"Paman! Ahh, Paman Ravaz!" NaGeen bersandar pada punggung kursi dengan kedua lutut menekuk dan telapak kaki menekan bahu Ravaz, sementara mulut pria itu di kewanitaannya. Lidahnya membelai-belai di dalam, membuatnya basah dan lembap. "Ahhh, Paman!" Erangan-erangan meluncur dari celah bibirnya yang membuka. Air matanya menggenang karena rasa nikmat luar biasa yang menyelimutinya. Kedua tangannya mencengkeram erat pegangan kursi. Sampai akhirnya NaGeen merasakan sesuatu akan meluncur keluar dari dalam dirinya. "Paman, hentikan, aku ... kurasa mau pipis ...!"
Namun, lidah pria itu tidak berhenti, malah semakin menjilat dengan kuat di titik rangsang yang telah pria itu temukan beberapa saat lalu di dalam lubang kenikmatan itu. Sementara jari pria itu membelai-belai kasar bagian atas vaginanya, titik rangsangnya yang lain.
NaGeen tidak bisa menahan dirinya lagi. Bokongnya menyentak kuat ke depan hingga vaginanya menekan mulut dan hidung Ravaz, lalu mengentak dan bergoyang liar ke sana kemari——seraya memancarkan cairannya——tidak beraturan, sementara jeritannya memekakkan telinganya sendiri. Setelahnya, ia bersandar lemas ke punggung kursi, bersimbah peluh, dengan jantung yang berdegup sangat cepat, napas tersengal, dan vagina yang berdenyut puas. Air mata kenikmatan bercampur peluh membasahi wajahnya. Aroma cairannya menguar, membuat Ravaz semakin terangsang.
"Apa ini ... pertama kalinya kau merasakan hal seperti ini? Orgasme." Ravaz menjilati lelehan cairan NaGeen di vaginanya. Ia menyedotnya, membuat NaGeen menggelinjang nikmat.
"Paman ... hentikan ...." NaGeen merasa malu tiba-tiba. Ia mendorong kedua bahu Ravaz.
Ravaz berhenti menjilat. Ia mendongak dan menatap NaGeen dengan senyum. "Jika kau melakukannya dengan pria lain ... apakah sudah bisa? Sudah tidak trauma?"
NaGeen menutupi kewanitaannya dengan kedua tangannya. Ia merasa wajah dan tubuhnya panas. Ia merasa tidak nyaman karena bagian bawah tubuhnya basah. "Aku ... tidak tahu."
Ravaz bangkit berdiri kemudian menggendong NaGeen yang hanya mengenakan baju atasan menuju rak tinggi di belakang mereka. Ravaz memintanya untuk mengambil sebuah buku yang ternyata remot. Pria itu memberitahukan angka-angka yang harus ditekannya. Setelah itu, terdengar bunyi klik.
Ternyata begitu, pikir NaGeen seraya menggeser rak buku yang ternyata tergeser dengan mudah dan ringan. Masih dalam gendongan Ravaz, NaGeen meraih handle kemudian mendorong pintu kayu cokelat muda hingga membuka.
NaGeen terkejut mendapati ruangan luas di dalamnya dengan dinding-dinding bercat warna moka. Ruangan itu hanya terisi oleh AC dan karpet putih dengan beberapa buah bantal yang terlihat lembut dan empuk untuk ditiduri. Di sudut ruangan terdapat pintu yang sepertinya kamar mandi.
"Ini ... ruangan apa?"
"Ruangan untuk berimajinasi."
"Maksud Paman?"
Ravaz berlutut lalu membaringkan NaGeen. Ia lalu membungkuk di atas gadis itu, sedikit menindihnya. Pria itu menyeringai. "Aku hanya bercanda. Kalau kubilang biasanya aku mengajak dan meniduri teman kencanku di sini ... apa kau percaya?"
Mata NaGeen memandang berkeliling ruangan yang juga beraroma jeruk segar. Lalu matanya bertemu mata cokelat susu yang memikat. Ada rasa cemburu menyelinap, membuat dadanya panas. "Aku percaya ... ah, Paman?!" NaGeen terperangah karena ia merasakan sesuatu yang hangat, lembut tetapi keras, menyentuh kewanitaannya.
Nasihat ibunya terngiang-ngiang di telinga NaGeen, membuat gadis itu memberontak saat kejantanan Ravaz menggesek-gesek kewanitaannya.
"Sudah terlambat untuk menolak."
"Tidak, jangan, kumohon, Paman!"
Ravaz mengunci kedua tangan NaGeen di atas kepalanya dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya mendesakkan kejantanannya memasuki kelembapan dan kelembutan NaGeen dengan cepat dan kuat.
NaGeen memejamkan mata kuat-kuat menunggu rasa sakit itu.
Tidak ada penghalang! Kejantanan besar dan panjang Ravaz menerobos dengan mudah memasuki lubang sanggama NaGeen yang lembap. Mengejutkan NaGeen yang sama sekali tidak merasakan sakit! Membuat NaGeen dan Ravaz menggeram nikmat bersamaan.
Jantung NaGeen berdenyut cepat dan air mata kembali membasahi wajahnya. Kenapa ia tidak merasakan sakit luar biasa seperti yang teman-temannya kerap perbincangkan? Kenapa seperti tidak ada penghalang sama sekali?! Apakah ia ...?!
***Sembilan ~ Basah***
Halo, halo! Mungkin 1~2 Bab lagi Love Story akan tamat. Terima kasih buat yang udah mengikuti cerita ini.
😆😉moccamocca, 3 Februari 2017, Jumat
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE STORY
RomanceNaGeen Anjani, gadis muda yang mengenal cinta begitu prematur. Ia menjatuhkan hati pada Ravaz, penulis yang merupakan paman tirinya. Namun, sebuah kenyataan masa lalu yang kelam atas dirinya tercemari oleh pamannya sendiri .... Akankah rasa cinta it...