[07] - "Kak...sakit..."

640 43 7
                                    






: Doesn't mean it :





Sambil tertawa Gray yang masih menggendong Zura itu masuk ke dalam ruangan keluarga rumah yang sama luasnya dengan rumah Gray. Namun dilihatnya ada seorang wanita tengah memangku majalah produk-produk kecantikan.

Zura menepuk pundak Gray agar menurunkannya dari punggung. Bundanya melirik mereka,"Eh Bunda.... udah pulang dari tadi?"Zura bertanya sambil menaruh makanannya di atas meja. Bundanya mengangguk dan tersenyum,"Baru lah sepuluh menitan,"ucapnya dan beralih menatap Gray yang masih berdiri dengan tangan kanannya yang masuk ke dalam kantong celana.

"Kamu Gray, kan?"tanya Bundanya Zura membuat gadis itu menoleh ke arah Gray yang mengangguk dan tersenyum,"Iya tante."ucapnya.

Bundanya Zura mengangguk,"Hmm..mau makan apa? Nanti tante masakin,"celutuk Anggun-Bundanya Zura-

Zura menggaruk kepalanya,"Kok bunda kenal Gray sih?"tanyanya mendapat kekehan dari Anggun,"Itu loh yang Bunda ceritain waktu pulang dari acara terakhir, nah ini dia orangnya."jawab Bundanya.

Gray menggumam,"Ra, gue pulang ya? Kasian nyokap sendirian di rumah."Gray mengambil tasnya."Lah, kok sekarang sih?"tanya Zura melihat gerak-gerik Gray.

"Udah malem, besok deh main lagi."balas Gray lalu berjalan menyalami Anggun,"Tan, aku pulang ya, kasian Bunda sendirian di rumah."ucapnya.

Anggun berdiri dan menerima pamitan Gray,"Oalah baru juga ketemu udah mau pulang, yaudah titip salam buat Bunda ya."Anggun menepuk-nepuk pundak Gray yang dibalas anggukan,"Pamit Tante."ucapnya lalu melewati Zura dan mengacak poni cewek itu,"Nanti kalo gue line, dibales ye."Zura mengangguk lalu menghantar Gray menuju halaman depan dimana motor laki-laki itu terparkir.

Gray mengkaklaskon sehingga Zura melambaikan tangannya dan masuk ke dalam rumah saat derungan motor Gray menjauh. Bundanya senyum-senyum membuat Zura risih,"Apa sih, Bun."kesalnya lalu bersandar di kepala sofa.

Zura bangkit lagi merasa ada kain di belakangnya, ia menoleh lalu mendengus,"Ih hoodienya ditinggal."ucapnya sendiri lalu mengambil hoodie itu dan ia taruh di atas pahanya."Cie anak Bunda punya pacar."celutuk Bundanya seakan membuat Zura mendelik tajam."Kakak kelas doang, Bun. Tadi dia minta nganterin Zura."jawabnya.

"Cie, Zura dideketin."

"Ih Bunda mahh..."


🍃🍃🍃🍃


Zura tengah berjalan menemui Tasya yang sedang memperhatikan papan mading, entah apa isinya membuat Zura penasaran.

"Ngapain, Sya?"tanyanya lalu menoleh ke arah mading yang terlihat Gray dengan seragam paskibraka sedang membawa Piala Bergilir tingkat SMA se-Jakarta."Lah dia ikut ginian juga?"tanyanya lagi yang dibalas anggukan perlahan oleh Tasya.

Namun baru saja mulut Tasya menganga untuk menjawab pertanyaan Zura, mereka terdorong ke pinggiran area mading karena ulah Dea.

Zura menatapnya gadis yang mendorongnya dengan aneh dari atas sampe bawah sangat berbeda dengan gaya Zura. Dia memakai rok span, baju diketatkan, sepatu flat shoes, rambut dicurly, memakai make-up tentunya.

Memang sih Dea cantik, cuman Zura melihatnya seperti,"Astaga Bunda ngapain di sini?"Karena menurutnya Dea lebih mirip seperti style Bundanya ke kantor.

RefreshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang