Menurut quotes Tere Liye yang pernah Naya baca, menangis itu tidak menghilangkan masalah justru nambah-nambahin masalah. Bikin mata sembab, contohnya.
Maka dari itu Naya berniat untuk tidak menangis lagi. Putus cinta bukan berarti dunia ini akaan kiamat kan.
Lagipula pemandangan yang ada di hadapanya sayang, kalau cuman di jadiin tempat nangis.
"Nungguin Jimin, selfi dulu." Naya mengangkat tinggi-tinggi handponenya, mengambil angle yang bagus dengan pemandangan laut.
"Cantik dikit cekrek." Katanya, dengan pose tangan membentuk huruf v.
"Cantik banyak cekrek." Ia berganti gaya jadi monyongin bibir.
"Cantik banget, cekrek-cekrek" Kali ini Naya membuat eksprsi muka jelek.
"Naya galau lekdis." Sekarang dia membuat muka sedih.
"Jimin tergukguk lekdis." Naya melet-melet.
"MENATAP MASA DEPAN..." Naya mengangkat kedua tanganya ke arah langit.
Oke, Naya mulai gila.
Harusnyakan foto berdua sama Jimin. Pikiran itu terlintas di benak Naya.
Naya melihat sekekeling, Jimin belum juga muncul. Cowo itu benar-benar tau caranya membuat Naya patah hati.
Saat sampai ketempat ini, Naya sudah membayangkan adegan-adegan romantis yang akaan ia lakukan dengan Jimin. Ternyata itu semua hanya akaan jadi angan-angan.
Naya ga habis fikir, bisa-bisanya Jimin menghilang selama seminggu terus ngajak ketempat sejauh ini cuman buat ngajakin putus. Jika tau begini, Naya ga bakalan mau di ajak ke sini.
Hari semakin malam, matahari mulai menyembuyikan dirinya. Naya sudah meyusun strategi tentang bertahan hidup, mengantisipasi kalau-kalau ia akaan terdampar di sini sampai berbulan-bulan.
Hal yang sangat di butuhkan untuk bertahan hidup adalah makanan. Maka dari itu Naya mulai mendekati laut, berjalan di antara bebatuan karang. Kali ini, ia mencoba mencari kerang-kerangan seperti yang ia liat di acara Low Of The Jungle.
Ternyata tidak semudah keliataanya, ia sudah lama berada di dalam air namun belum mendapatkan apa-apa. Saking seriusnya, Naya sudah masuk ke dalam air cukup jauh. Sebenernya ia melakukan hal ini hanya untuk membunuh rasa bosan.
Hingga akhirnya gulungan ombak yang datang secara tiba-tiba, menerpa Naya. Untungnya Naya ga tenggelem.
Ia berjalan keluar sambil batuk-batuk, bajunya sekarang sudah basah kuyup di tambah lagi kakinya berdarah tanpa sebab.
Naya meringis, saat memeriksa lukanya. Ia membasuhnya dengan air laut. Parahnya lukanya makin perih.
"Ini gue kenapa coba?" Naya panik sendiri. Ia sekali lagi melihat ke sekeliling, berharap Jimin ada di sana.
"Kok perih banget ya rasanya." Ucapnya lirih. "Kan cuman luka beginian doang, kok sakit banget sih!" Ia kembali terisak.--
Mobilnya masih ada.
Itu artinya Naya belum pulang.
Untunglah, Jimin bisa bernafas lega. Kalau Naya nyetir yang ada nyampe ke rumah sakit, bukan nyampe ke rumah dengan selamat.
Omong-omong Jimin jadi merasa bersalah karena udah ninggalin Naya sendirian.
JIMIN BABI!🐷 Tulisan itu terpangpang besar di atas pasir, lengkap dengan gambar muka babi di sampingnya.
Jimin tertawa kecil. Ia mengabadikan tulisan itu dengan kamera ponselnya. Menurut Jimin itu lucu.
