#19 That Man

1.8K 160 177
                                    

Sungjae.

Ah, nama itu.

Hidupku entah mengapa jadi terbolak-balik karenanya. Kami bahkan baru mengenal kurang lebih sejak seminggu yang lalu, namun ia sudah berani membuatku terlibat banyak di dalam lika-liku persoalannya.

Sekarang saja ia memintaku untuk tinggal. Lalu? Apa lagi? Sebentar lagi aku mungkin bakalan jadi pembantu di rumah ini. Tinggal menunggu waktu saja.

Di bawah shower, semua gerutu-gerutuku ikut mengalir dibawa oleh guyuran air itu tak bersisa.

Tak sadar, sudah cukup lama juga waktu yang ku habiskan untuk bergalau-galau ria di bawah sana—hanya karena hal yang sama sekali tak berguna.

Aku tak peduli lagi seberapa banyak air kusia-siakan begitu saja. Toh, Sungjae tidak akan jatuh miskin hanya karena membayar tagihan air seperti ini—beda kasus jika ini adalah apartemenku.

Aroma shampoo Sungjae yang kupakai berhasil memekik indera penciumanku.

Wangi.

Sungguh memikat.

Aroma maple dan alvocado ternyata dapat berpadu dengan cukup baik dalam ramuannya. Mereka bahkan dengan mudah saling berkomplot untuk membuatku terjebak dalam imajinasi-imajinasi liarku sendiri.

Aku bahkan mulai membayangkan pemuda itu bermain-main dengan rambutnya yang basah tepat di mana aku berpijak saat ini. Kubayangkan tetesan-tetesan air yang jatuh dari ujung rambutnya kini bebas bergerak di badan putihnya yang terekspos, mengalir dengan perlahan melalui tulang belikatnya, hingga.... akhirnya aku tersadar.

"Omo! Ada apa denganku?" Kugeleng-gelengkan kepalaku agar khayalan itu tak lagi mengganggu.

Dasar otak sialan!

Mengapa aku jadi binal seperti ini?

Kini aku keluar dari area shower dan mengambil handuk bersih yang tersedia di sana. Setelah kukeringkan tubuhku dengan handuk dan rambutku menggunakan hairdryer—tak heran ini apartemen elite—ku ambil kaus oblong berwarna putih, yang sebelumnya ku dapatkan dari dalam lemari Sungjae.

Jika kalian menduga aku lancang, jawabannya tentu saja tidak. Sungjae sendiri yang menyuruhku untuk menggunakan pakaiannya. Aku pun tidak bakalan berani mengusik barang mahal lelaki songong itu tanpa persetujuannya. Bisa-bisa aku habis dimutilasi sebelum berhasil mengambilnya.

Lagian aku juga tahu diri, aku hanya mengambil satu kaus yang terlihat paling murah di sana—sepertinya souvenir dari Hainan.

Pakaian yang kupakai sebelumnya sudah ku laundry sendiri pakai tangan—agar bisa kugunakan esok hari untuk mengantar Sungjae. Sepertinya orang songong itu memang tak pernah me-laundry pakaiannya sendiri. Karena ia sama sekali tak memiliki peralatan laundry di rumahnya—selain sabun.

Ya.

Untuk standar orang kaya seperti dia, sudah pasti ia akan memakai jasa laundry apartemen. Bahkan mungkin pakaian itu langsung saja berakhir di tempat sampah seketika ia selesai menggunakannya. Namun jika opsi yang terakhir itu benar, aku berniat akan menampar wajah aktor itu dengan tanganku sendiri—meskipun sebenarnya aku tidak berani.

Bisa-bisanya ia membuang uangnya semudah itu! Ia harus belajar berhemat!

Oke, itu bukan urusanku.

Author-nim • 「 sungjoy 」 (hiatus for a moment)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang