Ketika trauma masa lalu akan cinta yang masih terus menghantui membuatnya takut untuk memulai cinta yang baru dengan orang yang berbeda. Lalu, bagaimana cinta itu akan meyakinkannya jika tak semua cinta itu menyakitkan? Akankah dia mampu untuk membu...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Cakka meletakkan coklat panas untuknya dan untuk Agni didepan Agni lalu duduk disamping Agni yang duduk digazebo taman rumah atap sambil menatap langit malam ini.
"Kamu belum pulang?" tanya Agni saat Cakka sudah duduk disampingnya. Cakka mengalihkan pandangannya menatap Agni.
"Bisakah aku juga bermalam disini?" tanya Cakka sambil menyeringai nakal. Agni mendengus lalu kembali mengalihkan pandangannya kearah langit.
"Asal nggak macem-macem." Jawab Agni tanpa mengalihkan pandangannya menatap Cakka. Cakka menatap Agni dari samping menikmati pemandangan didepannya.
"Jangan melihatku seperti itu!" kata Agni yang merasa diperhatikan oleh Cakka. Cakka terkekeh lalu ikut mengalihkan pandangannya menatap langit. Agni mengalihkan pandangannya menatap Cakka dengan tatapan yang entahlah.
"Kamu nggak mau tanya apa yang telah terjadi?" tanya Agni. Cakka menggelengkan kepalanya tanpa mengalihkan pandangannya pada Agni.
"Aku akan tunggu kamu sendiri yang cerita." Jawab Cakka. Agni menundukkan kepalanya sedih.
"Aku bukan Anak kandung Mama dan Papaku." Kata Agni lirih yang sukses membuat Cakka langsung menatap Agni tak percaya. Agni mendongakkan kepalanya menatap Cakka lalu tersenyum sedih.
"Apa yang akan kamu lakukan jika ternyata aku bukan Anak orang kaya?" tanya Agni sambil menatap Cakka dalam. Cakka menghadapkan tubuhnya kearah Agni lalu memegang kedua pundak Agni dan menghadapkannya kearahnya, jadilah mereka kini berhadapan. Cakka menatap Agni dengan intens sambil tersenyum yakin.
"Aku bahkan nggak tau kamu Anak orang kaya saat aku mulai menyukaimu." Kata Cakka sambil menatap Agni menggoda. Dan Agni tersenyum saat mengingat seperti apa Cakka dulu saat mendekatinya. Dan seperti apa dia saat terus menolak kehadiran Cakka. Agni kembali menatap Cakka.
"Aku nggak peduli kamu anak siapa. Yang penting buat aku kamunya." Kata Cakka yang awalnya serius akhirnya berakhir dengan gurauan. Dasar Cakka. Agni terkekeh pelan. Ah. Dia beruntung karena memiliki Cakka disampingnya sekarang. Tapi......
"Tapi aku sekarang nggak pantes buat kamu Kka. Aku...." Cakka langsung menempelkan bibirnya pada bibir Agni yang sukses membuat Agni langsung diam. Cakka menarik kepalanya lalu tersenyum puas saat menatap Agni yang masih diam karena terlalu shock.
"Aku nggak mau denger kamu ngomong kayak gitu lagi! Nggak ada orang lain yang pantas untuk bersanding denganku. Hanya kamu yang pantas!" kata Cakka sambil tersenyum.
"Yakk!! Cakka! Mesum banget sih." Kesal Agni yang baru sadar dari keterkejutannya. Cakka terkekeh lalu mengacak rambut Agni yang membuat Agni mengerucutkan bibirnya. Manis sekali.
_____
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Hari sudah pagi, namun terlalu pagi untuk para Karyawan SunShine datang. Agni terus menatap kertas berisi alamat yang dia kunjungi kemarin. Dia terus memikirkannya sejak tadi. Apakah dia harus pergi kesana sekarang. Agni menghembuskan napasnya lelah lalu menopang kepalanya dengan tangan yang bertumpu pada siku.
"Apa yang kamu pikirkan pagi-pagi begini?" tanya Cakka yang membuat Agni langsung mendongakkan kepalanya dan menatapnya bingung.
"Kapan kamu dateng? Kok aku denger?" tanya Agni heran. Jadi ceritanya semalam Cakka nggak jadi tidur dirumah atap. Agni langsung mengusirnya setelah Cakka lagi-lagi mencuri kesempatan menciumnya. Takut dong dia Cakka bakal macem-macem lebih dari itu kalo mereka hanya disini berdua sepanjang malam. Hehe.
"Kamu terlalu asik melamun sih. Jadi ada apa?" tanya Cakka yang kini duduk didepan Agni. Agni kembali menghembuskan napasnya lelah lalu mengulurkan kertas yang dia letakkan diatas meja kedepan Cakka. Cakka menautkan alisnya bingung lalu mengambil kertas itu dan membacanya.
"Alamat siapa ini?" tanya Cakka tak mengerti.
"Orangtua kandungku." Jawab Agni lirih. Cakka meletakkan kertas itu lalu menatap Agni dan tersenyum lembut.
"Kamu ingin aku antar bertemu mereka?" tanya Cakka lembut. Agni menatap Cakka mencoba mencari keyakinan dimata itu. Cakka menganggukkan kepalanya meyakinkan. Agni menghembuskan napasnya lalu mengangguk.
_____
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Cakka memarkirkan mobilnya ditepi jalan didepan rumah yang ada dialamat yang diberikan Agni tadi. Cakka melepaskan selfbeltnya lalu membuka pintu mobilnya. Namun Cakka mengurungkannya saat tak mendengar dan melihat gerakan apapun dari Agni yang duduk disebelahnya. Cakka membalikkan tubuhnya menatap Agni.
"Kenapa? Kamu nggak mau turun?" tanya Cakka lembut. Agni mencengkram erat tali selfbeltnya lalu mendongakkan kepalanya menatap Cakka ragu. Cakka menggenggam tangan Agni dan menatapnya meyakinkan.
"Ada aku disini. Hm." Kata Cakka yakin. Agni menghembuskan napasnya lalu mengangguk.
_____
"Maaf kami belum buka." Kata Ratih saat mendengar suara panggilan seseorang diwarungnya. Ratih mengerutkan keningnya bingung saat melihat Cakka, lebih tepatnya dengan penampilan Cakka yang menurutnya tak pantas untuk datang kewarungnya yang sederhana itu.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Ratih. Cakka tersenyum lalu membungkukkan tubuhnya hormat.
"Maaf karena sudah datang pagi-pagi sekali. Nama saya Cakka." Kata Cakka memperkenalkan dirinya sambil mengulurkan tangannya. Ratih menatapnya bingung lalu menjabat tangan Cakka.
"Saya Ratih." Kata Ratih. Cakka kembali tersenyum lalu menarik Agni yang berdiri dibelakangnya agar berpindah kesampingnya. Ratih mengalihkan pandangannya pada gadis yang datang bersama Cakka. Ratih menutup mulutnya tak percaya saat Agni mengangkat wajahnya dan dia mengenali wajah itu.
"Saya rasa anda tau apa maksud kedatangan kami kesini." Kata Cakka yang menyadari keterkejutan Ratih.