EMPAT BELAS ~ TUNANGAN?

7.2K 405 31
                                    

NaGeen telah menunggu calon tunangannya selama lima belas menit di salah satu meja restoran hotel milik orangtua gadis itu. Ia baru saja menghabiskan segelas besar milkshake cokelat saat seseorang mendatangi mejanya. Mata hitam NaGeen membelalak sempurna melihat laki-laki itu.

"Selamat malam, NaGeen."

"Pergi dari sini!"

Laki-laki itu malah duduk di kursi di seberang NaGeen. Bibirnya memamerkan senyum menawan yang dapat memikat para perempuan, kecuali NaGeen. "Tidak bisa. Aku kan ... calon tunanganmu."

NaGeen hampir berdiri, tetapi ia menahannya, teringat bahwa ayah dan ibunya mengawasinya dari suatu tempat entah di mana di dalam restoran ini. "Apa katamu? Yang benar saja!" NaGeen melotot marah, terkejut.

"Benar. Aku tidak berbohong, NaGeen. Setelah kita bertemu secara kebetulan di cafe beberapa waktu lalu, aku jadi semakin tidak bisa melupakanmu. Aku ingin memilikimu. Jadi, aku meminta ayahku ...."

"Aku tidak mau bertunangan denganmu, apalagi menikah denganmu."

"Kenapa kau tidak bisa memaafkanku?"

"Tentu saja——"

Tiba-tiba seorang pelayan menyodorkan menu. Cakra menolaknya dengan sopan, kemudian setelah pelayan pergi, ia kembali menatap NaGeen. "NaGeen, bagaimana kalau kita mencoba berkencan beberapa kali dulu? Jika kau memang masih tidak mau, aku takkan memaksamu."

NaGeen menatap tidak suka. "Tidak."

"Aku ... mencintaimu."

Wajah NaGeen menggelap karena marah. "Aku tidak."

"Aku tidak akan menyerah. Aku akan datang lagi." Tiba-tiba Cakra menarik tangan kanan NaGeen lalu mengecup lembut punggung tangannya dan tersenyum. "Kau pasti akan memaafkanku dan jatuh cinta padaku."

NaGeen ingin sekali lekas menarik tangannya, tetapi ia tidak ingin membuat ayahnya curiga. "Lepaskan tanganku."

Cakra melepaskannya. Lalu ia berdiri. "Sampai bertemu lagi, NaGeen," ucapnya sebelum berlalu.

Beberapa saat kemudian, ayah dan ibunya menghampirinya. Mereka duduk di hadapan NaGeen.

"Bagaimana? Kalian cocok? Sepertinya ia pemuda yang sopan," puji Reeve dengan menggebu. Sementara ibunya hanya diam menatapnya.

Apa ia jujur saja jika Cakra pernah hampir memerkosanya di sekolah beberapa bulan yang lalu? Tidak, tidak, itu terlalu menyeramkan! Ia terlalu malu untuk menceritakan hal itu pada kedua orang tuanya! Tapi, mungkin saja jika ia bercerita, ayahnya akan langsung membatalkan pertunangan ini. Ah, tetapi ... nanti ayah dan rekan bisnisnya akan bertengkar, dan hubungan bisnis mereka akan retak selamanya!

"NaGeen? Kok malah melamun?" tanya ayahnya.

NaGeen memaksakan sebuah senyum. "Aku akan mencoba jalan beberapa kali dengannya, Ayah. Tapi, aku tidak tahu apakah hubungan ini akan berhasil."

Reeve tersenyum. "Ayah berharap mendengar kabar baik."

"Apa ... hubungan bisnis Ayah dengan ayahnya Cakra ... sangat penting?"

"Sangat," ucap ayahnya singkat.

NaGeen menatap ibunya yang tengah menatapnya dengan raut sedih. Apa yang ibunya sedang pikirkan? Apa ibunya ... berharap putrinya ini menolak pertunangan dengan Cakra dan kembali pada Ravaz? Tidak, ia tidak mau.

***

NaGeen sedang memilih-milih buku yang akan dibelinya saat pandangannya bertemu dengan Harley. NaGeen buru-buru membuang muka lalu pergi menjauhi pria yang kini membiarkan rambut cokelatnya tergerai mencapai bahu bidangnya.

LOVE STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang