[[ WHAT?! DIA! ]]

582 32 5
                                    

Author Pov.

Pada hari ini, siswa-siswi baru akan dibagikan kelas mereka masing-masing

"Aku masuk mana ya? Moga yang terbaik" doa Qilla didalam hatinya.

Setelah kelas IPS dibagikan kini tinggal kelas IPA.

"Kelas IPA 1. Krisna Yantoro, Sarah Amelia, Vanesha Anggita, Alayka Tomi Gunawan, Cella Pranindya Wantara, Jaya Taulayan, Aquella Fricilla Rosby, Anfa Berliana Fauzan, Tiara Ulma Asyyarif, Faqih Hernando, &#$%&#$%&"

"Wey, kita sekelas Sist."

Qilla masih terlihat kebingungan yang terlihat jelas dari raut wajahnya itu. Entah apa yang difikirkannya. Wajahnya pun mulai pucat.

"Ntar kita bisa ngobrol bareng, kerja kelompok bareng, berisik bar-"

Qilla memotong ujaran Vanes, "Bentar-bentar deh. Tadi.. Kalian dengar nama Faqih Hernando?"

Cella dan Vanes mengangkat kedua bahunya.

Berbeda dengan reaksi Anfa yang tahu siapa orang mempunyai nama tersebut.

Qilla menatap nanar kearah Anfa, "Anfa!"

Anfa mengigit bibir bawahnya. Anfa masih tahu bahwa selama ini saudaranya itu masih menunggu cinta pertamanya itu, walau Qilla selalu menyangkalnya.

Anfa tersenyum menenangkan Qilla, "Bukan dia. Percaya sama gue."

"Udah mending sekarang kita ke kelas." akhirnya mereka (Qilla, Anfa, Cella, dan Vanes) pun saling rangkul berjalan melaju ke kelas barunya. Tapi siapa tahu di dalam hati Qilla dirinya sedang mengkhawatirkan sesuatu.

"Moga deh bukan dia" -batin Qilla.

Sesampai di kelas baru mereka, mereka memilih untuk duduk di meja paling belakang. Tapi sisa satu meja dibelakangnya. Jadi bisa dibilang setengah ciet.

"Gue sama Qilla ya" ujar Anfa.

"Oke, berarti gue sama Vanes dong."

Semua murid yang mendapatkan kelas sama seperti mereka akhirnya mulai memasuki kelas satu persatu.

Tinggal dibelakang meja Qilla dan Anfa yang belum terisi.

Mungkin lebihan bangku dan
tidak ada orangnya -Qilla.

Setiap murid sedang asik mengobrol dengan teman-teman barunya. Hal itu tak berlaku buat Qilla, nyatanya kini dirinya sedang sibuk dengan buku dan lagu yang diputarkannya melalui headsetnya itu.

Akhirnya masuklah satu orang cowo yang sangat-sangat dikenal oleh Anfa begitupun Qilla.

Anfa terperangah dan terkejut melihat wajahnya yang menapaki di lingkungan hidupnya kembali. Tepatnya di lingkungan hidup Qilla, saudaranya.

Anfa melirik Qilla yang sedang asik mendengarkan musik sambil membaca novel jadi wajahnya tak terlihat dikarenakan menunduk.

Anfa menggigit bibir bawahnya dalam-dalam.

"Kenapa sih lo Fa?!"

"Eh gila ganteng banget cowok yang barusan naruh tas dibelakang Qilla"

Enemy To Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang