Part 6

2.6K 79 6
                                        

Emiko seperti biasa bangun di pagi hari mengerjakan aktivitas rumah sebelum berangkat ketempat kerjanya. Hanya saja beberapa hari ini banyak sekali pekerjaannya yang membuat dia harus hingga larut malam. Dia berpikir untuk membahagiakan ibu dan adiknya walaupun ibunya selalu menanyakan kapan emiko akan menikah dan memiliki seorang anak. Karena ibunya sendiri ingin sekali mempunyai seorang cucu yang mungkin saja menemani beliau dimasa tua.
Emiko yang lagi menyiapkan sarapan pagi untuk airo dan ibunya. Seperti biasa sarapan pagi hanya roti dan selai menurutnya ini cukup untuk mengisi tenaga di pagi hari.
"Emiko apa kamu tidak apa sayang, hampir setiap hari kamu harus melakukan semua ini." yang tiba-tiba ibu sudah ada disamping emiko
"Tidak bu, lagian belum waktunya berangkat kerja juga jadi aku ingin buat sarapan seperti biasanya." jawab emiko sambil menyiapkan sarapan di atas meja.
Ibunya pun juga ikut menyiapkan sarapan yang tersedia di meja makan
" lebih baik kamu bangunkan airo pasti dia belum bangun jam segini pasti dia masih di dalam mimpimnya." kata ibunya menyuruh emiko membangunkan airo adik laki-lakinya yang paling dia sayangi.
Emiko pun berjalan menuju kamar airo dan mengetuk pintu kamarnya, dia pun mengetuk pintu kamar airo tetap tak ada jawaban dari airo
"Apakah airo masih tidur ya." kata emiko di depan pintu kamar.
Dia pun membuka pintu kamar airo dan masuk ke dalam kamarnya
" airo.. Wake up waktunya airo ke sekolah bukannya adek kakak harus sekolah hari ini, wake up airo." membuka gorden kesukaan adeknya.
" nanti saja kak masih ngantuk airo." Jawabnya sambil bersembunyi di balik selimut
Emiko tersenyum melihati adeknya yang masih saja seperti anak kecil
" nanti kamu terlambat ketempat sekolahnya sekarang bangun, mandi dan sarapan " kata emiko sambil menarik selimut kesukaan adeknya dan keluar dari kamar airo
" kak emiko ini ya." teriak airo
Emiko cuma tersenyum geli mendengar teriakan dari airo.
Emiko pun segara mengambil tas dan bekalnya. Karena dia tidak ingat terlambat menuju ke tempat kerjanya
"Kamu tidak sarapan dulu sama adikmu." kata ibu yang meletakan nasi goreng.
" ah, tidak bu nanti emiko terlambat ke tempat kerjanya." kata emiko sambil mengambil bekal makanannya
" ibu, emiko mau berangkat kerja dulu."
"Kamu hati-hati di jalan ya sayang." jawab ibunya.
Emiko pun berjalan kaki menuju tempat kerjanya. Walaupun tempat kerjanya lumayan jauh dari rumahnya
Dia cukup menikmati kehidupannya sehari-hari.
Sampai di terminal busway emiko langsung menaiki busway yang jalurnya menuju tempat kerjanya.
Di perjalanan dia teringat perkataan ibunya yang selalu mengusik kedalam pikiran emiko.
Apa kamu tidak mencari pendamping hidup kelak. Ibu ingin kamu sekarang memiliki pasangan, jangan sibuk dengan kerjaan kamu.
Kata-kata itu selalu muncul di pikiran emiko berulang kali setiap dia terdiam seorang diri sampai tak sadar kalau busway yang dia tumpangi sudah sampai di terminalnya.
"Astaga, sudah sampai ya." dia pun cepat-cepat turun dari busway dan berjalan lagi menuju tempat kerjanya yaitu Butik pakaian yang sangat terkenal di kotanya.
"Tumben sekali kamu datangnya agak telat." kata Irma teman satu kerjanya dan pemilik butik tersebut.
" ah, tidak juga."
" sepertinya kamu ada masalah aku siap untuk jadi pendengar mu yang baik." jawab Irma dengan senyuman
"Oh ya hari ini ada pelanggan Spesial ku yang mau datang ke sini." kata Irma dengan senang hati dia memberitahukan kabar ini.
Emiko meletakan tas dan Mengambil buku catatan " pelanggan spesial, sepertinya kamu tidak pernah menceritakan ini."
"Aku memang belum menceritakan dengan kamu emiko, dia pelanggan. Pertama ku waktu butik ini di buka. Beliau itu orangnya baik sekali dan humoris." Irma menceritakan dengan seksama.
"Hhmm... Dari mana kamu kalau dia itu orangnya baik." jawab emiko
Irma tersenyum sambil mengingat sesuatu " dia adalah teman ku dari SMA waktu itu aku tidak memiliki apapun istilahnya orang biasa yang tak punya apa-apa di sekolah aku selalu menyendiri tak punya teman. Bahkan. Biasanya aku suka di perpustakaan kalau jam istirahat."
"Apa kamu memang tidak berteman dengan teman satu kelas waktu semasa sekolah." tanya emiko
" aku lebih suka menyendiri di perpustakaan mana ada yang mau berteman dengan seorang anak tukang becak." kata Irma sambil mengingat masa lalunya
"Apa ? Irma seorang keluarga yang susah sama seperti aku." dengan sock Emiko mengetahui semuanya.
"Kamu ini berlebihan sekali." dengan senyuman dan tertawa ringan dia memeriksa kembali barangnya
"Tapi itu tidak membuatku harus bersedih terus menerus dan suatu hari aku bertemu dengan seorang teman yang dia pindah sekolah dari luar negeri, dia sangat baik hati dan cantik nama dia adalah Claudia. Dia berasal dari keluarga kaya raya. Yah mungkin orang kaya bisa bersekolah di situ karena sekolah elit hanya orang tentu saja masuk kesana."
Emiko pun memikirkan " hanya orang tentu, maksudnya ?
"Sebenarnya aku masuk ke sekolah itu karena dapat beasiswa dan katanya nilai ku selalu mendapatkan yang terbaik maka dari itu aku bisa masuk ke sekolah yang bertarap internasional." jelas Irma
"Wah bangga dong bisa masuk sekolah yang terkenal itu ya Irma, kalau saja aku bisa jadi kamu pasti senang banget deh." kata emiko dengan senangnya mendengarkan kisah dari Irma
"Ya sudah emiko nanti aku lanjutkan ceritanya nanti kita malah gak buka-buka butik ini." kata Irma dengan semangatnya.
Mereka pun segera membuka toko butiknya dan membereskan barang yang ada. Tak terasa pelanggan pun mulai berdatangan ke butiknya. Waktu makin berjalan dan tak terasa jam menunjukkan pukul 12 siang.
" emiko.."
" iya irma."
"Apa kamu lapar soalnya aku tadi belum sempat makan pagi."
Emiko menjawabnya dengan sedikit bingun  "hhmm... Sebenarnya aku membawa bekal dari rumah sekarang lagi berhemat, soalnya adik ku mau naik kelas takutnya biaya daftar ulangnya agak mahal."
"Ohh.. Ya sudah kamu jaga butik ini ya, aku mau makan siang dulu di restoran seberang." kata Irma yang mengambil tas kecilnya di dalam laci
"Oke Irma serahkan semuanya pada aku." kata emiko dengan tersenyum manisnya.
Irma pun segera meninggalkan butiknya dan menyeberang jalan ke restoran yang terdekat.
Begitu juga dengan emiko yang asyik dengan dunianya sampai-sampai ada seseorang yang memanggilnya
"Permisi apa barang ini masih ada warna lain." kata seorang pria
Emiko pun tidak mendengar dan tak melihat bahwa ada seseorang yang dari tadi menunggu
"Permisi mba, apa barang ini ada warna yang baru." Kata lelaki itu dengan muka setengah betenya.
" oh iya maaf mas, tadi mau nanya apa." kata emiko dengan terkejutnya bahwa lelaki yang bertanya itu adalah.
"emiko..." jawab lelaki itu yang juga merasa terkejut.

I LOVE YOU DOCTORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang