[29] - Berhentikah?

175 23 0
                                    




: Everglow – Coldplay :





Agung Baiswara added you as friend

Agung Baiswara : temuin gue di McD

Agung Baiswara : ntar gue kirim alamatnya

Agung Baiswara : dijawab dong

Agung Baiswara : heh

Zura mengetik pesan untuk membalasnya, sejenak tangannya berhenti mengetik. Pikirannya mengingat dimana Grayhan terlihat kesal setengah mati dengan Agung, jadi kalau Grayhan tahu mereka ketemuan, mungkin saja kan Zura akan jadi bahan ambekan cowok tersebut.

Perempuan ini mengedikkan bahunya, kalau bukan masalah penting, Agung pasti tidak akan sengotot ini mengajaknya untuk berbicara empat mata, siapa tahu ada hubungannya dengan kehidupan Grayhan yang dulu.

Azura Soraya : oke,,

Azura Soraya : jangan bilang sama Gray

Agung Baiswara : oke, jam dua siang ya

Azura Soraya : sip

Perempuan ini menggerutu, melihat ponselnya yang sepi jika hari Minggu seperti ini, rumahnya sepi, entah kenapa hidup Zura sesepi ini. Baginya, apapun harus dinikmati selagi kita mempunyainya. Ya harusnya begitu.


***


Hanya memesan Mc Flurry, Zura datang lebih dulu ketimbang Agung. Sambil menikmati ice creamnya, Zura melihat Agung dari kaca transparan tempat duduknya, Agung yang baru saja keluar dari mobilnya dengan kemeja kotak-kotak, di dalamnya menggunakan kaos putih polos, dan memakai celana jeans. Laki-laki itu menatap ke sekeliling tempat seketika Zura melambaikan tangannya dan Agung membalasnya dengan mengangguk. Cowok itu tanpa suara mengucapkan,"Gue pesen dulu,"pada Zura sehingga perempuan itu mengacungkan jempolnya sebagai balasan.

Sepuluh menit berikutnya, setelah mengantri cukup lama Agung dengan nampan yang di atasnya berisi satu cheese burger dan soft drink sebagai santapannya. Mereka duduk berhadapan, hanya saling tersenyum simpul sebagai awal untuk memulainya.

"Apa yang mau diomongin?"tanya Zura perlahan saat melihat Agung membuka bungkus burgernya. Cowok itu sedikit mencoba mensesuaikan dirinya, membenarkan duduknya sambil mengunyah burgernya,"Bentar, gue makan dulu,"sahutnya sehingga Zura ber –oh ria saja.

Zura menyuapi dirinya lagi dengan sendok kecil Mc Flurry, memainkan ponselnya dengan arah naik turun untuk menscroll layarnya. Agung mencuri-curi pandang melihat Zura.

Lelaki itu rindu, melihat gadis itu di depannya masih sama seperti yang ia kenal dulu. Sayunya tatapan Zura membuat Agung ingin sekali mengungkapkan semuanya. Cuma sayang, laki-laki itu bingung untuk memulai dari mana.


***


Zura menutupi pintu kamarnya dengan pelan, melangkahkan kakinya serasa berat setelah mendengar semua ucapan Agung saat di McD tadi. Ini tentang dirinya yang dulu atau mungkin tentang kehidupannya sekarang. Zura bingung akan mengingat semuanya, sebab dirinyalah yang membuat semuanya. Dirinyalah yang mencelakakan semuanya, membuat semuanya merasa tersakiti. Terlebih lagi dia tahu kalau Gray pernah ada di masa lalunya.

Tidak seperti sinetron atau yang lainnya setelah menutup pintu akan bersender di bawahnya, tapi Zura berusaha bersikap biasa saja. Ia tahu, kalaupun ia memberontak seperti yang ia lakukan kala saja bayangan Arga di dekatnya, membunuh semua ingatan manis Zura. Dan itu adalah jadi hal yang paling terakhir dilakukan gadis itu saat ini.

Ditaruhnya sling bag itu begitu saja di meja nakasnya, Zura mengikat rambutnya, ia merasa panas atau mungkin efek dari kepanasan hatinya –ah Zura ingin melupakannya.

Grayhan Adi : Zee

Grayhan Adi : what should i do?

Mengingat nama laki-laki yang terpampang di ponselnya, lagi dan lagi Zura mendesah pelan. Pesan dari Grayhan hanya dianggap koran saja oleh perempuan itu. Masalahnya ia sedang tidak ingin bercanda atau setidaknya bermanja-manja dengan pacarnya.

Mungkin Gray punya alasan buat nutupin semuanya, ungkap Zura dalam hati. Tangannya dengan berat hati mengambil ponsel yang ada di pangkuannya.

Azura Soraya : what?

Azura Soraya : ngapain kamu?


***


Grayhan duduk di meja kantin nomor sembilan agak ke tengah sambil mengunyah roti bakarnya, menemani Ditto melihat adik kelas yang benar-benar tipenya Ditto banget; cantik, semok, rambut panjang, beuh pokoknya bukan tipenya Gray banget.

Sesekali sudut mata Gray melirik temannya dengan mata berbinar-binar memandangi siapa saja adik kelasnya dan memang salah mereka berdua, karena ini kantin kelas Sepuluh yang artinya bukan bagian dari miliknya.

"Ditt, kalo lo cuma ngeliatin doang, apa gunanya gue disini?"Gray bertanya sembari memberikan mulutnya roti bakar yang dikunyahnya dengan pelan. Ditto menepuk bahu Grayhan,"Ya lo duduk aja di sini ya,"ucap Ditto bangkit dari duduknya namun matanya mengarah ke arah adik kelas yang mungkin jadi incarannya sekarang.

Sejenak, setelah Ditto pergi dari pandangan Gray, laki-laki itu juga ikutan bangkit dari duduknya setelah menyuruput susu kotak yang dingin. Langkah kakinya menuju ke koridor, berjalan seraya tersenyum pada siapa saja yang menyapanya.

Kebetulan laki-laki ini sedang berada di koridor kelas sepuluh, inisiatifnya ingin mencari pacarnya si kecil itu. Langkahnya begitu semangat dan lebih panjang. Namun semuanya itu semakin cepat saat melihat apa yang terjadi di depan matanya.

Buru-buru Gray menyikut siapa saja yang mengahalangi jalannya menuju kerumunan itu, laki-laki ini cukup heran dengan para juniornya, kenapa ada yang dibully seperti ini malah dijadikan tontonan begitu saja.

Semuanya yang mengetahui kedatangan Gray langsung melesat keluar kelas dan menutup mulutnya rapat. Gray melihat Zura yang tertunduk tidak berani menatap kedua pentolan senior di depannya itu sedang memaki-maki pacarnya.

"Dan lo itu gak pernah bisa jadi pemenang di hatinya Gray!"bentak Dea yang sama sekali tidak menyadari kalau Gray berada di belakangnya.

"Oh berarti lo yang menang di hati, gitu?"Gray angkat bicara, membuat dua gadis yang ada di hadapannya memutar badan sehingga mereka bertiga berhadapan.

Zura bernapas lega dan dengan kedua tangannya menyelipkan rambutnya ke belakang telinga, keringat dinginnya membuat rambutnya lepek sehingga menempel di wajahnya saat menunduk tadi.

Grayhan melirik sedikit Zura yang berada di belakang mereka berdua dan melihat wajah perempuan itu pucat pasi. Tatapan Gray kembali ke arah Dea dan juga Ratu yang kemarin diingatnya laki-laki ini mengantar Ratu.

"Ga nyangka gue lo sama kaya Dea,"Grayhan menggeleng pelan lalu berdeham berjalan menuju ke arah Zura berdiri di hadapan perempuan itu dan memahami dari mimik wajah Zura mengungkapkan semuanya.

Lagi-lagi, Gray menatap dua perempuan yang masih betah berdiri di belakangnya,"Pernah denger kan kalo gue ngga pernah ngebedain gender kalo ada yang bikin masalah sama gue?"tanya Gray.

Dan pertanyaan itu sontak membuat kedua kaki Dea maupun Ratu lebih melemas saat itu juga.

RefreshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang