"NaGeen?" Ravaz mengelus bibirnya yang berdarah.
NaGeen terisak, matanya yang basah menatap Ravaz. "Dia ... dia hampir melakukannya, entahlah, aku ... aku tidak tahu. Jari-jarinya memasuki alat kelaminku. Aku merasa sakit. Aku tidak tahu ... mungkin ... aku sudah tidak——" NaGeen terisak keras. Ia masih menutupi dadanya dengan kedua tangan.
Ravaz menarik NaGeen ke dalam pelukannya. Dielusnya rambut gadis itu. "Apa lagi yang dilakukannya?"
"Kenapa ... Paman ingin tahu?" tanya NaGeen di sela-sela isakannya. "Aku tidak ingin siapa pun mengetahuinya ... itu terlalu menjijikkan ...."
Pamannya tidak menjawab, hanya memeluk dan membelai rambutnya.
"Paman?"
Ravaz akhirnya melepaskan pelukannya. Matanya menatap NaGeen tanpa keramahan. "Seharusnya aku tidak boleh peduli padamu. Seharusnya aku masa bodoh jika seniormu sudah memerawanimu. Dan, seharusnya aku sangat membencimu." Ia kemudian bangkit berdiri. "Buku bersampul hitam yang selama ini kaucari ... kusimpan di bawah tempat tidurku. Jika setelah membacanya kau ingin pulang, silakan, nanti kau minta Mbok Yu untuk memanggil taksi. Dengar, aku tidak mau bertanggung jawab jika kau menyesal membaca buku itu."
NaGeen memerhatikan Ravaz kembali ke balik meja kerjanya dan mengetik. Dengan malu dan sedih, NaGeen mengancingkan kemejanya, kemudian beranjak pergi. Tubuhnya masih gemetar saat ia berjalan menyusuri lorong dan naik ke tangga. Jantungnya terdengar nyaring. Ia penasaran akut.
Kenapa pamannya menciumnya? Kenapa pria itu berkata-kata aneh seperti tadi? Kenapa pria itu seharusnya membencinya? Berbagai pertanyaan berkecamuk selama ia berjalan dengan pandangan kosong menuju kamar Ravaz yang terletak di dekat dapur.
Saat membuka pintu kamar Ravaz, aroma lotion aftershave memenuhi indra penciumannya. Setelah menyalakan lampu, ia berjalan perlahan——tidak terburu-buru——menuju tempat tidur Ravaz yang berukuran besar dan dilapisi seprai berwarna cokelat gelap. Ia berjongkok, mengeluarkan ponsel dari saku celana, menyalakan senter, lalu menyorot bagian bawah tempat tidur kayu kokoh itu. Dalam beberapa detik ia menemukannya, tepat di tengah-tengah tempat tidur.
NaGeen merangkak, lalu meraih buku berselimutkan plastik bening yang direkatkan dengan lakban ke bagian bawah tempat tidur. Setelah berhasil mengambilnya, NaGeen buru-buru keluar dari kamar Ravaz, lalu pergi ke kamarnya sendiri. Ia mengunci pintu sebelum melompat ke atas tempat tidur empuknya.
Dengan jantung yang berdebar-debar keras dan cepat, NaGeen melepas plastik bening, lalu membuka buku. Langsung ke bab pertama. Ia terus membaca dan membaca. Di pertengahan cerita, air matanya tumpah ruah saat menyadari bahwa cinta pria itu pada kakak iparnya, Angelica——ibu NaGeen——begitu dalam. Pria itu jatuh cinta pada pandangan pertama saat Angelica datang ke rumah dan diperkenalkan sebagai kekasih Reeve, kakak Ravaz. Menurut Ravaz, tidak ada perempuan seistimewa Angelica. Angelica sangat cantik, anggun, baik, jago memasak, dan tidak membeda-bedakan.
Perasaan cinta dan kesedihan Ravaz seolah merasuk ke dalam jiwa NaGeen.
Lalu, saat Reeve berselingkuh dengan mantan pacarnya kala Angelica baru saja melahirkan NaGeen, Ravazlah yang menghibur Angelica. Dan, mereka pun berciuman dengan perasaan sedih dan sayang.
NaGeen berhenti membaca. Telinganya terasa panas. Ayah selingkuh? Lalu ... ibu berselingkuh dengan Paman Ravaz? Tidak! Tidak mungkin! Kedua tangan NaGeen gemetar. Kedua orang tuanya pasangan serasi! Benar kan? Ayah sangat mencintai ibu! Pasti Paman Ravaz hanya mengada-ada!
Dada NaGeen panas karena amarah. Namun, ia berpikir harus membacanya sampai tuntas, baru setelah itu bertanya pada pamannya. Jadi, ia melanjutkan membaca.
Kami hampir bercinta. Ya, Angelica tidak menolak saat aku menciumnya dan membelai-belai payudaranya. Namun, saat akhirnya aku akan memasukkan kejantananku, ia menghentikanku. Ia menangis dan menangis dan berkata bahwa semua ini salah.
Memang. Memang ini salah. Angelica tidak tahu bahwa aku berbohong padanya. Ya, demi mendapatkannya, aku menghasutnya, melakukan cara yang sangat licik. Reeve selingkuh? Itu tidak akan mungkin! Bagi Reeve, Angelica adalah hidupnya. Kubilang padanya bahwa Reeve berkencan ke hotel dengan mantan pacarnya. Padahal, mereka hanya bertemu di cafe, dan itu pun hanya untuk urusan bisnis. Tapi, Angelica percaya padaku. Dia sedang labil karena baru saja melahirkan. Tapi, sayangnya aku hanya mampu mencumbu tubuhnya. Belum sempat memasukinya.
NaGeen menutup mulutnya. Ia berhenti membaca. Tubuhnya gemetar hebat karena amarahnya meledak-ledak.
Ia tidak sanggup lagi untuk melanjutkan membaca novel ini, tetapi ia kembali berpikir. Ia sudah menunggu lama untuk membaca novel ini. Ia harus membacanya sampai selesai. Gadis itu menarik napas dalam-dalam, lalu membuka bab tiga puluh.
Akhirnya Reeve mengetahui ulahku. Ia lalu mendepakku dari rumah peninggalan kedua orang tua kami. Aku tahu Reeve menyayangiku, makanya ia tidak membunuhku, tapi ia hampir melakukannya. Ia memaafkan aku, tetapi tidak bisa membiarkan aku tetap tinggal bersama keluarga kecilnya.
NaGeen mengerjapkan matanya.
"Non NaGeen, makan siang." Tiba-tiba terdengar panggilan Mbok Yu dan ketukan di pintu kamarnya.
"Nanti saja, Mbok Yu! Aku sedang sibuk," sahut NaGeen masih sambil memegang novel Ravaz.
"Baik, Non. Mbok simpan makanan Non di meja makan, ya. Maaf mengganggu."
"Tidak apa-apa, Mbok."
Setelah Mbok Yu berlalu, NaGeen kembali membaca kisah hidup pamannya——ia benar-benar tidak merasa lapar.
Sejak kejadian itu, Ravaz yang baru saja lulus sekolah menengah atas, berusaha mencari pekerjaan untuk membiayai kuliahnya sendiri. Berjualan koran, menjaga warnet, mencuci mobil, berjualan pulsa, dan lain sebagainya. Sampai ia bertemu dengan teman semasa SMA yang mengenalkannya pada dunia penerbitan. Ravaz yang memang hobi menulis, membuat sebuah novel lalu mengirimkan naskahnya. Editor di salah satu penerbit ternyata menyukainya. Novelnya kemudian meledak di pasaran. Sejak itu, novel-novelnya selalu laris manis.
Lalu, ia juga menjadi ghost writer, menuliskan novel-novel untuk para aktris dan para pengusaha yang rela membayar mahal. Karena itulah ia bisa membeli tanah dan membangun rumah yang nyaman untuknya.
NaGeen tersenyum. Ia merasa bangga pada pamannya. Dan, anehnya ia tidak merasa benci karena pamannya telah menipu ayahnya dan hampir menodai ibunya. Ia memang marah, tetapi merasa maklum, mengingat perasaan Ravaz yang begitu dalam pada ibunya. Ia malah merasa iri pada ibunya. Aneh!
Dalam epilog, Ravaz menceritakan bahwa saat ia sedang menikmati kesuksesannya, Reeve dan Angelica bertandang ke rumah, membawa NaGeen yang berusia delapan tahun. Ya, NaGeen mengingat jelas hal itu.
Reeve menerimaku kembali. Malahan, ia dan Angelica mempercayakan buah hatinya untuk kujaga. Awalnya aku syok. Aku tidak mungkin menjaga buah hati mereka! Tetapi, saat melihat mata NaGeen, rasa sayang itu tumbuh dengan sendirinya di dalam hatiku. Dan, untuk pertama kalinya aku menangis, menyesali perbuatanku selama ini.
***
NaGeen mengerjapkan matanya. Hari sudah sore rupanya, karena langit tampak kemerahan di luar jendela yang terbuka. NaGeen bangkit duduk dan menggosok matanya. Ia tadi tertidur seusai membaca novel bersampul hitam itu. Ia meregangkan tubuhnya. Perutnya berbunyi tanda minta diisi.
Ia turun dari tempat tidur dan beranjak ke jendela yang menghadap ke pekarangan depan yang ditumbuhi semak bunga mawar merah. Di dekat pintu pagar kayu rendah bercat putih, ia melihat pamannya tengah berbincang dengan seorang wanita. NaGeen menyipitkan matanya. Itu ... ibunya?
Bukan. Wanita itu lebih muda dari ibunya, tetapi wajahnya begitu mirip dengan ibunya. Terutama senyumnya. Jantung NaGeen tiba-tiba berdegup dengan sangat cepat dan perutnya melilit sakit.
NaGeen membelalak terkejut saat wanita bergaun putih itu berjinjit lalu mencium bibir Ravaz di bawah langit berkilau kemerahan.
***EMPAT~BUKU BERSAMPUL HITAM***
moccamocca, 27 Januari 2017
Terima kasih untuk yang udah suka ceritaku dan memberikan vote-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE STORY
RomanceNaGeen Anjani, gadis muda yang mengenal cinta begitu prematur. Ia menjatuhkan hati pada Ravaz, penulis yang merupakan paman tirinya. Namun, sebuah kenyataan masa lalu yang kelam atas dirinya tercemari oleh pamannya sendiri .... Akankah rasa cinta it...