Naya membawa dua susu.
Rasa coklat dan rasa stawberry.
Ia membuka pintu kamar rawat Jimin dengan perlahan, tidak ingin mengganggu Jimin yang lagi tidur.
Jimin masih terlelap, dia ga ke usik dengan keberadaan Naya.
Perlahan Naya mendekat memperhatikan Jimin. Kalo di liat-liat Jimin imut kalo lagi tidur, pipinya tembem kaya bakpao.
Naya jadi ingat sesuatu. Jimin sakit dan otomatis berat badanya turun, terus absnya masih ada ga ya.
Sempat terbesit di pikiran Naya untuk menyingkap baju Jimin, hanya untuk sekedar memastikan. Ia menggeleng, itu perbuatan yang tidak baik.
Bukan muhrim.
"Absnya masih ada kok, tenang aja." Kata Jimin masih dengan matanya yang tertutup.
"Apaan dih!" Naya menyangkalnya.
Sejujurnya, Naya termasuk kedalam kaum pecinta abs oppa.
Jimin membuka matanya. Mendadak matanya berbinar karena melihat susu. "Nay, mau susu."
"Hah?"
Jimin menunjuk susu rasa stawberry yang Naya pegang.
"Oh... ini." Naya melihatnya sekilas, lalu menyodorkanya pada Jimin.
Suasana mendadak jadi ambigu.
"Kata dokter, lo bisa pulang besok Jim."
"Ga mau." Tolak Jimin, masih meminum susu kotaknya.
"Kok ga mau? itukan artinya lo udah sembuh Imin Sarimin."
"Imin ga mau sembuh." Jimin manyun "Imin mau sakit aja, biar di perhatiin Naya terus."
Naya mendengus geli, ini Jimin apa Abel sih? manja banget.
"Ga boleh gitu, kesehatan itu mahal harganya."
"Iya deh iya, mamih Naya."
"Najis lo babi!"
"Iya lopyu tu beybi."
Ceklek.
Mendengar suara itu, keduanya langsung melihat ke sumber suara.
Perempuan dengan bentuk mata sipit memanjang yang kini sedang berdiri di ambang pintu itupun tersenyum, lalu masuk ke dalam.
Cewe itu lagi.
"Gimana kabar kamu, udah baikan?" Tanyanya, sambil meletakan sebuket bunga mawar di atas meja.
Seperti malam itu, Seulgi seolah tak melihat keberadaan Naya lagi.
Jimin mengangguk "Udah baikan."
Naya bingung, ia harus marah atau merasa bersalah. Kebenaranyapun ia masih belum tau.
Tentang siapa cewe itu, apa hubunganya dengan Jimin.
Apa Jimin udah punya pacar sebelum jadian sama Naya, atau Jimin emang nyelingkuhin Naya.
Dengan semua pikiran itu, Naya memilih pergi.
"Nay." Tangan Jimin menahanya "Jangan kemana-kemana."
"Gi, ini pacar gue, Naya!"
Seulgi melihat ke arah Naya begitu juga sebaliknya.
"Pacar kamu?" Tanyanya tak percaya "Bukanya kita masih pacaran? jadi kamu ngeduain aku."
"Engga, aku engga ngeduain siapa-siapa. Kita udah ga ada hubungan apa-apa lagi semenjak kamu pergi ke paris, sekarang kita cuman temen."
"Cuman temen?" Seulgi tersenyum miris "Di depan cewe ini aja, baru kamu bilang kalo kita cuman temen. Waktu aku tanya soal ini di bandara kamu ngehindar. Waktu malem anniversary kita, kamu juga ngebales ciuman akukan, apa yang kaya gitu kamu sebut temen."
Mendengar ucapan Seulgi, rasanya Naya ingin menggantung Jimin di pohon toge.
"Kamu ngomong apa sih Gi!" Nada bicara Jimin naik dua oktaf "Oke, aku minta maaf ga ngasih tau soal ini dari awal, tentang hubungan kita."
"Tapi kamu sendirikan yang ninggalin aku gitu aja, dan sekarang kamu dateng lagi di kehidupan aku, terus ngangep kita masih punya hubungan? ga segampang itu Gi."
"Perasaan yang di abaikan, bakalan ilang dengan sendirinya. Kamu ngertikan?"
"Ehem..." Naya yang sedari tadi hanya diam, lama-lama jadi kesel sendiri "Gue keluar aja!"
Naya keluar sambil membanting pintu dengan kencang.
Sekarang hanya tinggal Jimin dan Seulgi di ruangan itu.
"Kamu harus putus sama Naya, Jim."
Jimin muak. Kenapa ayah, bunda, dan sekarang Seulgi, selalu berbicara tentang mengakhiri hubunganya dengan Naya.
"Lo ga punya hak, buat ngatur-ngatur idup gue!"
"Aku punya hak Jim. Aku calon tunangan kamu."
Jimin mengernyit "Calon tunangan gue?"
"Iya, kita di jodohin."
--
Jimin tau soal perjodohan ini, tapi yang Jimin ga tau siapa orang yang bakal di jodohin sama dia.
dan ternyata orang itu Seulgi.
Jimin mengacak rambutnya kasar dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kananya menarik tiang infusan.
Yang Jimin lakukan sekarang adalah mencari Naya.
Naya ngilang entah kemana. Jimin nelfon ga di angkat-angkat.
Utungnya Naya ga ngedenger semua percakapan Seulgi ama Jimin. Naya emang harus tau, tapi bukan sekarang, begitu menurut Jimin.
"Naya." panggil Jimin saat menemukan cewe itu lagi duduk sendirian di dekat taman rumah sakit.
"Masih inget sama gue?"
"Inget dong. Emang kapan Imin pernah lupain Naya."
Naya melihat ke arah Jimin dengan tatapan takjub. Kenapa Jimin bersikap biasa-biasa aja, kaya ga punya salah.
"Nay, gue ga ada hubungan apa-apa lagi sama si Seulgi, serius deh. Gue berani bersumpah, demi celana dalam mimiperi."
"Terus?"
"Waktu malam itu, gue juga ga tau kenapa dia ujug-ujug muncul dan nyium gue."
"Terus kenapa lo diem aja Jim, hah!"
"Abis ena, eh... maksudnya, gue kaget Nay."
"Tai!"
"Gue tau nih, pasti Naya marah karena belum merasakan sensasi kenikmatan dari bibir sexy Imin, eh malah kalah start sama Seulgi."
"Anjing!"
"Gue sayang sama lo Nay. Gue tau ini menajiskan, tapi gue beneran sayang." Jimin menunduk, kata-katanya terdengar lirih.
"Gue sih b aja."
"Maafin gue ya, Nay."
"Buat?"
"Buat segalanya."
"Oke, kali ini gue maafin Jim. Tapi lain kali jangan sakitin gue lagi, karena gue ga akaan maafin lo lagi."
____
Pendek? Sengaja:v
Biar mata kalian ga pegel ehe.Maaf ya kalo jadi ga jelas gini, huhu rasanya inginku unpublis:(
Gue teh mau donlot video vlive bts ya, gimana caranya wuy? Pernah denger katanya bisa.
Nyari di kutub ga ada:(
Trs kalo nonton di vlivenyakan hrs pake koin.
