~Selamat Membaca~
“Kau tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi bila kau tidak mencoba.
Jadi jika kau takut untuk mencobanya, maka kau tidak akan pernah berani melangkah.
UNTUK SELAMANYA.......”Gerimis hari ini rupanya tidak melunturkan semangat siswi baru berambut hitam panjang, rambutnya ia biarkan terurai tak terikat dan langsung menari saat di sapa angin pagi. Tidak seperti para siswa lain yang berlari menghindari hujan, gadis itu berjalan santai mendekati tempat kemudi sesaat setelah ia keluar dari mobil.
“Nanti pulangnya sama kakakmu ya.” Ucap seorang pria berkumis tipis dari balik kemudi.
Gadis itu hanya mengangguk sebagai tanda bahwa ia mengerti.
“Papa udah telpon Kepala Sekolahmu, kamu nanti langsung ke ruang KepSek aja.” Kata pria itu penuh perhatian.
Gadis itu kembali mengangguk.
“Yakin gak mau Papa temani kedalam?”Gadis itu menggeleng.
Pria yang adalah Papanya hanya bisa memandangi wajah manis putrinya, putrinya yang PENDIAM. Dan seolah dapat menangkap arti padangan Papanya, “Gak usah Pa, aku bisa. Papa ke kantor aja.”
“Baik-baik ya, Papa pergi dulu.” Mobil itu melaju meninggalkan gerbang sekolah, sementara gadis itu berjalan masuk dengan tersenyum. Ia hanya berharap ini akan menjadi awal yang baik, untuk kesekian kalinya ia melangkah penuh harapan. Meski langkahnya kerap terhenti di tengah jalan, tapi selalu ada keingin dalam hatinya untuk melangkah lagi.
*****
Tok tok tok
“Iya, masuk.”
Gadis itu membuka pintu, dan senyum hangat menyapa wanita parubaya yang tengah duduk menghadap laptop itu.
Wanita parubaya itu menghentikan pekerjaannya dan menutup laptopnya, “Kau Alina?”
“Panggilan Lina saja, Bu.”
“Saya Bu Ema, Kepala sekolah di sini. Ini semua dokumen dan berkas yang kamu perlukan, dan ini kunci lokermu. Selamat bergabung di SMA kami, Lina.” Bu Ema memberikan semua berkas dan dokumen kepada Lina.
“Terima kasih, Bu.”
“Mari saya antarkan kamu ke kelasmu.”
Bu Ema dan Lina berjalan menyusuri koridor sekolah menuju kelas Lina yang baru. Banyak yang mereka bicarakan. Lina bersyukur karena mendapat sambutan yang hangat dari Bu Ema selaku KepSek di sekolah barunya, ia hanya tidak ingin diperlakukan terlalu istimewa karena posisi yang di miliki Papanya di sini.
“XI MIPA 2” Lina membaca papan kecil yang tergantung di atas pintu kelas tempatnya kini berdiri.
Bu Ema menyadari bahwa ada yang ia lupa sampaikan pada Lina, “Oh ya, saya lupa bilang ke kamu kalau selama kamu sekolah di sini, kamu akan di tempatkan di kelas MIPA 2.”
Lina hanya mengangguk.Bu Ema membuka pintu dan masuk karena kebetulan guru yang mengajar belum datang, “Good morning class” Perannya sebagai guru bahasa Inggris mulai terlihat.
“Morning!” Ucap mereka serempak.
“Mulai hari ini akan ada murid baru yang bergabung di kelas XI MIPA 2 ini.” Mata Bu Ema mencari sosok Lina yang ia dapati masih berada di luar kelas. “Masuk Sayang!” Lina hanya mengangguk.Lina pun menyakinkan hatinya untuk masuk. Meski ia merasa takut, namun entah kenapa kakinya tetap melangkah masuk.
“Ini Alina Kartika, semoga kalian bisa menjadi teman yang baik untuknya selama di sini. Saya juga minta tolong agar kalian membantu Lina untuk menyesuaikan diri.”
“Wah cantik banget.”
“Iya cantik, rambutnya bagus, terawat.”
“Hai Alina, minta nomor HP dong?”
“Jaman sekarang minta nomor HP? Bagi Line, ig BM, WA.”
Para siswa saling beradu mulut, membicarakan kecantikan yang terpancar jelas dari wajah Lina. Sekejap mereka lupa akan keberadaan Bu Ema, tapi “Ehm...ehm.........” Bu Ema batuk. Dan mereka dapat mengerti apa arti dari batuk Bu Ema tadi, maka dengan cepat seisi kelas menjadi tenang.
“Perkenalan dan pertanyaannya dapat di teruskan nanti saat jam istirahat.” Suara Bu Ema memberi kesan sedikit galak, tapi saat berbicara dengan Lina suaranya berubah 360º “Lina kamu bisa duduk di sebelah Rury.”
Lina mengangguk dan berjalan menuju meja Rury yang kebetulan kosong karena teman sebangkunya tidak masuk.
“Sini duduk!” Kata Rury sambil menepuk kursi sebelahnya yang kosong. Lina kembali mengangguk dan duduk.
Rury mengulurkan tangannya, “Aku Rury.”
Lina melihat uluran tangan Rury, lama sekali tanpa berkedip. Rury bingung, “Kenapa, apa ada yang salah?” tanya Rury dengan tangan yang masih di ulurkan.
“Lina.” Lina menjabat tangan Rury. “Tanganmu dingin, kau baik-baik saja?” Tanya Rury penasaran.
Lina hanya menggeleng.
“Jadi kita sekarang berteman?”
Lina menganguk.Rury menoleh ke arah Bayu yang duduk tepat di belakangnya. Ia seperti dapat membaca apa yang mata Bayu katakan. Karena ia juga merasakan, bahwa sikap Lina benar-benar sangat pendiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Diam [COMPLETED]
RomanceAku mencintaimu dalam diam. Menyayangi secara tidak langsung. Hanya berani melihat dari kejauhan. Tak berani menyapa apalagi menyentuhnya Mencintai dalam diam, tanpa rasa takut akan kehilangan. Karena Allah telah menyiapkan yang terbaik bagi hamba-N...