Past 4: Together

125 10 3
                                    

I began to lose control,I began to lose control.

Ada apa dengan ekspresi ayah ketika ia melihat ayah Paul? Kelihatannya ia kaget setelah melihatnya.

"Dad? Are you okay? What happen to you?" Tanyaku heran.

"Nothing,John. Sekarang,masuk ke kamarmu dan ganti bajumu. Ayah akan memanggilmu turun nanti. Oh,iya. Saran ayah,pakailah pakaian yang sopan. Ini pejabat di keluarga kita (?)" Bisik ayah.

"Pejabat apa?" Tanyaku balik.

"Kau tidak perlu tahu. Cepatlah!" Kata ayah sambil memberi senyum kepada ayah Paul.

Ada apa dengannya? Apakah ayah Paul seorang pemimpin? Atau segalanya?

***
Setelah selesai berpakaian rapi,aku menunggu panggilan ayah untuk turun. Sementara itu,aku melihat style ku di depan cermin. Rasanya style ini terlalu casual untuk bertemu ayah Paul. Sebaiknya kuganti lagi dengan pakaian yang lebih menjurus pada gaya Elvis Presley(?).

Oh,jangan jangan. Aku akan memakai jas resmi yang biasa aku pakai di suatu acara pesta,dan lainnya.

John,kau tampak keren sekarang,kataku sambil menatap pantulan bayanganku di cermin.

"John! Turunlah sekarang!" Teriak ayah.

Pas sekali. Padahal aku sedang ingin bermain dengan mainanku. Menyebalkan.

Saat aku menuruni tangga,aku disambut dengan senyuman Paul yang sedaritadi menungguku keluar dari kamar di dekat tangga.

"Hai Paul!" Sapaku.

"Hai John! Kau tampak keren sekali dengan jas hitam itu? Kau ingin kemana?" Tanya Paul dengan senyumannya.

Sekejap aku melihat matanya. Matanya berwarna hijau,senyumannya manis,membuatku ingin sekali ia menjadi sepupuku.

"Eohhh.. Ayahku menyuruhnya. Ntahlah untuk apa."

"Kukira kau suka sekali dengan jas ini."

"Mana mungkin aku suka memakai jas ini?" Kataku sambil pergi ke sumber suara ayah tadi disusul oleh Paul. Aku tidak ingin buang buang waktu. Aku ingin bermain.

Suara itu berasal dari ruang makan. Sepertinya mereka sedang menyajikan hidangan untuk ayah Paul.

"Mr.McCartney,saya menyambutmu dengan penuh sukacita dari keluarga Lennon." Kata ayah sambil mempersilahkan ayah Paul untuk mencicipi masakan ibu.

"Paul,ayo makanlah juga dengan ayahmu." Ajak ibu yang datang dari belakang Paul sambil memegang pundak Paul.

"Baiklah,nyonya. Terima kasih." Kata Paul sambil menyusul makan dengan ayahnya.

"John,ayah ingin kamu menyambut dengan sopan keluaraga McCartney ini." Bisik ayah.

Aku penasaran maksud ayah.

"Apa maksudmu?" Tanyaku.

"Dia ini teman ayah dulu. Dia baik dan juga suka menolong. Dulu waktu kita mengalami keterpurukan,ialah yang menyumbang dana untuk kita." Jelas ayah.

Pantas saja Paul juga sepertinya anak yang baik.

"Apa hubungannya dengan pejabat keluarga ini?"

"Tidak apa apa. Ayah hanya memujinya saja. Lagipula,dia juga adik ipar dari ibumu. Masa kau lupa dengan saudaramu ini? Kau kan sering bermain dengannya." Kata ayah.

"Jadi,dialah saudaraku? Selama ini aku tidak pernah menganggapnya saudara. Bahkan bertemu saja tidak pernah."

"Sudahlah,jangan basa basi. Makanlah bersamanya,John." Perintah ibu.

"Baiklah."

Aku pun duduk termenung bersama mereka untuk makan bersama. Sementara ayah pergi ke kamarnya begitu pula ibu sambil menggendong adikku.

Kami pun makan bersama. Sepertinya,ada yang beda saat makan bersamanya. Ada keheningan sejenak dalam kebersamaan kami. Dan suara pun mulai terdengar dari suara ayah Paul.

"John,masakan ibumu sangat enak sekali." Puji ayah Paul.

"Terima kasih,tuan. Silahkan menikmatinya." Sambutku sopan.

Ketika kami hampir menghabiskan makanan kami,ayah keluar dan memanggilku. Ia pun kelihatannya ingin berbicara kepadaku.

"John,kenapa kau pulang cepat sekali?" Tanya ayah di depan pintu kamar.

Kukira,ia tidak akan bertanya hal itu.

"Aku diskors 2 minggu oleh pihak sekolah."

"Apa? Apa kau berbuat onar lagi?" Bisik ayahku karena ayah Paul melihat kami juga.

"Bukan aku. Aku hanya ingin melindungi Paul. Tapi ntah mengapa aku di marahi guruku. Lagipula baguslah,aku memiliki waktu luang untuk berinspirasi membuat kartun."

Ayahku tampak emosi mendengar perkataanku. Ia mengira kalau aku sedang berbohong.

"Masuk kembali ke kamarmu,nak." Perintah ayah.

Setidaknya aku memang mau di kamar.

***

Author

Orang tua dari kedua belah pihak sedang mendiskusikan sesuatu yang serius mengenai anak anaknya.

"Alfred,apa ada masalah? Kenapa kau terlihat kesal dengan John? Dia anak yang baik." Tanya ayah Paul.

"Tidak. Hanya urusan anak kecil yang nakal. Itu sudah biasa. Dia menuduh karena sekolahnya,ia dikeluarkan dan dia bilang dia melindungi Paul." Kata ayah.

"Itu memang benar. Dia anak yang baik. Dia melindungi Paul di sekolah. Paul sendiri yang menceritakannya. Maafkan aku,anakku yang membuat John diskors di sekolahnya." Jelas ayah Paul.

"Eohhh.. Tidak apa apa. Lagipula,kau juga sudah membantu kami dan Paul memang layak unyuk sekolah dibandingkan John. Jadi kalau John diskors itu hal yang biasa karena ia memang nakal." Kata ayah.

Aku sebenarnya belum masuk ke kamar karena aku ingin mendengar pembicaraan mereka. Kedengarannya tidak sopan,tapi ya begitulah aku.

"Alfred,aku punya saran untukmu." Kata ayah Paul.

"Saran apa?" Bingung ayah.

To be continued.

Yesterday and Today [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang