berdua

3.3K 50 0
                                    

Mutiara Puncak Lawu
Jilid V

Putut Sungkana masih termangu-mangu seraya menatap orang tua yang aneh dalam pandangan matanya itu. Kegarangan yang ditampilkan pada raut wajah orang tua itu seperti bertolak belakang dengan sikap dan Tutur katanya yang lembut.

"Kenapa kau masih berdiri disitu" --suara orang tua itu mengejutkannya, -- "kembalilah kebatu itu dan berbaringlah, kau jangan anggap remeh luka dalammu itu" - - lanjut orang tua itu.

"Oh, terimakasih kyai" -- jawab Putut Sungkana sesaat terjaga dari lamunan nya.

Perlahan dengan berpegang pada dinding-dinding goa kecil itu Putut Sungkana berjalan menuju pembaringan batu yang dimaksud orang tua tadi. Namun beberapa.saat sebelum pemuda itu merebahkan punggungnya kembali suara orang tua itu menyapa telinganya,

"O ya ngger, aku belum tau siapa sebenarnya kau ini? dan kenapa kau sampai.terperosok.ke lembah ini?" - bertanya orang tua itu.

Putut Sungkana menarik nafas panjang-panjang lalu perlahan pemuda itupun berkata, - - "aku dari pedukuhan Kemuning, dan kenapa aku sampai terperosok di lembah ini aku juga tidak mengerti sebelum kedua orang berilmu tinggi itu berusaha membinasakan dengan ilmunya"

"dua orang berilmu tinggi?" -- sahut orang tua itu.

Sungkana menangguhkan kepalanya, - - "ceritanya cukup panjang" -- kembali Putut Sungkan membela nafasnya.

"Lalu siapa namamu?" - - bertanya orang tua itu.

"Sungkana, namaku Sungkana, aku salah seorang penghuni Padepokan Kemuning"

"Padepokan Kemuning?" - - desis orang tua itu.

"Apakah kyai tau Padepokan kami" - - tanya Putut Sungkan.

Orang tua itu menarik nafas dalam-dalam seraya mengangguk-anggukkan kepalanya, -- "aku belum pernah mendengar nama Padepokan itu, tapi aku pernah mendengar tokoh yang berilmu sangat tinggi belasan tahun lalu atau mungkin lebih, yang bernama Ki Ajar Kemuning" - - desisnya.

"Beliau itu sesepuh Padepokan kami, namun sudah tiada, Padepokan itu kini dipimpin oleh muridnya yang juga guru kami" - - tukas Sungkana lirih.

Orang tua itu kemudian mengangguk-anggukkan kepalanya sebelum kembali bertanya, -- "lalu apakah perguruan itu kini sedang bermasalah dengan perguruan lain hingga terjadi pertarungan besar?"

"Ceritanya cukup panjang Kyai" - - pemuda itu diam sesaat lalu menghela nafasnya - - "tapi baiklah, mungkin tidak ada salahnya aku bercerita" - -

Entah apa yang membuat Putut Sungkana percaya pada orang tua itu sehingga dengan perlahan pemuda itu bercerita secara lengkap kejadian kejadian yang telah menimpa perburuannya. Bahkan pesetruan antara Ki Wibisana yang tidak lain guru pemuda itu dengan Ki Priyambada yang merupakan dua orang murid utama Ki Ajar Kemuning Sepuhpun tak luput diceritakannya. Hingga persoalan itu telah melibatkan orang-orang luar Padepokan hingga membuat perguruan itu dilanda malapetaka yang cukup berat. Juga konon melibatkan prajurit-prajurit Pajang dan hadirnya orang-orang berilmu sangat tinggi semacam Sepasang Harimau Kembar bukit Mendengar yang telah membuatnya hampir binasa.

"prajurit-prajurit Pajang?" - - sela orang tua itu memotong cerita yang diutarakan Lutut Sungkan.

"Sebenarnya kau demikian Kyai" - - jawab Sungkana yang kembali menarik nafasnya cukup dalam.

"Apakah perburuannya itu pernah punya persoalan dengan Pajang?"

"Aku tidak tau Kyai, namun selama aku hidup di Padepokan itu, tidak pernah sekalipun aku mendengar guru bersengketa dengan Pajang" - - jawab Sungkana.

Mutiara Puncak LawuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang