geger

4.2K 64 1
                                    

Rontal penutup malam ini

Mutiara Puncak Lawu
BUKU 3 A

"Adi Wibisana..!! Apakah main petak umpet masih layak bagi kita-kita yang sudah tua bangka ini, sehingga kau malu-malu dan sembunyi melihat kedatanganku" -- teriak Ki Priyambada yang berdiri beberapa tombak dari arena pertarungan kedua muda mudi itu.

"Maafkan aku kakang Priyambada, jika aku tidak mampu menyambut kedatanganmu dengan baik, karna akupun baru pulang ke padepokan ini" -- jawab Ki Wibisana yang etah kapan datangnya tiba-tiba sudah berdiri disamping Rara Kemuning,

"Ayah" -- desis Rara Kemuning,

Ki Wibisana berpaling seraya mengangguk-anggukkan kepalanya sebelum berucap, -- "Kemuning, hentikan pertarungan ini, aku tidak suka padepokan ini menjadi ajang pertikaian"

"He rupanya kau tua bangka yang mengambil gelar Ki Ajar Kemuning muda itu!!" -- sergah Semanu seraya menggeram.

Sementara Ki Ajar Kemuning muda, atau Ki Wibisana hanya mengerutkan keningnya menatap lembut pemuda yang baru saja bertarung dengan putrinya tersebut,

"kau siapa ngger...dan memang benar akullah Wibisana, orang tua rapuh dimana orang menyebutku Ki Ajar Kemuning Muda, jadi bukan aku yang memasang gelar itu" -- sahut Ki Wibisana.

"Ternyata apa yang pernah aku dengar tentangmu berbeda orang tua, kata-katamu menyiratkan sebuah kesombongan" -- tukas Semanu.

Ki Wibisana menarik nafas dalam-dalam mendengar ucapan pemuda itu, seraya berkata, -- "maafkan aku ngger, bukan maksudku untuk selalu berbuat yang membuat orang lain tidak senang, meskipun pada akhirnya kata-kataku bisa membuat orang tidak senang"

"baiklah orang tua, sekarang kau menyingkirlah, biarkan aku mewakilimu memberi pelajaran pada putrimu yang tidak tau diri itu!!"

"kau..!!" -- sergah Rara Kemuning. Namun gadis itu tidak melanjutkan kata-katanya ketika Ki Wibisana mengangkat tangan kearahnya.

"Sudahlah ngger, tidak ada untungnya saling bertikai, bukankah sebenarnya tidak ada silang sengketa diantara kita" .-- berkata Ki Wibisana kepada Semanu.

"Sekarang kita punya silang sengketa!! karna itu menyingkirlah orang tua..!! gadis itu harus merasakan tamparanku, karna dia telah menamparku..!!" -- tukas Semanu yang serta merta berkelebat memburu keberadaan Rara Kemuning yang berdiri tepat disisi ayahnya tersebut. Akan tetapi serangan Semanu hanya mengenai tempat kosong ketika dengan kecepatan tinggi pula Ki Wibisana menarik tangan gadis itu hingga tubuhnya bergeser pada tempat yang aman.

"Setan tua..!! Rupanya kau sudah bosan hidup" -- Semanu menggeram dan mengalihkan serangannya kearah Ki Wibisana.

Disertai dengan teriakan pendek Semanu bergerak pesat menerjang dan melancarkan serangan-serangannya dengan kecepatan gerak yang luar biasa. Pukulan pukulan berantai yang dilancarkan pemuda itu bagaikan tiada pernah putus merangsek kedudukan ditempat Ki Wibisana tegak berdiri.

Aneh apa yang dilakukan orang tua itu menyambut serangan serangan dalam kecepatan yang luar biasa itu dengan begitu tenangnya, nampak tubuh Ki Wibisana bergerak lembut dan lamban. Sesekali kedua kaki orang tua itu sedikit beringsut kekiri atau kekanan, sementara hanya satu tangan kanannya bergerak landai menangkis dengan tangkas pukulan-pukulan cepat yang dilancarkan Semanu.

Disisi lain Semanu semakin lama menjadi heran. Pukulan-pukulan cepatnya sama sekali tidak mampu membongkar pertahanan gerak orang tua itu, meskipun mata Semanu seolah-olah melihat begitu banyak celah untuk mendaratkan serangannya ke tubuh Ki Wibisana

Sampai pada saatnya Ki Wibisana merasa jenuh dengan prilaku pemuda itu, dengan pelan mengibaskan lengan kanannya kearah Semanu yang semakin bernafsu merobohkannya.
Dan yang kemudian terjadi amatlah luar biasa.

Mutiara Puncak LawuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang