Chapter 27 : Mata yang Kembali Beradu

924 115 5
                                    

Aku duduk di sebuah singgasana mewah menghadap layar - layar LED. Di sebelahku duduk seorang anak laki - laki yang menyebut dirinya Dewa dari dunia baru ini, Fujiwara Fuyuki.
Anak itu berhasil meraih impiannya. Hebat, kan?

"Apakah mereka semua akan terus seperti itu?" tanyaku datar. Mataku terus menatap orang - orang yang tengah asyik saling menghabisi satu sama lain di layar - layar LED itu.

"Apakah kau bosan, Ami - sama?" tanya balik Fuyuki.

Aku diam tak menggubris pertanyaan Fuyuki. Bukan kebosanan yang menghampiriku saat ini tapi ketakutan dan keputus asaanlah yang sedang menyelimuti hatiku.

"Kuanggap itu jawaban 'iya'. Irie - san, cepat bawakan makanan untuk Ami - sama!!" perintah Fuyuki lantang.

"Baik, Fuyuki - sama" jawab Irie membungkuk di hadapan Fuyuki. Hh, bukan. Itu bukan Irie. Itu hanya mayat hidup yang tidak sengaja kuciptakan beberapa saat yang lalu.

***

Beberapa saat yang lalu...

"Aku mau jadi Dewimu!!" sahutku.

Fuyuki menyeringai menatapku.

"Pilihan yang bagus" ujarnya sembari menjatuhkan tubuh Natsuko yang sudah hampir kehilangan nafas.

"Tapi aku ada satu permintaan" pintaku.

"Apa?" balas Fuyuki tersenyum.

"Aku ini Dewi, kan? Kalau begitu izinkan aku menghidupkan Irie - kun kembali" jawabku serius.

***

Tak lama kemudian mayat hidup yang dipanggil Irie itu datang sambil mendorong meja hidangan berisi makanan mewah diatasnya.

"Makanlah, Ami - sama" ujar Fuyuki tersenyum.

Aku mau tak mau langsung menyambar makanan yang ada di hadapanku. Kukunyah perlahan sembari sesekali menatap si mayat hidup. Tatapan matanya kosong tanpa ada keinginan yang tersirat. Wajahnya datar, ia tak pernah tersenyum lagi.

"Kayama senpai, kau mau makan?" tawar Fuyuki dengan nada arogan.

Ia menoleh ke arah Natsuko yang kini tengah terkurung di dalam sebuah kandang besi. Natsuko yang sudah tidak memiliki kekuatan apapun lagi hanya bisa menggeleng pelan.

"Dasar bodoh, kalau kau mati aku tidak tanggung jawab" gerutu Fuyuki.

BRUKK!! Tiba - tiba saja langit - langit ruangan di depanku runtuh. Dan darisana keluar beberapa orang yang dulu ku kenal.

"Beraninya kalian datang ke tempat suci ini!!!" bentak Fuyuki nanar sembari mengeluarkan pedangnya keluar.

"Ka..kalian!?" pekik Sakura kaget.

"Harukaze - san, Fuyuki - san!! Apa yang kalian lakukan disini?" tanya seorang laki - laki berpostur tubuh tinggi, Kou senpai.
Ia sangat terkejut begitu melihat aku dan Fuyuki yang tengah duduk santai di atas sebuah singgasana mewah.

"Cih. Dasar senpai sialan! Dengar, ya! Aku adalah Dewa kalian!" jawab Fuyuki mantap.

"A-apa?" gumam Rie senpai kaget.

"Irie - kun, kenapa ada disini juga?" tanya Sakura panik.

Namun tentu saja mayat hidup yang dikira Sakura adalah Irie tidak bisa menjawab. Ia hanya mau menjawab pertanyaan dari tuannya.

"Eh? Kok, tidak dijawab?" protes Sakura.

"Percuma. Dia hanya mayat hidup" jawabku cepat.

Mereka bertiga terdiam untuk sesaat. Kemudian Kou senpai bersuara memecah keheningan di ruangan itu "Tidak kusangka kalianlah dalang dibalik semua ini. Kalau begitu aku tidak punya pilihan".

"Kou!!" cegah Rie senpai tidak setuju.
"Bukankah ini masih penuh misteri, maksudku kalau mereka dalangnya, berarti mereka sudah ada di sekolah ini sejak lama, bukan?".

"Kou - kun!!" panggil Natsuko keras. Ia sedang berusaha membuka pintu kandang besinya.

Mendengar suara Natsuko, tentu saja langsung membuat Kou senpai menoleh ke sumber suara. Maka untuk pertama kalinya setelah berpisah lama, mata mereka kembali beradu.

"Ka-Kayama - san?" gumam Kou senpai tercekat.

"Ami tidak bersalah, dia terpaksa melakukan keinginan Fuyuki karena syok berat melihat kematian Irie - san!!" seru Natsuko mantap.

"Kematian Irie? Sudah jelas si bocah matematika itu sedang berdiri disana" bantah Rie senpai.

"Itu bukan Irie!!" bentakku keras. Sudah cukup, aku tak tahan lagi. Aku sudah tidak bisa berpura - pura lagi.

Dengan cekatan, aku mengacungkan katanaku ke leher Fuyuki. Melihat itu Fuyuki membelalakan matanya lebar. Ia sangat kaget.

"Doushite!? Kupikir kau dipihakku" ujar Fuyuki tak terima.

"..." aku diam.

"Yappari...tidak ada seorangpun yang mau mencintaiku..." ujar Fuyuki tertunduk lemas. Tangannya bergetar menahan rasa sakit. Bukan fisik, tapi hatinya. Hati kecilnya yang selalu berharap menerima kasih sayang dari siapapun itu.

***

Gakkou SurvivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang