kemuning

4.2K 57 2
                                    

Mutiara Puncak Lawu

Buku 4 A

Ketenangan, kesabaran, bahkan mengendapnya kejiwaan Ki Wibisana dalam dirinya ternyata justru memberikan keuntungan tersendiri, membuat olah rasa dan daya pikirnya menjadi lebih terang untuk menentukan tempo melakukan serangan yang semakin akurat. Sehingga meskipun Ki Wibisana dalam hal penyerapan ilmu boleh dikata lebih muda daripada Ki Priyambada, akan tetapi ternyata kematangan yang dimiliki Ki Wibisana terlihat lebih tajam dari apa yang ada dalam diri saudara tuanya itu.

Karnanya apa yang ada dalam benak Ki Wibisana dalam pertarungan itu bukalah bagaimana cara untuk menuntaskan ambisi kemenangan diakhir pertarungan. Akan tetapi bagaimana cara mengendalikan emosi, untuk lebih tenang dalam mengatur stategi supaya tidak sampai terjebak dalam kondisi yang menyulitkan. Karnanya jelas secara kasat mata gerakan-gerakan tubuh Ki Wibisana terlihat selalu dalam kematangan yang teruji.

Jauh berbeda dengan apa yang ada dalam benak Ki Priyambada. Ambisi yang tinggi untuk sesegera mungkin unggul dalam setiap sesi pertarungan justru sering membuat kewaspadaannya terkoyak, hingga beberapa kali Ki Wibisana berhasil membuka pertahanan ilmunya dan menyarangkan beberapa pukulan yang semakin lama justru membuatnya menjadi bertambah marah. Hasilnya semakin membuyarkan ketajaman olah pikir yang tentu menurunkan daya kecermatannya dalam menghadapi segala kemungkinan.

Maka tak heran pada pertarungan selanjutnya Ki Priyambada mulai merasakan nyeri di berbagai tubuhnya yang memar akibat pukulan-pukulan kaki dan tangan Ki Wibisana yang sedikit demi sedikit menggapai beberapa bagian tubuhnya. Bahkan pada detik-detik berikutnya Ki Priyambada menjadi terdesak begitu hebat sehingga celah-celah pertahanannya semakin terbuka. Sampai pada satu kesempatan satu juluran kaki Ki Wibisanapun begitu telak menggapai dadanya hingga terpental beberapa langkah kebelakang.

"Setan alas..!!" -- geram Ki Priyambada sembari menahan dadanya yang serasa begitu sesak, bahkan darah segarpun mulai terlihat di sudut bibirnya.

"Maaf kakang...aku tak punya pilihan" -- desis Ki Wibisana.

"Jangan sombong dengan kemenangan kecilmu ini Wibisana..!! mari kita lanjutkan pertarungan ini..!!" -- berkata Ki Priyambada dengan kemarahan yang semakin meluap.luap.

Sementara Ki Wibisana menjadi tertegun ketika tiba-tiba Ki Priyambada bangkit, kedua tangannya melakukan beberapa gerak pembukaan sebelum selanjutnya terlihat diam memusatkan nala dan budinya.

Ki Wibisana serta merta menarik nafas panjang-panjang, ketika matanya melihat semburat kabut tipis bagai menyelimut sekujur tubuh saudara tuanya tersebut.

"Kenapa harus seperti ini kakang Priyambada?" -- gumamnya dalam hati.

Namun Ki Wibisanapun tak ingin terlalu mengembara dalam angan-angannya yang membuat hatinya begitu kecewa itu, hingga terlambat mengantisipasi serangan yang akan dilancarkan Ki Priyambada selanjutnya.

Dan kini apa yang terlihat pada diri Ki Wibisana sama pula..tubuh ketua padepokan itupun bagai diselimuti semburat kabut tipis yang terlihat bagai asap yang mengepul dari dalam tubuhnya.

Dan betapa "ilmu inti kabut" salah satu ilmu andalan Ki Ajar Kemuning Sepuh yang pada masanya sempat membuat gempar jagad kanuragan itu kini akan saling beradu diantara kedua orang muridnya.

Sinar matahari diatas langit pelataran gumuk disamping bukit kecil itu semakin meninggi, bahkan lambat namun pasri cahayanya mulai beringsut kebarat. Dan seharusnya hawa dingin yang selalu menyelimuti cuaca pegunungan itu semestinya sudah tidak begitu terasa lagi. Namun cuaca seperti itu bagai tidak berlaku lagi saat itu.
Hawa dingin yang muncul akibat pengungkapa ilmu kedua orang itu kini bagai membekukan apa saja yang berada disekitar medan pertempuran keduanya.
Bahkan benturan-benturan kewadhakan yang kini sering terjadi acap kali mengeluarkan letupan-letupan suara disertai derai kabut bagai asap putih menebarkan hawa dingin luar biasa. Maka tak mengherankan daerah sekitar gumuk itu bagaikan membeku.

Mutiara Puncak LawuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang