Dua

43.1K 3K 34
                                    

Aku tidak bisa tidur. Kejadian tadi siang di sekolah mengganggu pikiranku. Aku tidak menyangka ciuman kasar bisa terasa begitu nikmat dan malah membuat penasaran. Aku buru-buru menepis pikiran itu. Berkali-kali kuingatkan diriku bahwa aku sudah memiliki tunangan. Tapi pikiranku sedang tidak bisa diajak kompromi.

Aku melirik jam di atas meja samping ranjang. Sudah jam satu lewat. Aku meraih Hpku lalu memandang nomor baru yang dikirim Regita tadi siang. Haruskah aku menghubungi Raymond lebih dulu untuk meminta kepastian hubungan kami? Atau mungkin hanya menelpon menanyakan kabar lalu mulai menjalin hubungan yang lebih akrab?

Aku memijat pelipisku dengan frustrasi. Bagaimanapun aku hanya manusia biasa. Kalau tidak diberi pilihan dan ada kesempatan, bisa saja aku pindah ke lain hati tanpa sadar. Tapi aku tidak mau itu terjadi. Keluarga besar kami pasti kecewa. Lagi pula aku sudah berjanji bahwa aku akan mencintai Raymond di hadapan keluarga besar kami. Tapi saat ini keadaan menjadi sulit. Aku khawatir dengan keberadaan Al dan kenyataan dia bisa membangkitkan segala emosiku hanya dalam waktu singkat. Pasti tidak sulit baginya untuk memunculkan perasaan rindu pada diriku, yang nantinya berujung cinta dan yang pasti juga kehancuran.

Aku menarik nafas panjang sejenak, lalu mencoba menghubungi Raymond. Aku tahu tidak sopan mengganggunya selarut ini. Tapi kan dia tunanganku. Lagi pula kalau menunggu besok, mungkin aku tidak lagi memiliki keberanian untuk menghubunginya.

Aku menunggu dengan waswas. Pikiranku terasa kosong dan aku mulai panik. Apa yang harus kukatakan padanya. Aku bangkit lalu berjalan mondar-mandir. Aku memeras otakku untuk mencari bahan pembicaraan. Aku sudah nyaris mematikan Hpku ketika suara berat yang maskulin terdengar.

"Halo!" aku meringis mendengar nada kasar dalam suaranya. Tampaknya Raymond sangat jengkel karena ada yang mengganggu tidur nyenyaknya.

"Raymond?" aku mengucapkan kata pertama yang melintas dipikiranku.

"Ya!!" jawabnya kasar. "Anda siapa dan ada urusan apa? Sebelum anda menjawab sebaiknya lihat dulu jam anda. Saya khawatir anda tidak sadar kalau saat ini sudah larut malam."

Aku cemberut mendengar ucapannya yang tidak ramah. Padahal ini pertama kalinya kami saling berbicara. Tapi aku mengingatkan diri bahwa Raymond tidak tahu kalau yang berbicara adalah tunangannya. Salahku juga karena sudah mengganggu tidurnya.

"Aku Dhea." Suaraku hanya berupa bisikan. Tapi pasti Raymond mendengarnya.

"Oh, Dhea siapa?" tanya Raymond sinis.

Aku sangat kecewa karena dia tidak mengenaliku. Memangnya berapa banyak kenalannya yang bernama Dhea. Aku sudah membuka mulut ingin membalas nada sinisnya dengan ucapan kasar ketika kudengar suara desahan seseorang. Aku terdiam kaget karena aku yakin itu suara wanita dan suaranya sangat jelas menandakan dia berada di samping Raymond.

"Siapa?" bisik suara wanita itu dengan nada mengantuk.

Refleks, aku memutus sambungan telepon. Aku duduk di tengah ranjang dengan pandangan kosong. Pikiranku buntu. Tapi dadaku seolah diremas hingga rasanya aku tidak sanggup bernapas. Aku menyentuh dadaku, menekannya kuat-kuat. Berharap bisa mereda kan rasa nyeri yang menusuk. Tak terasa, pandanganku mulai buram oleh air mata. Kututup wajahku dengan bantal, untuk meredam isak tangisku yang makin keras.

Astaga, aku patah hati bahkan sebelum benar-benar memulai hubungan. Raymond selingkuh dariku bahkan sebelum kami saling bertemu. Tanpa bisa ditahan, aku mulai tertawa karena ironi yang kualami. Tawa yang menyedihkan karena berbaur dengan air mata.

Beberapa menit berlalu, aku mulai tenang. Aku berusaha mengingatkan diriku bahwa aku gadis yang kuat. Aku harus tegar walaupun hatiku terasa remuk. Besok, aku harus bercerita pada Ibu dan Ayah. Pertunangan ini tidak boleh dilanjutkan sebelum aku makin hancur. Keluargaku pasti kecewa, tapi aku yakin mereka pasti mengerti.

Lelaki Misterius (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang