•28 Clueless

1.2K 155 78
                                    

"Katanya kau sakit kepala? Kenapa malah main game?" tegur Sooyoung saat dilihatnya aku selonjoran santai di sofanya sambil memegang ponsel.

"Ini mengasah otak, obat sakit kepala," alasanku asal sambil terus menatap layar 4,7 inch itu. Namun akhirnya aku berhenti saat dia mencoba merebut ponselku dengan sekali tarik. Sooyoung tak main-main ternyata, "Ya! Wae~" eluh ku manja saat ponsel itu sudah berakhir di tangannya.

Tak jera ia juga menghadiahiku dengan lemparan bantal. Kenapa tidak sekalian saja lempar aku ke luar jendela, biar sekalian muncul headline kalau seorang aktor telah jadi korban kekerasan oleh kekasihnya sendiri—pakai tanda kutip karena hubungan kami masih belum jelas.

"Tidurlah ini sudah jam 8, besok baru main lagi," omelnya sambil membereskan peralatan bekas makan kami tadi.

Artinya.... aku diizinkan menginap, kan? Tak sadar aku terkikih sendiri membayangkannya.

"Besok aku tidak bisa bersantai. Ada jadwal pemotretan.." mendengar itu, ia berbalik. Sepertinya ia cukup penasaran, bisa dilihat dari tingkahnya yang kini tertarik pada obrolanku.

"Apa kau sudah mulai bekerja? Bagaimana dengan lukamu? Terus bagaimana konflikmu dengan sutradara itu?" dia membanjiriku dengan seluruh rasa penasarannya hingga tak bersisa, membuatku terpojok dengan seluruh kewajiban juga untuk menjawabnya.

"Mau bagaimana lagi? Aku masih terikat kontrak untuk yang ini," aku bangkit duduk sambil menyalakan rokok, "kalau soal sutradara sialan itu, agensiku sudah berdiskusi dengannya. Kami saling membutuhkan image, dan semuanya sudah beres. Dia keluar dari project itu."

"Jadi sutradaranya diganti?" ia melotot dan aku hanya mengangguk. Tak sadar ia sudah ikut duduk di sofa, menyerangku lagi dengan pertanyaan baru, "apa itu tidak akan mengganggu proses syuting?"

"Pasti. Tapi entah itu jadi lebih bagus atau lebih buruk, aku juga tidak bisa jamin. Yang penting dia enyah, aku sudah syukur.." jawabku santai sambil terus menghirup tar dan nikotin secara repetitif.

Anehnya dia memang tidak menyenangi jika aku bahagia, dan kembali menggangguku dengan merebut rokok yang sementara aku konsumsi, "berhenti merokok. Itu tidak sehat," ia sudah berlagak seperti seorang istri yang terus melarang suaminya ini-itu, "kau juga harus berhenti bertindak seenaknya, kau harus belajar peduli dan berempati pada nasib orang lain.."

"Iya.. iya.. tapi nanti, kembalikan dulu rokokku," aku mengemis dan ia menggeleng.

"Selama kau masih mau di sini, kau harus menurut,"

"Ugh. Arraseo.." aku hanya melenguh sekali sebelum akhirnya menyetujui. Tak seperti biasanya, peran kita tertukar dan kali ini dia yang bertitah.

Kenapa dia yang lebih berkuasa, sementara aku jadi penurut? Aku tahu secara teknis ini memang apartemennya. Tapi, bukannya aku yang biasanya bertindak sebagai bos?

Kulihat ia beranjak menuju ke kamarnya dan tak lama keluar lagi dengan membawa piyama, "aku mau mandi dulu sebelum tidur.. kau cepatlah tidur, oke?"

Aku mengangguk mengiyakan, sementara ia masuk ke dalam toilet yang berada tak jauh dari pintu kamarnya.

Melihat sosoknya yang sudah menghilang dari area pandang, aku pindah posisi. Tepatnya pindah tempat untuk beristirahat di kamar tidur Sooyoung yang nyaman.

Author-nim • 「 sungjoy 」 (hiatus for a moment)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang