bu Desi. Yang menurutnya memiliki peringkat 1 dari guru - guru yang mempunyai gunung kembar yang besar. Ck, ada - ada saja.

"Ibu capek tau gak nasehatin kamu,"

"Ya kalau ibu capek, istirahat lah!" Jawab Marlo dengan entengnya.

Bu Desi mencebikkan bibirnya. "Masalahnya kamu itu gak pernah ngebiarin ibu istirahat tau gak!"

"Ya karena ibu gak pernah ngebiarin saya ngontek dengan tenang sih,"

"Tau ah! Pokonya ibu gak mau tau, nilai ulangan kamu hari ini harus di atas 80! Itu pun gak boleh nyontek!" Tegas bu Desi.

"Berarti nanya boleh dong bu?" Tanya Marlo dengan polosnya.

"Gak--" belum sempat bu Desi ingin protes, Marlo sudah memotong ucapannya.

"Kata mamih saya juga, kita sesama manusia itu harus saling membantu orang yang sedang kesusahan." Ucap Marlo membuat darah bu Desi semakin naik.

Dengan bahu yang terguncang dan muka yang memerah menahan amarah bu Desi berteriak. "MARLO! IBU KUTUK KAMU JADI ANAK PINTER!" Seketika pula, teriakan bu Desi membuat Marlo yang mendengarnya kabur.

"Saya gak percaya kutukan bu" Balas Marlo sebelum benar - benar pergi meninggalkan bu Desi sendiri di ruangannya.

Bu Desi yang melihat tingkah laku Marlo pun hanya bisa menghela nafasnya. "Tuh anak emang kurang asem," cibir bu Desi.

-Marlo's Pov

Apa - apaan coba bu Desi, masa ngancem gue buat dapet nilai di atas 80. Dapet nilai 60 aja gue bersyukur alhamdulillah. Lah, tadi juga bu Desi ngelontarin kutukan buat gue.

Gapapa kalau gue di kutuk jadi orang paling ganteng di antara orang kayak Justin Bieber, Cameron Dallas, Harry Styles, Zayn Malik, Manu Rios, Luke Hemmings, sama Niall Horan. Lah ini, gue malah di kutuk jadi orang pinter. Imposible.

"Mar!" Gue berbalik ke belakang ketika mendengar ada orang yang memanggil gue.

"Yoi!" Balas gue dengan lesu. Gak tau kenapa habis di kutuk sama tuh guru sekseh, gue langsung lemes tanpa alasan.

"Belom masuk lo? Pelajaran pak Dadang loh." Gue memutar bola mata gue malas.

Jam pelajaran pertama sampe jam pelajaran ketiga gue di isi sama pak Dadang, sedangkan jam pelajaran keempat sampe keenam di isi sama bu Desi. Mana pas pelajaran bu Desi, bakalan ulangan lagi.

Hadeh, pen mati aja gue. Lelah.

"Woi!" Gue tersentak saat merasakan tepukan di bahu gue.

Gue pun menatap ke arah si Eci tanpa minat. "Percuma, gak bakalan ngerti gue." Protes gue.

Ya. Kalian mikir dong, gue kan sekolah di Jakarta bukan di Jawa barat. Harusnya kan belajar bahasa Betawi, bukan Sunda.

Ya, meskipun papih gue orang Sunda. Tapi kan tetep aja aneh, kalau tau begini. Mending sekalian aja gue sekolah di kampung papih gue.

Dari awal masuk ke sekolah ini aja gue gak lazim. Mulai dari anak ceweknya yang suka bawa kutek kemana - mana, anak cowoknya yang selalu aja ngegosip. Emang bener - bener sekolah ajaib.

"Ye, lo gak boleh gitu. Bahasa Sunda kan bahasa bokap lo juga, monyet." Sembarang tuh congor ngatain gue monyet, dasar baby pig🐽

"Udah ah, yuk. Kembali ke kelas, mumpung pak Dadang nya belom ke kelas." Gue memutar bola mata gue dengan malas.

Pasrah deh di tarik - tarik begini sama si Eci. Dasar tukang ngatur.

-Eci's Pov

Gue liat dari samping, si Marlo dari tadi cekikikan terus kek pasien rumah sakit jiwa. Dan tanpa kalian ketahui, tuh anak lagi merhatiin pak Dadang, lebih tepatnya sih celana nya pak Dadang.

Gue sampe mau lepas kontrol untuk ketawa, soalnya penampilan pak Dadang hari ini tuh beda banget. Pakek celana ala - ala jin terus pakek kemeja kotak - kotak warna pink sama ijo. Kan jijik.

Bisa kalian bayangin? Iuh...

"Jangan liatin celananya pak Dadang mulu lo, ntar demen lagi." Kata gue tanpa menengok ke arah si Marlo.

Dan dapat gue pastiin, tuh anak pasti langsung nengok ke arah gue. Gue bisa tau yah? Kan gue liat dari ekor mata gue. Wkwk.

"Gapapa, mata - mata gue ini. Sewot aja lo, jijik gue sama celananya pak Dadang." Balasnya sewot.

Hadeh, ini rasanya punya sahabat yang otaknya sengklek. Ck😑

Bersambung...

******
Hua...
Capeknya tangan aku. Tapi berhasil next juga. Dan please, kasih aku ktitik atau saran biar lebih seru storynya. Thanks! Eits, jangam lupa Vomment!

Vote 21+

Dan aku mau ngadain curcol nih di Line kalau kalian mau gabung add id line aku aja : rizkytajulia ntar kalian chat aku terus bilang aja mau dong gabung di group.

Tapi sebelumnya kalian konfirmasi dulu yah sama aku, soalnya aku orang yang termasuk suka ngabaiin add orang yang gak aku kenal.

Btw, aku kecewa sama kalian. Because vote yang aku kira bakalan terjangkau malah gak sampe target sama sekali. Kecewa? Udah biasa sih diginiin, tapi please... Hargai aku yang capek next demi kalian. Aku gak bakalan next kalau gak sesuai target yah... Thanks😘

BBM [Group Chat] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang