Past 3: Teman Baru

134 11 2
                                    

When you told me. You didn't need me anymore.

Saat di dalam mobil Paul,kami saling terdiam. Begitu pula dengan ayahnya Paul.

"Ayah,dia yang menyelamatkanku dari sesuatu di kelas." Tiba tiba Paul bergumam.

Sontak,Paul membuatku kaget dan tersadar dari lamunanku. Pikiranku kacau setelah menerima surat peringatan tadi,takut takut kalau ayah akan memarahiku nanti.

"Benarkah?" Tanya ayahnya bingung.

"Ya! Sampai sampai ia diskors 2 minggu oleh guru di sana."

"Paul,kau harus meminta maaf kepadanya. Kau murid baru sudah membuat kesal orang saja." Kata ayahnya.

"Aku sudah minta maaf dengannya tadi."

"Maafkan aku,nak. Kami tidak bermaksud begitu. Terima kasih telah melindungi anakku juga." Sambut ayah Paul dengan senyum mengarah kepadaku.

"Tidak apa apa,tuan. Lagipula,waktu luang di rumahku semakin banyak untuk mencari inspirasi inspirasi baru."

"Wah,kakak keren sekali." Puji Paul.

"Tidak juga. Kau pasti bisa melakukan itu juga,Paul."

"Ohhh,apa kau menyukai sekolah itu,Paul?" Tanya ayahnya.

"Tidak. Pergaulannya tidak sesuai denganku. Sekolah lain saja." Batin Paul.

"Hmmmm.. Baiklah Paul. Ayah akan mencari sekolah yang dapat menerima anak nakal sepertimu."

Sudah kuduga,Paul pasti juga nakal sama persis denganku. Anak anak memang wajar untuk nakal.

"Hmmm,kau tinggal di Liverpool,ya?" Tanya ayah Paul dengan ramah.

"Ya." Jawabku singkat.

Aku memanglah orang yang tidak mau banyak bicara. Lagipula,Paul juga tidak suka kebisingan. Jadi tidak mungkin aku membuat keributan disini. Jadi kuputuskan diam saja tadi.

"Kau dari Liverpool juga?" Tanya Paul.

"Bukankah aku tadi sudah bilang,Paul? Apa kau lupa?"

"Maaf,aku terlalu memikirkan soal kepanikanmu."

"Siapa namamu,nak?" Tanya pria bertubuh tinggi itu.

"Namaku John Winston Lennon. Panggil aku John." Kataku memperkenalkan diri.

"Kau berasal dari kelurga Lennon?" Tanyanya lagi.

"Begitulah."

"Siapa nama ayahmu,John?"

"Nama ayahku Mr.Alfred Lennon. Kenapa tuan menanyakan identitas keluargaku?"

"Tidak apa."

"Kak,apa kau suka sekali dengan musik?" Tanya Paul.

"Panggil aku John saja. Usia kita hanya selisih 2 tahun saja. Tidak masalah,kan?"

"Baiklah."

"Aku tidak tertarik dengan musik. Lagipula,aku juga bingung dengan segala jenis musik. Aku juga tidak mengerti musik."

"Sayang sekali. Keluarga kami sangat suka sekali dengan musik. Tanpa musik,kami tidak akan menikmati perasaan dari lagu tersebut. Seperti lagu Rock n Roll dari The King of Rock,Elvis Presley. Dia keren dalam pembawaan musik musik rock nya. Coba saja kau dengarkan,John. Mungkin kau akan mendapat sensasinya suatu saat. Walaupun prosesnya lama."

Kutarik perkataanku tadi kalau ia tidak suka kebisingan. Dia selalu saja mengisi obrolan obrolan itu yang berakhir dengan jawabanku yang acuh tak acuh. Aku tidak mengerti apa yang ia sedang bicarakan.

"Begitukah?" Tanyaku cuek.

"John,kenapa jawabannya singkat sekali? Aku sedaritadi mengobrol panjang lebar." Rengek Paul

"Bukan begitu,Paul. Aku tidak suka banyak pembicaraan. Aku lebih suka diam karena menghasilkan banyak inspirasi baru dengan cepat."

"Jadi sedaritadi kau berimajinasi?"

"Begitulah."

"Lihat,Paul sekarang sudah mempunyai kakak yang akrab." Kata ayah Paul.

Kakak? Yang aku inginkan adalah kakak,bukan adik.

"Hahaha. Ternyata punya kakak jauh lebih menyenangkan daripada punya adik." Kata Paul.

Aku setuju dengan ucapan Paul. Tapi,Paul ini cocok sekali menjadi adikku. Ia kelihatannya baik dan perhatian. Dia juga sangat senang bersosialisasi dan ramah kepada siapapun. Sayang sekali,dia sering dijahili.

Ini saatnya aku untuk nemiliki teman baru mungkin,atau saudara baru. Kita saling dekat,walaupun baru bertemu. Walaupun aku menjawab singkat pertanyaan Paul dan bersikap acuh tak acuh kepadanya,ia tetap sabar dan melanjutkan ceritanya. Tampaknya ia periang.

"Tuan,itu rumahku. Bisakah aku turun sekarang?" Ijinku.

"Baiklah. Kalau tidak keberatan,bolehkah kami mengunjungi rumahmu,John?" Tanya ayah Paul.

"Tentu saja boleh. Silahkan saja." Sambutku.

Kemudian,aku pun berteriak.

"Ayah,ibu,aku sudah pulang."

Mungkin mereka akan menanyakan kenapa aku pulang cepat kali ini. Tidak seperti biasanya. Aku takut dan panik karena aku mendapat surat peringatan tadi. Tapi rasa panikku teratasi karena ada Paul dan ayahnya yang ada didekatku. Mana mungkin mereka akan bertengkar di depan umum,apalagi orang yang tak dikenal.

"Kenapa kau lebih awal pulang...nya,John???" Tanya ayah terputus sambil bingung dan kaget.

To be continued...

What happen to John's father? Next in the new chapter after this. Stay tuned!

Yesterday and Today [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang