Qilla PoV.
Kami semua sedang sarapan pagi bersama.
Ayah, ibu, kak Rezky, kak Yezky, kak Arhan, Miskha, dan yang terakhir Qilla.
"Em.. Qilla,"
"Ibu, telan dulu dong makanannya!"
Ibu mengkerut takut setelah diperingati ayah.
Seluruh penghuni meja makan pun tertawa riuh.
"Diam."
Sentakkan ayah yang tiba-tiba membuat kami menutup mulut rapat-rapat dan melanjutkan makan masing-masing dalam diam.
Setelah kami sudah selesai makan ibu menyuruhku untuk mendekat kearahnya yang sedang melihat-lihat bahan masakan di lemari khusus.
Para lelaki dirumah ini mereka sedang bermain billyard diruang santai. Ditambah Miskha sebagai cheerleader.
"Ada apa bu?"
"Sayang, tolongin ibu dong. Bahan-bahan masak habis nih, kamu mau kan ibu suruh?"
"Mau gak mau bu. Emang mau beli apa aja? Gak papa deh aku aja, lagian aku juga belanja bulanannya udah mau habis. Tapi jangan lupa ongkir ya bu, hehe"
"Kamu ini sama ibu sendiri kok main ongkir-ongkiran. Nih ibu udah buat daftar belanjaan apa yang mau dibeli. Uangnya minta di ayah, bilang disuruh ibu gitu. Tenang, ntar kalau ada kembaliannya buat kamu semua."
"Bener? Walaupun kembaliannya diatas satu juta?"
Ibu menutup kulkas, "Ngawur kamu! Ya gak lah, batas ongkirnya gak boleh lebih diatas seratus ribu. Udah baik tuh ibu"
"Iya-iya, yasudah aku mau minta uangnya dulu ke ayah."
Aku berjalan menuju ayah yang lagi sibuk ingin memasukkan bolanya.
Tok-tok-tok. Bunyi bola billyard yang saling berbenturan satu sama lain.
"Yeyeye, lalalala. Ayah menang! Hore!" Miskha memukul-mukulkan spatula kearah wajan.
"YES! Apa ayah bilang, pasti bolanya akan masuk." teriak ayah membanggakan dirinya sendiri.
Kak Yezky mengerucutkan bibirnya, "Ah, ayah mah gak mau ngalah sama anak!"
Kak Rezky bertopang dagu kepada stik billyard, "Silahkan bersenang-senang wahai ayahku tercinta."
Kak Arhan mengusap wajahnya frustasi, "Si om kenapa ngalahin aku sih? Om gak kasihan sama calon mantu om?!"
Ayah melirik kearah kak Arhan, "Siapa bilang kamu mantu om?"
"Aku sendiri om, harapan gak papa kali ya. Bolehkan brothers?"
Si kakak kembar menggelengkan kepala tanda tak setuju.
Aku menghampiri mereka dan menjitak kepala kak Arhan, "Semprul, gak bakalan terjadi kamu jadi mantu ayah aku. Kamu kan sahabatku."
"Lagian kan kak Qilla udah mau ditu-"
Aku langsung menutup mulut Miskha dan memberi senyuman peringatan.
"Maksud Miskha mungkin udah mau ditungguin sama ibu untuk beli belanjaan." sahut kak Rezky yang mengerti maksudku.
Aku menepuk pundak kak Rezky tanda terimakasih.
"Yah, aku disuruh ibu belanja bahan-bahan masak, habis tuh. Mana uangnya yah?"
Ayah merogoh kantong celana dan mengeluarkan uang berwarna merah muda sekitar lima lembar.
"Kamu berangkat sama siapa?" tanya ayah sambil berjalan kearah dapur.
Aku mengedikkan bahu, "Gak tahu yah, kayaknya sendiri deh."
![](https://img.wattpad.com/cover/80177879-288-k618242.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Enemy To Love [END]
Novela Juvenil"Alasan gue cuma satu, yaitu berubah!" Berubah untuk terlihat kuat dihadapan kalian semua, terutama dia. -Qilla. ♥ END ~