#16 Sincere

1.4K 169 93
                                    

Sepanjang malam ia terus mengoceh tak karuan. Hingga puncaknya aku sudah berada di sana, dengan bodohnya mengkhawatirkan pemuda itu.

Ya.

Aku memang tolol.

Akan kusumpahi diriku nanti, aku hanya perlu menolongnya terlebih dahulu. Sebenci-bencinya aku dengan orang ini, aku tidak akan membunuhnya di saat ia sedang lemah seperti itu.

Benar dugaanku, ia sendirian di salah satu pojok ruangan bar yang sepi, bermain-main dengan gelasnya seperti orang tolol—sama saja denganku. Dan aku baru melihat sosoknya yang kekanakan seperti itu.

Tak ayal ku hampiri pemuda itu dan menegurnya dengan cukup keras, seperti seorang ibu yang mendapati anak dibawah umurnya sedang berbuat nakal, "Ya! Geuman!"

Kutarik gelas itu, mengharapkan perhatian darinya. Ia memandangiku dengan sedikit menyipit, wajah penuh lebam dan telinganya yang merah membuatnya terlihat semakin jelek—untuk yang terakhir itu, aku sedikit berbohong.

"Ya?! Kau kenapa? Luka apa ini? Siapa yang memukulmu?" aku memegangi wajahnya dan mengamatinya dengan lekat. Apa yang ia lakukan sampai mendapatkan luka-luka seperti ini? Siapa yang berani berbuat jahat padanya? Apa ia tidak sadar bahwa dirinya itu selebriti?

"Kau di sini!" ia tersenyum, sangat manis seperti anak kecil yang baru saja melihat sepotong kue, "paksuu- young!" ia menepuk-nepuk tangannya seperti mainan monyetku semasa kecil. Andai saja ia tak terlihat selemah ini, mungkin aku sudah menghadiahinya dengan satu cubitan keras karena telah mengolok-olok namaku.

Sabar, Sooyoung. Sabar. Orang baik akan dibalas kebaikannya oleh Tuhan. Kau ingat itu, kan?

Sungjae mengenyahkan tanganku dari wajahnya, lalu menepuk-nepuk kursi di sampingnya, seperti mengaba-abaku agar segera duduk di sana.

Ia terlihat sama seperti seorang ahjussi, sungguh rasanya aku ingin merekam moment-moment seperti ini dan mengolok-oloknya nanti. Tapi, sepertinya aku masih sedikit manusiawi.

Setelah duduk, aku baru memfokuskan diri pada jumlah bir yang sudah ia habiskan. Hanya empat gelas? Dan dia sudah mabuk seperti ini? Jangan bercanda!

"Ya! Ada apa denganmu?" Ia hanya melihatku sejenak lalu sibuk dengan dunianya sendiri. Kepalanya kini mulai bergoyang ke sana ke mari, mengikuti lantunan musik klasik pada bar tersebut.

Aku baru menyadari jika tempat ini VIP, saat melihat pelayan bar itu sangat casual melayani Sungjae—seperti sudah hal umum baginya melihat artis yang bertingkah semacam itu di sana.

Tak lama Sungjae mulai bernyanyi. Suaranya sedikit parau, tetapi masih terdengar merdu—suara apapun jika nadanya masih tepat merupakan definisi merdu bagiku.

Sungjae mengabaikanku. Ia kembali sibuk dengan irama musik itu dan tak mengubrisku sama sekali.

Oke.

Memang bukan karena kehendaknya lah aku datang kemari. Ia sama sekali tidak menyuruhku untuk menghampirinya. Namun jiwaku sendirilah yang tergerak ketika ia mulai menangis di dalam panggilan itu. Aku pikir ia membutuhkanku.

Ah, namun jika melihatnya yang mabuk saat ini, sepertinya ia hanya menunjukkan salah satu jurus acting-nya padaku melalui panggilan itu. Baiklah kalau begitu, akan kuberi angka 100 untuknya, karena aku benar-benar tertipu dengan bodohnya.

Author-nim • 「 sungjoy 」 (hiatus for a moment)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang