Menjauh

73 10 0
                                    

All you need is love. Love is all you need

Saat aku sampai di kampus,aku masuk ke kelasku seperti biasa,kelas bermusik. Sudah ramai sekali murid murid yang menunggu gurunya di sana.

Aku melihat Stewart. Aku segera menghampirinya yang sedang duduk bersama teman teman yang lain.

"Hey,Stewart!" Sapaku.

Tapi,anehnya ia tidak menengok ataupun membalas sapaanku hari ini. Biasanya ia yang memanggilku duluan. Ada apa dengan mereka?

"Kenapa kalian tidak menjawab panggilanku?" Tanyaku heran.

"Kau yang mengancam kami,ya?" Tanya Pete.

"Mengancam? Mengancam apa?" Tanyaku masih mencerna apa yang terjadi.

"Jangan pura pura tidak tahu,John." Tegas Jamie.

"Ya! Tega sekali kau! Padahal kami sudah merindukanmu,tapi ini yang kau lakukan kepada kami?" Bentak Jackie.

"Tidak kusangka kau adalah pengkhianat!" Kata Pete.

"Ayolah teman teman! Apa yang terjadi! Jelaskan padaku!" Tanyaku yang sudah meluapkan emosi.

"Tidak perlu dijelaskan lagi. Kau tahu apa yang kami maksud." Kata Jaden.

"Eww.. Apa yang kalian mau sekarang? Untuk menebus kesalahanku." Kataku.

"Kami tidak perlu penebusan. Kami perlu pengakuan!" Bentak Leslie.

"Kau kan yang mengirim surat untuk Paul hanya karena kau menyuruhnya untuk mengingat kejadian dulu? Lagipula kau salah,John. Ia bukan Paul yang kau incar. Kau jangan membuat masalah di sini!" Jelas Stewart.

Aneh! Apa yang terjadi di sini! Sungguh aku tidak mengerti!

"Lihat surat ini,John!" Kata David.

"Emmmm.... Ini terlihat seperti tulisanku. Tapi aku tidak pernah menulis ini!" Kataku.

"Bohong! Ada tanda tangamu disitu! Kau tidak bisa mengelak lagi,John! Bukti sudah mengarahkanmu sebagai pengancam!" Kata Kevin.

"Kita tinggalkan saja dia. Tidak kusangka,ada sahabat yang menusuk dari belakang. Menulis surat dendam kepada orang yang tidak bersalah." Ajak Stewart.

"Kita sudah berbuat baik kepadamu,inikah balasannya? Aku sungguh kecewa denganmu,John" Kata Leslie.

Astaga,mereka ini kenapa? Aku tidak pernah menulis surat ancaman,apalagi dengan Paul itu. Mana mungkin aku melakukan hal itu? Kalian boleh me-notabenekanku sebagai anak ternakal,tapi kalau yang ini? Aku tidak bisa menerimanya!

Zzz... Aku kesal sekali dengan teman temanku. Ada apa dengan mereka? Apa buktinya kalau aku menulis surat itu? Apa mereka melihat aku menulis surat itu? Tentu tidak.

Lebih baik aku duduk sendirian saja di lapangan. 

Tapi aku melihat seseorang yang sudah lebih dahulu mengambil tempat di sana. Kuputuskan duduk bersamanya saja. Siapa tahu ia bisa mengajakku bicara.

To be continued... 

Who's that? Next chapter!

Yesterday and Today [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang