SATU

7.8K 479 34
                                    

Sembilan tahun kemudian ....

Misinya kali ini harus berhasil. Ia akan berlibur di rumah paman tirinya dan akan menemukan novel bersampul hitam itu. Selama sembilan tahun ini, ia selalu penasaran apa isi novel itu. Sembilan tahun lalu, saat NaGeen menemukan novel berjudul "My Love, Angelica" dan baru akan membaca halaman pertama bab satu, Ravaz tiba-tiba masuk ke ruang kerja dan langsung merebut novel itu. Wajahnya terlihat sangat panik. Matanya bersorot liar sambil mencengkeram novel itu.

"Apa itu ... Paman?" tanya NaGeen kala itu. "Apakah itu novel tentang ibuku? Itu novel buatan Paman kan? Penulisnya Ravaz."

Ravaz bernapas cepat, terlihat dari dada bidangnya--yang terbalut kaus putih dan kemeja kotak-kotak biru muda--yang naik-turun. "Bukan novel tentang ibumu."

"Tapi ... di judulnya ... ada nama ibu." NaGeen menunggu jawaban pamannya.

Tiba-tiba Ravaz tersenyum lalu mendekati NaGeen. Ia mengelus kepala NaGeen dengan tangannya yang bebas. "Nama Angelica kan banyak, Sayang. Angelica dalam novel ini ... adalah wanita yang pernah Paman cintai, dan itu bukanlah ibumu."

"Tapi ... di meja Paman ada foto Ibu."

"Coba kau lihat lagi, di meja ada juga fotomu dan ayahmu 'kan."

NaGeen bergerak menuju meja. Dan, ia melihatnya. Benar. Ada. Tiga foto dalam bingkai terpisah. Masing-masing foto ibu NaGeen, NaGeen, dan ayah NaGeen. Rupanya ia hanya berprasangka buruk pada Paman Ravaz.

"Lalu ... di mana wanita bernama Angelica itu?" tanya NaGeen penasaran.

Mata Ravaz tampak berkilat marah untuk sesaat. Mungkin hanya ilusi, pikir NaGeen yang kini menatap sorot sedih di mata pamannya.

"Aku tidak tahu. Wanita itu pergi begitu saja meninggalkan Paman ...."

Mungkin karena masih anak-anak, NaGeen percaya begitu saja perkataan pamannya. Tapi, kala usia NaGeen menginjak angka dua belas, ia baru menyadari bahwa pamannya selalu menatap Angelica, ibu NaGeen, dengan tatapan yang teramat lembut. Saat itu ingatannya tentang novel bersampul hitam tiba-tiba menyeruak. Namun, setiap kali NaGeen bertandang ke rumah Ravaz untuk liburan dan diam-diam masuk ke ruang kerja pria itu, gadis itu belum juga berhasil menemukan novel itu. Kenapa diam-diam? Karena Ravaz dengan terang-terangan tidak mau meminjamkan novel tersebut!

"Tidak ada seorang pun yang membaca novel itu kecuali Paman. Aneh memang, tapi Paman penulisnya jadi Paman berhak melakukan apa pun dengan novel buatan Paman."

Paman Ravaz memang benar-benar aneh! gumam NaGeen dalam hati. Karena sikap aneh pamannyalah, NaGeen semakin curiga jika Angelica yang ada di dalam novel itu adalah ibunya. Namun sayang, karena sejak duduk di bangku SMA, NaGeen diminta untuk membantu ayah dan ibunya di hotel saat liburan——menjadi office girl, tukang cuci piring, belajar mencuci baju para tamu hotel, dan lain-lain——ia belum pernah berkunjung ke rumah Ravaz lagi.

Sekarang, ia sudah lulus sekolah dan sedang dalam masa liburan sebelum masuk ke perguruan tinggi. Dan, ia sudah mengantongi izin dari ibunya untuk berlibur di kediaman Ravaz.

NaGeen mengutarakan keinginannya untuk berlibur di rumah Ravaz dengan alasan pamannya itu memiliki banyak buku-buku bagus dan berkualitas. "Ibu tahu kan aku suka sekali membaca buku, dan aku bisa belajar banyak dari buku. Lumayan kan sebelum aku ikut ujian masuk perguruan tinggi. Lagi pula sudah lama aku tidak ke rumah paman."

"Baiklah. Tapi, hanya selama dua minggu. Setelah itu, kamu harus bekerja di hotel ya, karena suatu saat nanti kamu yang akan mengurus hotel kita. O ya, kamu harus menjaga dirimu di rumah Paman Ravaz," ujar ibunya tegas.

LOVE STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang