Past 5: Brotherhood

117 11 2
                                    

You may say I'm a dreamer. But I'm not the only one.
-Imagine (John Lennon)

"Sebaiknya kau suruh dia belajar musik. Ia bilang,ia bisa menemukan inspirasi jika ia sendirian. Kenapa kau tidak mengajarinya bermain musik? Daripada membosankan. Lagipula,kau tidak perlu menyekolahkannya lagi. Lembaran kertas tidak menentukan kelulusan,tapi bakat lah yang menentukan masa depan." Saran ayah Paul.

"Dia memiliki wajah yang menunjukkan kalau ia jenius." Sambungnya lagi.

"Tapi,ayah. Tadi ia bilang di mobil,ia tidak tertarik dengan musik." Kata Paul.

"Kau benar,Paul. John menuangkan imajinasinya dengan kartun dan animasi. Bukan musik." Kata ayah.

Obrolan ini membuatku bosan. Lebih baik aku ke kamar saja.

"Tapi,musik sangat diperlukan untuk kita. Tanpa musik,maka terciptalah keheningan abadi." Kata ayah Paul.

"Kau benar." Pikir ayah.

John POV

Aku masih dapat mendengar suara mereka dari dalam kamar. Kencang sekali suara mereka. Tapi mungkin musik itu memang seru. Bagaimana kalau aku belajar bermain gitar dan membuat band bersama orang lain.

"Jadi,latihlah John kecilmu itu." Kata ayah Paul.

***

Saat aku sedang membuat kartun,tiba tiba pintu kamarku terbuka.

"John!" Suara familiar itu terdengar.

Ternyata,itu adalah Paul. Kenapa ia kesini?

"Kenapa kau disini?" Tanyaku.

"Aku ingin bermain bersamamu." Jawabnya polos bagaikan bayi kecil yang baru lahir.

"Sebelumnya aku tidak pernah menyuruh orang masuk ke kamarku. Tapi ntah mengapa,kau itu begitu mengalihkan perhatianku seperti sedang menghipnotisku dengan wajahmu itu. Baiklah,kau boleh masuk!" Jawabku panjang lebar.

Aku juga tidak pernah menjawab sepanjang itu. Ntah mengapa,Paul membuatku demikian.

"Kau bisa menjawab dengan panjang lebar juga,ya?"

"Aku juga baru kali melakukan ini,khususnya kepadamu." Kataku.

Keharmonisan tampak pada kami berdua. Aku tidak dekat dengan adik kandungku,tapi terhadap sepupuku yang satu ini.

Sementara ayah dan lainnya...

"Kurasa,Paul cocok sekali dengan John. Mereka seperti kakak dan adik." Kata ayahku.

"Benar. Sebelumnya,Paul adalah sosok yang sangat pendiam seperti anakmu. Tapi setelah bertemu dengan John,ia berubah menjadi periang."

"Iya,aku juga merasa demikian. Paul masuk ke kamar John. Padahal John tidak suka siapapun ada di kamarnya,termasuk kami. Tapi,Paul membuatnya menjadi seperti ini. Adiknya menangis ingin masuk,tapi ia mengusirnya." Kata ayah.

"Bagaimana kalau ijinkan Paul ada di sini untuk beberapa minggu. Sekitar 3 minggu. Aku ada urusan di London dan harus menghadiri pesta di Manchester. Apa kau tidak keberatan?" Kata ayah Paul.

"Tentu saja tidak." Sambung kakak dari ayah Paul,ibuku.

"Terima kasih,kak." Kata ayah Paul.

Kemudian mereka naik ke lantai 2 persisnya ke kamarku.

"John,mulai sekarang Paul menjadi adikmu sementara. Ayahnya ingin pergi ke luar kota. Apa kau tidak keberatan?" Tanya ayah

Yang aku inginkan adalah kakak. Aku bertekad untuk mempunyai kakak,bukan adik. Tapi,boleh juga sih. Lagipula,Paul lebih seru diajak main.

"Baiklah." Jawabku.

"Anak pintar." Kata ayah sambil mengelus kepalaku.

"Tumben sekali kau mempersilahkan seseorang masuk ke kamarmu?" Tanya ibu.

"Ntahlah. Paul yang membuatku seperti ini." Jawabku.

"Bagus. Teruslah seperti ini. Ayah takut kalau kau sendirian." Kata ayah.

Sejak saat itu,kami pun menjadi kakak adik walaupun hanya sebentar.

"John,ajaklah Paul bermain di taman yang biasa tempat kau bermain" Kata ayah.

"Baiklah. Paul,ayo kita ke taman."

"Iya,kak."

Kami pun pergi meninggalkan rumah.

"Paul memang ingin sekali memiliki kakak. Kasihan dia,dia tidak memiliki kakak karena kecelakaan mobil." kata ayah Paul

"Begitukah?" tanya ibu.

"Ya. Hanya saja ini menjadi rahasia Paul. Tunggu saatnya saja. Setiap hari ia menanyakan apakah ia punya kakak."

"Ohh.."

***

"Paul,bagaimana dengan taman ini? Apa menyenangkan?"

"Ya. Selama aku bermain denganmu."

"Apa kau memiliki kakak?" tanyaku

"Ntahlah. Kata orang tuaku,aku tidak memilikinya."

"Hmmm.."

Kami pun terdiam di ayunan. Datanglah teman temanku mengajak bermain.

"John,ayo bermain! Ajak Stewart.

"Aku harus menjaga Paul."

"Oh,jadi yang bersamamu ini Paul?" tanya George.

"Ya."

"Kita ajak saja,John. Lagipula,kasihan kalau anak kecil tidak diajak main." kata Ringo.

"Iya sih."

Dan kami pun bermain bersama sampai sore.

To be continued...

Yesterday and Today [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang