Ting tong~ Ting tong~
Cahaya jingga telah mewarnai langit ketika suara bel pintu kaca dalam minimarket terkenal yang memiliki banyak franchise di berbagai tempat itu berbunyi nyaring.
"Selamat datang~! Selamat berbelanja~!"
Seorang pemuda berkacamata dengan poni menutupi dahi tersenyum ramah dari balik counter yang ditutupi berbagai jajanan seperti permen, cokelat, dan banyak makanan manis lainnya. Pemuda itu mengenakan seragam kemeja lengan pendek dengan paduan warna merah dan biru. Warna yang sama juga digunakan pada logo minimarket tempatnya bekerja.
Baru ketika tahu kalau yang masuk ke dalam adalah Sena, senyum ramah di wajahnya seketika menghilang.
"Kirain ada pelanggan. Ternyata cuma kamu..."
Ting tong~ Ting tong~
Bel pintu kembali berbunyi. Dan kali ini pemuda berkacamata itu tampak tersenyum lebar.
"Selamat datang Rani~!"
Pemuda itu menyambut Rani yang masuk belakangan dengan mata berbinar. Senyumnya makin mengembang saat gadis berambut pendek itu membalas senyumannya.
"Sebentar ya Arya. Aku ganti baju dulu. Nanti biar kita gantian." Suara Rani terdengar sedikit lesu. Wajahnya juga tampak kuyu.
"Ah, nggak usah. Aku nggak capek kok. Kamu aja yang istirahat. Biar aku dan Kak Ayu aja yang jaga di sini."
"Yakin nggak mau gantian?"
Arya mengangukkan kepalanya mantap.
"Oke. Kalau gitu aku istirahat dulu ya..."
Dengan langkah gontai, Gadis itu berjalan menuju sudut minimarket.
Mata Arya terus mengikuti gerakan Rani sampai gadis berambut pendek itu menghilang di balik pintu bertuliskan [Khusus Karyawan]. Sena yang sedari tadi melihat tindak-tanduk Arya hanya terkekeh saja.
"A-apa liat-liat?!" Pemuda berkacamata itu langsung gelagapan ketika menyadari Sena sedang memperhatikannya.
"Enggak... Nggak ada apa-apa. Udah lanjutkan aja jaga toko. Aku mau ke atas dulu."
Sena mengedipkan mata pada Arya yang wajahnya semakin memerah, kemudian berjalan menuju pintu yang dimasuki Rani.
Setelah melewati pintu, serasa benar perbedaan suasana di sana. Bagian depan minimarket tampak rapi, tertata dengan baik, dan diterangi lampu di setiap sudutnya. Sedangkan kondisi bagian belakang sedikit berantakan dan hanya diterangi lampu seadanya.
Di sebelah kamar mandi, yang terletak tepat di seberang pintu menuju minimarket, tampak tumpukan kotak plastik tempat menyimpan barang. Di sisi lain terdapat dapur kecil dengan berbagai peralatan masak.
Di samping pintu yang dilewati Sena terdapat sebuah tangga bolak-balik menuju ke lantai atas. Pada belokan tangga terpasang sebuah cermin besar yang letaknya tak mungkin terlewat oleh mata. Dengan tinggi dua meter dan lebar satu setengah meter, cermin itu tampak memenuhi dinding bordes. Pantulan pada permukaannya begitu jernih, seolah ada dua tangga yang berhadapan di sana. Bingkai kaca terbuat dari kayu hitam dipenuhi ukiran rumit dengan aksara-aksara yang tak dikenal. Namun dari kesemuanya, yang paling mencolok adalah ukiran kepala Bathara Kala yang menunjukan taringnya di atas cermin.
Sena berhenti sejenak di depan kaca untuk membenahi penampilannya, sebelum kembali melanjutkan langkahnya pergi ke lantai atas.
Lantai atas terdiri dari tiga kamar yang bersisian. Pada pintu kamar yang paling dekat dengan tangga terdapat plat yang bertuliskan [Ruang Kepala]. Itulah ruangan yang Sena tuju.
YOU ARE READING
DUNYAPALA : GAGAK, HARIMAU, DAN NAGA
Фэнтези"...Keburukan akan terus berusaha kembali ke muka bumi melalui cerminan diri. Menebus ribuan tahun yang telah hilang saat mereka sedang terbuang..." ...