Chapter 19 : Waktu yang Berhenti

1.2K 129 11
                                    

Matahari nampak berseri - seri di langit sana. Seukir senyuman muncul menghiasi wajah semua orang. Tak ada yang mengeluh. Tak ada yang membunyikan klakson. Semuanya nampak bahagia seperti biasanya.

Hari ini dan kemarin tetap sama. Seluruh pandanganku dipenuhi dengan senyuman orang - orang. Aku tidak mengerti dengan apa yang membuat mereka selalu tersenyum seperti itu. Aku merasa ada yang aneh. Maksudku, aku senang semua orang bahagia tapi kemana perginya emosi yang lain?

Bahkan orang tuaku selalu tersenyum setiap hari. Beberapa hari yang lalu, ketika aku menangis tanpa sebab, orang tuaku hanya tersenyum tanpa terlihat sedikitpun adanya rasa simpati disana.

Rasanya aku seperti manusia yang datang dari negeri terasing. Ketika aku mencoba selalu tersenyum, entah kenapa hatiku selalu menahanku melakukannya. Kurasakan perasaan aneh itu. Seperti..ada sesuatu yang berubah menjadi asap di dalam dada. Begitu menyesakkan.

Aku akui ini terdengar bodoh, tapi rasanya aku seperti sedang kehilangan seseorang. Seseorang yang sangat penting. Tapi siapa? Aku tidak tahu. Yang kutahu, orang - orang yang ku kenal selama ini selalu ada di sampingku.

"Ami, mau ke kantin?" tanya Sakura, menyeringai.

"Oke, aku ikut" balasku mencoba tersenyum. Tapi seperti biasa bibirku secara otomatis langsung menarik garis lengkung ke bawah.

Maka aku dan Sakura segera beranjak menuju kantin. Jarak kelas kami ke kantin memang cukup jauh. Mungkin, sangat jauh. Untuk sampai kesana kami harus melewati lapangan olahraga lalu berbelok ke gedung jurusan matematika.
Hhh.. menyebalkan.

"Ami, boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Sakura masih dengan senyum lebarnya.

"Ya, tentu" jawabku sekenanya.

"Hmm..kenapa sih, wajahmu selalu begitu?" tanya Sakura tersenyum lebar.

"Begitu bagaimana? Aku tidak mengerti" ujarku bingung.

"Itu lho, bibirmu selalu melengkung ke bawah. Bukankah bibir orang normal selalu melengkung ke atas??" tanya Sakura berbinar.

"Ohh, aku rasa... aku sedang sedih. Tapi aku tidak tahu alasan kenapa aku sedih" jawabku sembari tertunduk.

"Sedih? Apa itu?" tanya Sakura berbinar.

"E-eh? Kau tidak tahu apa itu sedih?" tanyaku balik. Sepertinya Sakura tengah mempermainkanku.

Kemudian Sakura menggeleng cepat sambil tetap tersenyum lebar. Matanya berbinar menatapku.

Sebelum sempat kujelaskan, mataku seketika tertuju pada salah satu ruangan kelas yang pintunya terbuka. Itu kelas jurusan matematika. Perlahan kakiku bergerak menghampiri kelas itu. Rasanya ada sesuatu yang mengganjal begitu kutatap kelas ini.
Ada apa sebenarnya?

"Ami??" tanya Sakura bingung.

Aku mengelus pintu kelas yang kini tepat berada di depanku. Kupandangi lekat - lekat setiap sudut bangunan ini. Rasanya begitu familiar. Dan entah kenapa hatiku seketika merasa sakit.

Tiba - tiba seseorang keluar dari dalam kelas itu dan menghampiriku. Ia tersenyum lebar sama seperti yang lainnya.

"Hei, apa yang kau lakukan?" tanya anak itu.

"Entahlah" jawabku.

"Tidak baik jika diam disitu. Kau seperti orang aneh" komentarnya masih dengan senyum.

Aku berpikir sejenak. Benar juga apa yang dia katakan. Hanya orang aneh yang berdiri mematung sambil menatap pintu kelas milik orang lain. Tapi..perasaan sakit ini,..darimana datangnya?

"Hei, apa kau kenal Tachibana Irie?" tanyaku tiba - tiba.

Hening. Ia tak menjawab dan hanya memiringkan kepalanya ke samping. Nampaknya ia bingung dengan pertanyaan anehku. Lagipula kenapa aku menanyakan hal aneh?
Apa aku baru saja lari dari inti pembicaraan yang barusan karena sangking malunya?

Dan, kenapa harus nama " Tachibana Irie " yang muncul di otakku? Siapa dia itu?
Jika ada orang yang memiliki nama itu di kelas ini, bisa - bisa dia salah paham.

"Aku belum pernah mendengar nama itu. Sepertinya kau salah kelas jika sedang mencarinya" jawab anak itu menyeringai.

Puk!

Kutolehkan kepalaku ke belakang. Disana Sakura dengan senyuman manisnya menepuk pundakku. Sepertinya Sakura sudah tidak bisa menunggu lagi.

"Maaf ya!" ujarku.

"Tidak apa-.." jawab Sakura lalu ia terdiam mematung.

"Sakura?" tanyaku bingung. Berkali - kali kulambaikan tanganku ke depan wajahnya. Namun ia tetap diam.

Begitu juga yang terjadi dengan anak yang barusan mengobrol denganku. Ia diam tanpa bergerak sedikitpun.

Ada apa ini?

Kutatap sekitar dengan seksama. Semua orang berhenti. Mereka diam layaknya patung lilin. Bahkan anginpun berhenti, tak lagi bergerak meniupkan dedaunan.

"Waktu telah terhenti sesuai kehendakku"....

Siapa itu?

***

Note :

Manga karangan author " Yuki - Koi " ada yang minat baca? :v

Manga karangan author " Yuki - Koi " ada yang minat baca? :v

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ami : maaf thor, ini wattpad bukan w**t**n :v

Apa salahnya? Aku hanya promosi :'v lagipula aku tidak bisa menggambar secara digital (°3°")/ dan asal kau tahu, Ami! tokoh utama manga itu adalah kakakmu, Harukaze Yuki \(•∆•)/

Ami : Euhhh..sejak kapan aku punya kakak? (-_-?)

Sejak aku menentukannya, muehehehe... :V

Gakkou SurvivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang