Suara detik jarum jam dinding terdengar nyaring di telinga Sarah. Sinar temaram dari penerangan jalan yang menerobos masuk melalui kisi-kisi jendela sedikit membantunya melihat jam dalam gelapnya kamar. Sudah pukul 23. 14.
Sudah lebih dari dua jam dia berusaha tidur, tapi matanya tak juga terpejam.
Dia hanya bisa berbaring terlentang di atas ranjang sambil menatap lurus ke langit-langit kamar. Di sebelah kiri tampak punggung sang suami yang telah lelap di dalam mimpi. Begitu nyenyaknya sampai-sampai tak ada suara dengkuran lirih yang biasa terdengar ketika laki-laki itu tidur.
Sarah sedikit iri melihat sang suami bisa istirahat dengan tenang.
Kepala Sarah terlalu penuh untuk bisa tidur dengan tenang. Ingatan akan kejadian malam itu terus saja kembali dalam pikirannya. Kata-kata putranya juga masih terngiang di telinga.
"Bu, bantu aku menyembunyikan mayat-mayat ini ya?"
Bagaimana bisa seorang anak balita mengucapkan permintaan semacam itu? Dan yang lebih gilanya, Sarah tak bisa menolak permohonan putra kesayangannya. Tak ada alat yang bisa dia gunakan untuk mengubur mayat, mayat itu, sehingga dia hanya bisa menyeret ketiga mayat bocah yang seumuran dengan anaknya itu lebih jauh ke dalam hutan.
Sepulangnya dari rumah sakit, Sarah menjadi lebih pendiam. Melihat perubahan sikap itu, suaminya bertanya padanya, Apa yang sebenarnya terjadi?
Sarah tentu saja tak bisa menjawab. Dia bungkam seribu bahasa. Tak mungkin dia bercerita kejadian yang hampir tak masuk akal itu pada suaminya, yang dia anggap hanya sebuah mimpi buruk belaka. Tapi ketika melihat berita penemuan mayat tiga anak kecil yang disiarkan di televisi, wanita itu sadar kalau semua kejadian itu benar-benar nyata.
Kini dalam hati Sarah terbersit rasa curiga pada putra semata wayangnya. Seperti ada sesuatu mengerikan di balik tingkah laku bocah lucu dan menggemaskan itu. Sekuat apapun Sarah berusaha menghilangkannya, perasaan negatif itu terus menyeruak di dalam dadanya.
Di malam hari pun pikiran itu tetap muncul, mengganggu ketenangan diri Sarah, hingga tidurnya tak bisa nyenyak.
Di tengah lamunannya, telinga Sarah menangkap suara dari luar kamar. Sarah bangkit dari posisinya, mencoba mendengarkan lebih seksama. Sayup terdengar suara langkah kaki bolak-balik kesana-kemari di luar. Takut ada pencuri atau perampok masuk ke dalam rumah mereka, Sarah dengan cepat berusaha membangunkan suaminya.
"Mas, bangun Mas! Ada orang di dalam rumah!"
Sarah menggoyangkan tubuh suaminya, namun pria itu tak juga terjaga.
"Mas, bangun! Kayaknya ada pencuri!"
Sarah menggoyangkan tubuh suaminya lebih keras, tapi tetap tak ada reaksi.
Aneh...
Suaminya adalah tipe orang yang mudah terbangun jika ada sesuatu yang mengganggu tidurnya. Tapi kali ini pria itu tak juga membuka kedua mata.
Ada yang tak wajar...
Sarah menarik lengan suaminya, mengubah posisi suaminya menjadi terlentang. Wajah suaminya yang kini tampak jelas di matanya mengejutkan wanita itu.
Wajah pria yang dicintainya itu membiru. Mata membelalak hampir keluar dari tempatnya. Mulut terbuka lebar, seperti berusaha berteriak namun tak ada suara yang keluar.
"Mas, kamu kenapa Mas?"
Melihat suaminya terbujur kaku, Sarah menangis sejadi-jadinya. Meratapi kepergian orang yang dikasihinya yang sangat tiba-tiba. Apa yang sebenarnya terjadi? Sarah tak bisa berpikir sama sekali.
Sarah kembali memandangi wajah suaminya yang membiru. Ekspresi itu pernah dia lihat sebelumnya. Ekspresi yang menunjukkan kengerian luar biasa. Sarah segera sadar pelaku yang menimpakan kemalangan ini padanya.
Wanita itu beranjak dari tempat tidurnya dan melangkah menuju ke kamar sebelah dengan penuh emosi.
Suara pintu yang terbuka keras membangunkan bocah laki-laki yang tengah terlelap dalam kamarnya yang gelap. Setengah sadar, anak itu melihat sosok wanita yang berdiri di ambang pintu.
"Ibu...?" Anak laki-laki itu mengucek matanya yang masih terasa berat.
Dengan cepat Sarah menghampiri anaknya dan mencengkram kedua bahu bocah itu erat.
"Kenapa?! Kenapa kamu melakukan ini semua?!" teriak wanita itu.
"Ibu, sakit!!" Sang bocah menangis ketakutan diperlakukan seperti itu oleh ibunya sendiri.
Namun wanita itu tak berhenti. Dia terus meremas lengan anaknya dengan kasar. Tangisan putranya semakin keras...
...hingga akhirnya bocah laki-laki itu berhenti menangis dan mengeluarkan suara tawa terkikik.
"Kikikikik... Aku sudah ketahuan ya?"
Wajah putra kesayangannya berubah bengis. Kulit tubuhnya menghitam. Sarah yang terkejut dengan perubahan wujud putranya langsung melepaskan bocah itu.
"Cengkraman tanganmu kuat juga. Pundakku sampai sakit."
"S-Siapa kamu?"
"Tidak sopan sekali kau melupakan yang sudah menolongmu..."
"Suara itu..."
Wanita itu tersadar. Pantas suara itu terdengar sangat familier di telinganya. Dia pernah mendengar suara itu sebelumnya. Di rumah sakit, di malam sebelum kesembuhan putranya. Malam yang hampir dilupakannya.
"Dimana anakku?! Cepat kembalikan anakku padaku!!"
"Kembalikan? Memangnya kapan aku mengambil anakmu?"
Sarah semakin berang mendapatkan jawaban itu. Dia menerkam bocah berwajah bengis itu dan menjatuhkannya ke lantai. Lehernya yang kecil dia cekik kuat-kuat.
"Kau ingin membunuhku? Jangan menyesal ya nanti... Kikikikikik..."
Makhluk itu berusaha melawan, tapi terlalu lemah menghadapi Sarah yang jauh lebih besar darinya. Perlahan tapi pasti, tubuh hitam itu mulai kehilangan tenaga. Tapi Sarah masih juga tak melepaskan kedua tangannya dari leher makhluk itu.
"Cepat kembalikan anakku!!" teriak Sarah sambil menggoyang-goyangkan tubuh kecil di tangannya dengan kasar.
Tiba-tiba terdengar suara pintu depan didobrak yang disusul dengan derap suara langkah kaki memasuki rumah.
Sarah menoleh ke pintu kamar. Awalnya tak tampak seorang pun di sana, tapi tiba-tiba dari udara kosong muncul seorang pemuda jabrik bersetelan hitam. Dengan suara lembut, pemuda itu berusaha menenangkan Sarah.
"Bu, tolong lepaskan anak itu..." pinta pemuda yang berusaha menenangkannya
Dengan nada penuh amarah, Sarah balik membentak pemuda itu. "Siapa kamu?! Jangan ikut campur urusanku!!"
"Bu, kalau ibu sayang dengan anak ibu, tolong lepaskan tangan ibu dari leher anak ibu."
"Apa maksudmu?! Makhluk ini bukan anakku!! Makhluk ini yang membunuh anak-anak di rumah sakit itu dan juga suamiku. Dia juga sudah menyembunyikan anakku!!"
"Ibu tolong tenang dulu... Lihat kembali tangan ibu..."
Sarah semakin tak mengerti apa maksud perkataan pemuda asing itu. Apa maksudnya menyuruh melepaskan tangannya. Bagaimana jika makhluk hitam di tangannya lepas. Tapi ada rasa ragu terselip di dalam hatinya. Bagaimana jika pemuda itu benar? Perlahan dia melihat kembali ke tubuh kecil di tangannya.
Kini jelaslah maksud perkataan pemuda asing itu...
...Anak yang dia lahirkan dari rahimnya sendiri kini tergeletak tak bernyawa. Tangan Sarah melingkar erat di lehernya. Kedua tangan yang tiap hari memeluk, membelai lembut rambutnya, membantu memandikan, dan memberikan makan, kini menjadi pencabut nyawa putranya sendiri.
Dengan berlinang air mata, wanita itu menopang tubuh si bocah sambil berusaha membangunkan putra kesayangannya yang lunglai tak bertenaga. "Nak... Bangun nak... Maafkan ibu nak... Tolong bangun..."
Tapi balita itu tak juga membuka kedua matanya.
***

YOU ARE READING
DUNYAPALA : GAGAK, HARIMAU, DAN NAGA
Fantasy"...Keburukan akan terus berusaha kembali ke muka bumi melalui cerminan diri. Menebus ribuan tahun yang telah hilang saat mereka sedang terbuang..." ...