[02] - Minta Tolong

473 59 9
                                    








: I must blessed or no? :







Dengan senyumannya, Zura memperkenalkan diri di depan kelas."Aku Azura Soraya Niadi dari Bali baru pindah kemarin kalo kalian mau tahu...hehehe salam kenal ya,"katanya membuat cowok-cowok di dalam kelas tersenyum sumringah.

"Minta Id Line dong!"

"Alamatnya dimana? Gue anter pulang!"

"Udah punya pacar belom?"

Zura hanya tersenyum sambil meringis, andai orang-orang tau kalo lututnya sudah lemas dan tangannya sangat dingin, padahal cuma kenalan di depan umum. Ah, Zura mental tempe.

Bu Ani berdeham menciptakan keheningan di dalam kelas,"Nanyanya nanti aja di jam istirahat."ucap Bu Ani lalu menoleh ke arah Zura dan beralih menatap ke sekeliling kelas.

"Ya sudah silahkan duduk di samping Tasya,"suruh Bu Ani yang dibalas anggukan oleh Zura dan mengarah dimana Bu Ani menunjuk Tasya tadi.

Zura yang menggendong tas berwarna biru muda itu langsung terduduk begitu sampai di bangku Tasya. Ia tersenyum yang dibalas senyuman oleh Tasya,"Hai?Selamat datang di Jakarta,"ucap Tasya yang dibalas anggukkan cepat oleh Zura.

"Terima kasih, oh iya, Bu Ani ngajar pelajaran apa?"tanyanya mengalihkan sebelum Bu Ani selesai mengabsen.

"Fisika, jadwalnya yang lengkap nanti gue kasih di line, eh tapi id line lo apa?"tanya Tasya seketika Zura menyebutkannya dan Tasya menulisnya di robekan kertas kecil untuk dicatatnya nanti.

Setelah itu mereka melanjutkan berbincang sedikit dan menikmati pelajaran yang diajar Bu Ani.

🍃🍃🍃

"Lo ke kantin?"tanya Tasya melihat Zura yang sudah memasukkan buku-bukunya ke dalam tas. Zura menggeleng,"Mau ke perpus, ada wifi kan di sana?"Tasya mengangguk ucapan Zura,"Ada, gue anterin ke sana, biar ga nyasar,"balas Tasya.

Beruntung sekali Zura mendapat teman baru macam Tasya yang menurutnya termasuk friendly ini. Mereka jalan berbarengan ditemani tatapan tanda tanya untuk Zura karena asing di sekolah.

Zura menyuruh Tasya untuk menunjukkan saja dimana perpustakaan, kalau mereka terus-terusan berjalan lama seperti ini membuat Zura risih untuk tetap berada di sini.

Akhirnya setelah diberi tahu dimana letaknya, Zura sampai di perpustakaan. Melepas sepatu nike hitamnya dan menyunggingkan senyumnya pada petugas yang berjaga jam ini. Untung saja password wifi tertempel di dinding, jadi Zura tidak perlu menanyakannya pada petugas lagi.

Merasa sudah tersambung dengan jaringannya, Zura mengambil earphone yang ada di kantong sakunya. Kebiasaannya masih sama seperti di Bali, duduk di perpus menikmati wifi dan mendengarkan musik, begitu seterusnya sampai bel masuk kelas berdering.

"Psstt..."bisikan seseorang terus menerus membuat Zura ketir dan mematikan lagunya.

"Woi lu...pstt!!"

"Pssttt...."

Ia menatap ke sekeliling perpus dan melihat seseorang dengan kardus yang ditentenginya.

Eh tapi bukan itu yang menjadi pusat perhatian Zura, melainkan cowok yang membawa kardus itu.

Cowok pedofil.

RefreshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang