14

16.1K 2.1K 516
                                        

Jimin mondar mandir kaya setrikaan. Laki-laki itu cemas dengan keputusan yang ia ambil, menjemput Seulgi di bandara. Ini bukan keingininanya tetapi Seulgi yang memintanya dengan alasan lupa jalan, dan Jimin tidak bisa menolak.

Jemput doangkan, bukan selingkuh.

Jimin menyakikan dirinya sendiri. Mengambil napas lalu membuangnya lewat mulut terus begitu sampe tiga kali.

Kok deg-degan ya, udah kaya cewe mau ketemu doi! Calm down Jim.

Pulang ajalah, terus gue bilang ban mobil gue bocor, dia kan bisa naik Taxi. Dari pada gue di terkam Naya nanti.

Lah, pan gue engga selingkuh!

Pulang ajalah!

"Jimin?"

"Ampun Nay, ya allah." Reflek Jimin, saat seseorang menepuk bahunya.

"Nay?"

"Eh, kamu." Jimin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Dari tadi aku nyariin kamu. Kirain, kamu ga mau jemput aku."

"Aku ga sejahat itu kali, ngebiarin kamu kesasar."

Jimin nyengir, dan Seulgi tertawa kecil mendengar ucapan laki-laki yang sudah tidak ia lihat hampir tiga tahun, dan tiga tahun bisa merubah segalanya.

--

Hening.

Suasana di dalam mobil masih hening hingga akhirnya Seulgi menghidupkan radio.

Satu atau dua pilih aku atau dia yang engkau suka
satu atau dua pilih aku atau dia yang engkau cinta

Anjir! Kok bisa pas gini lagunya, berasa kesindir nih Imin.

Dua atau satu pilih dia atau kamu aku tak tahu
karena diriku bingung harus pilih dia atau dirimu

Gusti, berikan Imin kekuataan.

"Berisik ah!" Seulgi mematikan radio tersebut.

Alhamdulilah.

Lalu ia melihat ke arah Jimin "Kamu banyak berubah ya."

"Apanya?" Tanya Jimin, tanpa melihat ke arah lawan bicaranya.
"Nambah tinggi, emmm... nambah ganteng juga."

"Itu mah emang udah dari lahir hehe ..." Seperti biasa, Jimin dengan kepercayaan dirinya yang sudah mencapai tingkat dewa, belum hilang.

"Lo juga nambah cantik kok Gi." Tapi lebih cantik Naya.

"Nambah manis." Tapi lebih manis Naya.

"Hell! masih ada aja tu penyakit gombal."

Jimin sengaja mengucapkan kalimat tapi lebih, di dalam hatinya. Hanya sekedar meyakinkan. Tapi kenyataanya Jimin kembali ragu. Hatinya seakaan memiliki dua ruang, dan untuk dua orang.

Setelah mengahabiskan waktu dengan muter-muter ga jelas tentunya ini permintaan Seulgi juga, akhirnya mereka sampai di sebuah caffe.

Seulgi sengaja memilih tempat duduk yang dekat dengan jendela, agar bisa melihat ke arah luar.

Caramel machiato dan sebotol air mineral sudah ada di hadapanya. Jimin sempat bingung kenapa Seulgi selalu memesan air putih. Hemm ... bahkan Jimin hafal dengan kebiasaan Seulgi.

"Tempat ini banyak berubah ya." Kata Seulgi memulai pembicaraan.

"3 tahun Gi, pastilah banyak berubah." Jawab Jimin, sebelum menyesap minumanya.

Struggle;Pjm✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang