Part 3 - Are You Dream?

49 7 0
                                    

Hari itu Alesha pulang dengan berantakan membuat Ryan dan Sunny yang sedang di rumahnya menatapnya bingung dan kawatir. Mata Alesha sembab dan dia menangis. Saat di tanya apa yang terjadi, Alesha hanya diam dan mengunci dirinya di dalam kamar, dan hal itu membuat keduanya menatap pintu kamar Alesha dengan kebingungan.

Seharian Alesha mengunci dirinya di dalam kamar, hanya menangis sambil memegang dada kirinya sesekali memukulnya untuk menahan rasa sakit yang terdalam setelah mendengar kabar itu.

"Bodoh...hiksss...hiksss...kau bodoh, Alesha,,, " gumamnya di sela tangisannya.

Bahkan saat Martin datang, Alesha masih tetap mengunci diri di kamar, hak itu semakin membuat ketiga orang itu bingung dan tak tahu harus bagaimana. Mereka tak tahu apa yang membuat Alesha melakukan itu.

Keesokan harinya, saat matahari baru saja terbenam, saat ketiga orang itu sedang duduk di ruang tamu. Mereka bertiga serempak mendongak ke arah pintu berwarna putih yang perlahan terbuka dan menampilkan sosok Alesha yang berantakan. Mata bengkak, muka pucat, dan tubuh bergetar menahan tangis. Martin berlari mendekati Alesha dan menarik ke dalam pelukannya. Alesha masih terdiam.

"Kau kenapa, sayang?" ucap Martin lembut.

"Kau baik-baik saja, Alesha?" ucap Sunny.

Mereka membawa Alesha untuk duduk di sofa. Belum ada yang berani bertanya lebih lanjut ke Alesha mengingat keadaan Alesha yang sama sekali tidak memungkinkan untuk bercerita, jadi mereka bertiga hanya menemani Alesha yang masih terus mengeluarkan airmatanya. Hingga tiba-tiba bunyi bel memecah keheningan di rumah itu.

"Sebentar!!" jawab Sunny berjalan menuju pintu. "Siapa?" tanya Sunny setelah membuka pintu dan menemukan sosok yang belum di kenalnya.

"Bisa saya bertemu dengan Alesha?" ucapnya, "Saya mohon," lanjutnya dengan raut muka memohon. Sunny mengernyit melihat tamunya.

"Maaf tante, tapi..." Sunny menoleh sekilas melihat Alesha yang masih menangis di pelukan Martin, "sepertinya anda tidak bisa menemuinya," lanjutnya.

"Aku mohon..." ucap tante itu, "sebentar saja," lanjutnya.

"Maafkan saya, tante," ucap Sunny sebelum menutup pintu, tapi tante itu menahannya sehingga membuat pintu terbuka lagi. Dan setelahnya dia langsung berlutut di depan Sunny. "Apa yang anda lakukan?" Sunny terpekik melihat itu.

"Saya mohon, ijinkan saya bertemu Alesha" ucap keras tante itu sambil terisak.

Keributan di pintu itu menarik perhatian Alesha saat mendengar namanya di sebut. Alesha berdiri dari sofa dan berjalan menuju pintu sambil di bantu Martin. Mata Alesha terbelalak saat melihat sosok yang sedang berlutut di depan rumahnya.

"Ya ampun, Tante, apa yang anda lakukan?" Alesha mendekat dan berjongkok sejajar dirinya dengan tante itu, membantunya berdiri tapi tante itu menggeleng.

"Alesha...hiksss...aku mohon...Kennan kritis," ucap tante -mama Kennan- sambil menggenggam kedua tangan Alesha membuat Alesha mematung. "Temui dia, Alesha," lanjutnya.

Alesha masih terdiam, air matanya semakin deras, dan tubuhnya lemas mendengar ucapan mama Kennan. Begitu juga dengan Martin, Sunny, dan Ryan yang masih belum paham dengan apa yang terjadi saat ini. Hingga, akhirnya suara Martin memecah keheningan.

"Ayo, Alesha. Temui dia," ucap Martin memegang bahu Alesha. Alesha menatap Martin ragu, Martin mengangguk dan tersenyum. "Aku akan mengantarmu," lanjutnya.

"M-Martin..." lirih Alesha.

"Nanti kita bicarakan semua, sekarang ayo temui dia," Martin membantu Alesha berdiri, "Kak, bisa ambilkan mantel untuk Alesha," lanjutnya ke Ryan.

Alone (Love) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang